Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Selamet" sebagai Filosofi Hidup

20 Juli 2019   18:41 Diperbarui: 20 Juli 2019   18:43 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bangkubelakang12.wordpress.com

Namun apakah hidup ini perlu disesali? Rasanya bagi "Selamet" tidak. Setelah dia naik kelas menjadi kelas empat. Ia hanya ingat satu semsester saja. Selebihnya dia hanyalah sebatang manusia yang diharapkan hidup oleh keluarga dan pesimisme tetangga-tetangga disekitarnya.

Dia "Selamet" menderita sakit yang panjang dan jika ditafsirkan olehnya sendiri, dia serasa hidup kembali. Tiga bulan bahkan lebih bukanlah waktu yang sedikit. Selama itu dia berada dalam karantina tubuhnya yang sakit. Tentang desas-desus misteri apa yang membuatnya sakit? Selamet tidaklah mengetahuinya.

Selamet ingat sebelum dia sakit. Mungkin ini bisa menjadi pertimbangan bagaimana dia menjadi korban gosip para tetangga dan para manusia-manusia yang tidak suka dengan keluarganya.

Rasa suka atau tidak suka dalam kehidupan memang wajar. Seperti hitam dan putih kehidupan ini. Mereka tidak akan mungkin bersatu dalam harmoni. Tetapi mereka dan kita, sama-sama memperjuangkan hidup kita masing-masing. Rasa lelah dalam menjalani hidup ini pun sama-sama kita rasakan bersama.

Selebihnya manusialah yang menciptakan drama-dramanya sendiri dalam kehidupan yang sempurna ini. Manusia menjalani apa yang akan dia sukai. Mengobati luka-luka di hati yang disebabkan oleh perihnya kehidupan. Namun bagaimana-pun hidup adalah pembelajaran bagi setiap insan yang menjalaninya.

Suka tidak suka, atau senang tidak senang, kita akan terus terperangkap badan kita selama hidup kita. Tidak ada yang lain untuk menyadarinya.

Yang hidup pasti manusia akan tua, sakit, dan mati pada akhirnya. Jika manusia harus memilih dalam kehidupan ini, pilihlah menjadi dirimu sendiri yang baik seperti cerita "Selamet" memperbaiki setiap jalan dalam hidupnya. Walau musuh terbesar dalam hidupnya adalah dirinya sendiri.

Sebelum "Selamet" sakit, seperti biasa dia adalah anak kecil yang riang. Tetap bermain dengan teman-temannya. Tidak peduli teman dari tetangga, atau teman sekolahnya. Sesekali ketika di lupa pulang dan badannya tidak terurus keluarganya-lah yang mengurusinya. Membersikan badannnya yang dekil, dan merapikan rambutnya yang semrawut.

Bukan itu, anak-anak adalah permainan yang unik tanpa berpikir dosa tentang yang baik atau buruk untuknya. Seharusnya jika anak tidak tahu, peliharalah dia dengan memberi tahu dan memberi apa yang mereka butuhkan dalam permainnannya. Tidak peduli apapun permintaannnya sebagai orang tua wajib memberinya.

Jika tidak mampu berikanlah pengertian terbaik, terkadang itu akan sangat berharga baginya dibanding apa yang menjadi permintaannya tersebut. Anak-anak hanyalah kepolosan, dia tidak akan pernah tahu, maka dari itu sebagai orang tua wajib memberinya pengetahuan untuknya dan untuk hidupnya.

Tidak ada keburukan yang tidak harus di jujuri, seperti kita menyadari keburukan, dia memang harus dikatakan. Bagi Selamet bermain lotre dengan hadiah adalah suatu bentuk permainan yang mengasikan, misterius, dan melatih ketajaman perasaan. Kira-kira mana dari masing-masing kertas ini yang akan memberinya "hadiah" terbaik dari lotrenya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun