Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Energi Daya Hidup

25 September 2019   17:24 Diperbarui: 1 Oktober 2019   18:57 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: bioenergi.co.id

Siang yang tidak diinginkan kini, terus terang aku ingin menghela nafas yang panjang untuk mengumpulkan sedikit-sedikit energi yang hilang itu. Ketenangan dan kesendirian: apakah benar itu menjadi sesuatu yang baik? Tentang berbagai tanya: aku ingin bertanya, apakah aku "manusia " yang tidak dapat tertebak energinya, bahkan aku sendiri yang membacanya tidak dapat: aku mengerti?

Berbagai kutipan, berbagai pelarian, dan berbagai apapun cara menyembuhkan diri itu sendiri. Rasa-rasanya manusia harus mencari, bahkan akupun terus dikaitkan untuk sesegera mungkin mewujudkannya. Bukan saja aku dituntut sebagai penghibur bagi dan dari diriku sendiri, tetapi aku juga ditutut sebagai peyembuh  dari dan bagi diriku sendiri.

Tentang kesenangan disana, mereka berlari-lari dengan dirinya, berbagai macam barang itu seperti sepedanya; apakah benar  keterikatan pada sesuatu harus dicari agar manusia tidak menjadi kebingungan di dalammnya? 

Misalnya keterikatan diriku dengan menulis karena aku tidak cukup berani untuk melepaskan diriku begitu saja? Tentu energi yang hilang itu, manusia memang harus mencari, tetapi bagaimana dengan seseorang yang lelah dengan dirinya sendiri mengekspresikan segala bentuk macam aktivitasnya?

Tidak cukupkah dimengerti bahwa; sesuatu yang hilang itu; termasuk daya-daya hidup, akankah menjadi barang yang dicari dan menjadi harta karunia yang paling besar dalam hidup ini? Berbagai ketenangan batin itu, roh-roh seperti ingin menari menanggapi apa yang menjadi pikiranya kini. 

Keadaan yang dingin dan musik instrumental yang sedang aku dengarkan; seperti bentuk pelarian-pelarian itu yang harus mencapai sepadan bahwa: "menjadi manusia seperti menjadi suasana hatinya, yang terkadang merekapun tidak dapat menebaknya untuk menemukan jawaban akan rasanya sendiri".

Gunung-gunung, kesunyian, dan  energi-energi dalam diam mencari kepositifan jiwa lelah untuk menjadi kuat pada akhirnya. Karena itu, aku kembali, aku kembali menjadi diriku yang menginginkan ketenangan sebagai daya hidup, menghentikan sejenak pikiran, dan mengamati apa sebenarnya  menjadi suara hati itu? 

Tanpanya; "suasana hati yang baik" manusia seperti tidak akan menjadi manusia yang utuh, berbagai gelombang, apakah akan terus dirasakan sebagai diri yang tidak dapat dimengerti itu?

Lambaian tangan dari seseorang disana, tentang semua hal yang mempengaruhi, mungkinkah kedalaman hati itu dapat terekspresikan dengan baik melalui berbagai obrolan-obrolan intim disetiap harinya tersebut antara manusia satu dan lainnya? 

Dengan bekas luka, dengan bekas-bekas derita yang menerjang manusia, tidakah ini menjadi suatu pertanda bahwa: "seseorang dituntut untuk saling menguatkan diri pada akhirnya didalam mimbar kehidupan yang rapuh, cenderung tidak terima pada dunia, dan rasa ketidaksukaaan pada keadaanya sendiri sebagai manusia?

Tetapi berbagai dasar dari semua, apakah manusia-manusia mengetahuinya, dan memang benar-benar tahu: bagaimana menjadi dirinya sendiri? 

Memang ini suatu bentuk tulisan-tulisan yang rancu, yang sebenarnya hanya obyek mencari sumber-sumber energi itu, yang harus terluapkan pada: "supaya manusia tidak memendamnya sebagai penyakit yang harus mereka rasakan sebagai kegonjangan baik anak batin maupun anak dari pemikiran-pemikiran mereka sendiri yang justru membelenggunya sebagai manusia.

**

Memang tidak ada yang lebih melelahkan dari menjadi manusia, suasana hati, dan terkadang berharap bahagia: tetapi apakah kebahagiaan itu benar ada, sedangkan disisi lain derita sebagai manusia benar nyata juga adanya? Aku memang tidak tahu bagaimana wanita-wanita disana menyembuhkan dirinya sendiri. 

Apakah hanya suasana hati yang baik yang dapat menyembuhkan segalanya baik gejolak mental maupun gejolak pemikiran manusia: dimana banyak orang-orang sebut sebagai setitik dari cerah akan kebahagiaan yang manusia tuju dalam menanggapi berbagai fenomena-fenomena tentang diri dan kehidupannya ?

Dalam sebuah kumpulan "quote" Arthur Schopenhauer salah satunya  mengatakan;

"Pria tidak pernah bahagia, tetapi menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengejar sesuatu yang menurutnya akan begitu; dia jarang mencari tujuannya dan ketika dia melakukannya, ia hanya untuk kecewa; dia sebagaian besar karam pada akhirnya, dan datang ke pelabuhan dengan tiang dan tali-temali yang hilang. Dan kemudian itu semua adalah apakah dia bahagia atau sengsara; karena hidupnya tidak lebih dari sekarang yang selalu lenyap; dan sekarang sudah berakhir". 

Sebuah deskripsi dari tidak pernah bahagianya seorang pria, tetapi apa dasar dari "Arthur Schopenhauer" mengatakan itu? berbagai tulisan tentang kepesimisan rasanya memang apa yang dipandang: jika sebagai pesimis itu? Tentang diri yang terus berputar pada pemikirannya, mungkinkah menjadi yang akan berlalu pada akhirnya, lari-lari sebagai sebuah jawaban karena hidup memang tidak dapat se-bahagia yang mereka kejar dan harapkan sebagai ganjaran dari hidup itu sendiri?

Pelabuhan-pelabuhan yang berjejer besar bersandar di pinggir-pinggir lautan sana, mungkinkah pada akhirnya menjadi sandaran kapan akan diikat dan disadari bahwa: dalam hidup ini manusia memang butuh bersandar dan menyandarkan diri pada apa yang disebut pegangan meskipun; "ia sendiri ingin bebas namun karena kebebasannya tersebut tetap juga menderita akhrinya; mereka pula mengikatkan diri pada tali yang sama-sama membuat tidak bahagia"? 

Manusia dan berbagai apa yang dirasakan oleh batin, mungkinkah hanya akan menjadi pertanyaan besar pada akhirnya menanggapi berbagai apapun yang mendera hidupnya? Berbagai harapan disana; mungkinkah hanya akan menjadi harapan pada akhirnya? Ketakutan dan keengganan untuk tidak merasakan susah pada akhirnya.  Itulah diri manusia yang sesungguhnya; ketika mereka sendiri: mereka menyandarkan pada apa yang mereka sebut dengan dapat mengisi kekurangan akan kesendiriannya itu.

"Tetapi kesendirian bukanlah hanya akan menjadi bayang-bayang pertanyaan pada dirinya sendiri; lelah dan tetap hasrat yang mengukuhkan sebagai kekurangan yang ada di di dalam pikirannya sendiri. Ibarat dia berjalan dijalan yang "ia" sendiri sudah tahu jalannya, tetapi; manusia! Kembali lagi pada sandaran-sandaran yang harus mereka dapatkan untuk saling mengutuhkan satu dengan lainnya".

Diri yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri, bahkan mencari-cari sendiri energi dalam hidup itu, "rasanya bukan saja akan menjadi jejak yang sungguh diinginkan manusia", tetapi juga diinginkan hidup itu sendiri agar saling tidak tergantung dan bergantung dengan yang lain-lainnya tersebut.

Namun inilah yang nyata diinginkan tetapi tidak ada. Dalam bayangannya sendiri; "hidup masing-masing itu hanya akan menyisakan ruang kosong pertanyaan pada akhirnya"; apakah benar kesendirian ini? Mungkinkah dengan orang lain tidak akan menjadikan suatu problema-problema baru? 

Yang tersisa dari kapal tenggelam menurut;  "Arthur Schopenhauer" yang akan musnah dan hilang, akankah tidak ada pikiran terbesit; jika hilang setidaknya ada orang yang tahu hilang karena apa hidup kita?

Dengan sedikit mengais-kais renungan yang ada, "sandaran hidup akan suatu pengangan-angan manusia; bukan hanya akan menjadi penting tetapi sangat menentukan bagimana kehidupan akan mempengaruhi mental (kejiwaan) pada akhirnya. Apapun suatu bentuk itu, tidak hanya akan menumbuhkan ruang kosong yang berarti, tetapi juga ruang kosong yang ingin diisi berikutnya.

Tentang mencari energi daya hidup tersebut; sudahkan kita bertanya pada setiap apa yang menjadi kekurangan manusia? Yang terlalu lelah pada apa yang tidak diinginkannya sebagai manusia itu sendiri? Akankah ia akan terbangun setiap harinya untuk memulai dengan hari dan semangat tentang kemurnian untuk terus menjadi manusia yang baru?

Bentuk menjawab semua ruang-ruang kosong itu; pelarian kepada Bir (alkohol), tulisan, dan permintaan dalam bentuk doa-doa disana; apakah akan bermanfaat bagi dirinya yang kosong tersebut? 

Tentu aku ingin membenarkan itu, ada manfaat yang didapat tetapi; ia tidak dapat permanen melainkan hanya sementara dimana; "hanya menyembuhkan sedikit beban-beban psikologisnya tersebut yang akhirnya pertanyaan dan pelarian itu tidak akan selesai dan terus dilakukan sebagai upaya menjawab ruang-ruang kosongnya tersebut.

Budhisme disana dengan berbagai mimbar akan setiap pengetahuannya; secara filosofis melarikan diri secara sementara pada ritual-ritual terapi tersebut seperti doa dan bir misalnya; "tetap tidak dapat membebaskan manusia pada penderitaan-penderitaannya". 

Tumbuh seperti melahirkan pertanyaan itu, apakah bisa dipandang sebagai kebenaran ketika: sikap mengendalikan diri dan melepaskan semua hal yang dapat mengikat manusia tersebut dapat membuat energi daya hidup manusia tidak membutuhakan terlalu banyak dibanding; "mereka yang mengikatkan dirinya masing-masing pada kemelekatan terhadap sesuatu yang ada diluar dirinya tersebut seperti; orang lain yang terkadang mereka "manusia" butuhkan sebagai jawaban dari berbagai pertanyaan-pertanyaan narasinya tersebut?

Kembali lagi untuk diulang tentang hidup manusia yang terikat secara alamiah dengan berbagai keinginan dan setiap dari harapan-harapannya tersebut sebagai manusia. 

Mungkinkah dengan ikatan tersebut bukan tidak mungkin: " hidup adalah energi-energi tersebut yang manusia butuhkan sebagai daya hidup itu sendiri? Mencari daya hidup sama halnya menentang hidup yang sebenarnya; karena sebelumnya "hidup" sudah mencapai sintensis dengan energi hidup itu sendiri sebagai manusia.

Yang perlu untuk dipertanyakan lagi, mungkinkah adalah suatu ganjalan itu? Melimpahkan energi dan menyerap energi seperti  yang harus manusia jalani dalam mencari pencarian untuk mengisi hidupnya sendiri? 

Untuk itu; manusia seperti harus  mencari apa yang berbeda dari dirinya. Tentu yang berbeda dari manusia adalah alam yang selalu menyajikan sesuatu yang lain; dan tentang bagaimana cara binatang dan tumbuhan itu menanggapi hidupnya masing-masing sebagai sesuatu yang dapat dipelajari oleh manusia.

"Ketika berbagai bentuk ketidak nyamanan manusia itu tumbuh sebagai masalah batinnya sendiri, apakah alam, tumbuhan, dan binatang akan menangkapnya sebagai daya gerak itu bahwa; energi harus dicari agar lebih mendekat dengan alam dan kehidupan di sekitarnya? 

Sepertinya kita "manusia" memang tidak harus lelah-lelahnya bercengkerama dengan alam karena: berbagai keluh kesah itu, membuat manusia terbuai bukan hanya dalam menanggapi dirinya sendiri; tetapi juga menangapi secara tidak bisa sederhana sesuatu yang ada diluar dirinya sendiri.

Dan pertanyaan yang harus terus ditanyakan pada akhirnya, mungkinkah alam dan kehidupannya dapat dijadikan sandaran itu; untuk bagaimana manusia menyembuhkan dirinya sebagai manusia yang harus menginduk hidupnya dengan alam dan kehidupan disekitarnya? 

Memang benar; manusia memang harus berdamai dengan dirinya sendiri untuk dekat dengan alam lalu merenungi setiap apa yang perlu direnungi agar tercipta kenyamanan batin dalam menjalani hidup ini.  

Terbangnya burung-burung disana seperti lambang dari kebebasan-kebebasan itu sebagai lambang kemerdekaan. "manusia; menarilah engkau hari ini seperti akan melupakan beban pikiranmu sebagai manusia besok". 

Yang telah dan akan berlalu pada akhirnya, jadikalah kekaguman tanpa ada yang membatasi. Memang benar keindahan dalam bentuk apapun tidak dapat tersentuh, namun ia "keindahan"; masih bisa untuk dicipta oleh siapapun manusia itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun