Jangan terlihat bingung, Selamet kecil hanyal kesederhanaan keinginannnya untuk tetap hidup. Hanya bawah sadarnya yang bermain. Masa kanak-kanak adalah masa permainan dan masa penantian yang elegan. Setiap hari ditunggu, dengan teman-teman bermain bola dipekarangan yang kosong. Bermain kelereng ketika menang dijual kembali dan mendapat uang.
Pernahkan kalian seperti "Selamet" kecil? Sepertinya saat-saat itu adalah saat-saat yang berbahagia. Tidak ada permainan online di Gadget, hanya Dindong. Jika ingin bermain harus mencelupkan koin di lemari Dindong itu. Ya, ingat, koin seratus rupiah dengan gambar Gunung di belakangnya. Aku mengira hanya koin itu yang bisa digunakan untuk bermian dingdong kala itu.
Setiap era kejayaan pasti akan ada habisnya seperti halnya dingdong. Iapun berevolusi sebagai Tendo. Dan apa permainan Tendo yang kalian suka? Ya, pasti Supermario dan Thank Baja yang bermain dijalur petak umpet saling menyerang untuk menang. Dan apa nama permainan itu? Aku pun tidak tergambar jelas untuk mengingatnya.
Ingataku hanyalah era Dingdong sudah habis. Toko penyewa Dingdong tutup, permainan elektronik kita "manusia kecil" berganti. Walaupun tetap jika kita bosen ada Kelereng untuk bermain, Karet-karet yang ditiup masuk bundaran yang dikelowongi, siapa jago akan dapat banyak karet.
Masing-masing dari kita memasang, jumlahnya kita tentukan tergantung kesepakan. Berapa kita akan mulai? Dan Selamet kecil tetap pada jalur kemenangnya, sampai banyak koleksi karetnya. Saat itulah Judi yang tidak dianggap dosa. Padahal dia menang, punya banyak karet yang akan dijual lagi sebagai "transaksi" untuk anak-anak kecil dapat bermain lagi.
Terkadang aku pun ingin bertanya pada bintang-bintang jauh disana? Apakah seseorang yang berjudi dengan senang disebut juga para pendosa? Apa yang mereka judikan adalah kesenangnya dan kenapa mereka salah? Apa bedanya dengan anak kecil yang bermain untuk kesenangan permainannya?
Kartu-kartu permainan, para penyabung ayam, mungkin mereka hanya mengingat kesenangnyannya sewaktu kecil. Mereka meneruskan tradisi kesenangnya. Ingatan masa kecil dibawa sampai dewasa dan uang sebagai taruhannya.
Bukankah kesenangan dunia itu dalam bentuk uang? Uang dapat membeli segalanya, yang membuatnya pikiranya senang, egonya tergoda, dan menjadi tenar banyak ketertarikan menarik dirinya.
Setiap orang butuh uang, terkadang uang-pun adalah kesenangan bagi yang membutuhkan kesenangan melalui uang, untuk membeli apa yang membuatnya senang.
Tetapi ini semua hanyalah bualan sederhana dari perjalanan yang kecil menjadi dewasa. Apa yang terjadi dimasa kecil sepertinya terbawa indah dalam ingatan. Aku jadi ingin bertanya, apakah ada kaitannya permainan masa kecil dan perjudian, sebagai ajang memonopoli ekonomi di waktu mereka dewasa sebagai manusia?
Terlalu jauh mungkin aku berteori. Sama sekali aku tidak punya kapasitas untuk mengabsahkan teori itu. Karena aku seorang pengamat, dan apa yang sedang aku amati hanyalah anak kecil, yang akan bertrasformasi dalam kehidupannya, waktunya dan kesempatan-kesempatannya.