Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Erosi Sungai Serayu, Tidak Terbaca Pemerintah Cilacap maupun Jawa Tengah?

19 Juni 2019   22:51 Diperbarui: 25 Januari 2020   01:22 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit foto dari`; humas Pawaka

"Berawal dari sebuah wacana tentang suatu konsep, bagaimana sesuatu harus berarti, bermanfaat, dan melindungi hak hidup masyarakat umum. Itulah sejatinya makna dari pembangunan, baik infrastrukture sarana hidup, maupun pendidiakan sebagai bagian pembangunan manusia mengisi kehidupan".

Keberadaan sungai sebagai penujang hidup dan kehidupan, sangat penting bagi keberlangsungan manusia dan makhluk hidup lainnya. Inilah mengapa, pusat-pusat pemerintahan dahulu, keraton-keraton Kerajaan Jawa, keberadaannya tidak jauh dari sungai-sungai sebagai pemberi sarana "air" kehidupan itu.

Sungai sebagai pemberi kehidupan untuk manusia dan makluk hidup lainnnya, seyoganya harus kita jaga keberadaannya, termasuk Sungai Serayu yang telah menjadi bagian penting, tidak hanya untuk warga Karang rena yang bermukim di pinggiran Sungai Serayu, tetapi untuk semua daerah yang terlewati Sungai Serayu, seperti Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap.

"Kelebihan dan kekurangan, seperti sudah menjadi bagian dari nilai hidup yang harus kita terima, termasuk keberadaan Sungai Serayu, dengan dampak yang akan kita jalani sebagai warga Desa pinggiran Sungai Serayu".

Sungai Serayu yang menjadi sentralnya kehidupan manusia, telah membantu kita, baik untuk mencari nafkah para penambang pasir, pencari Toe atau "kerang kali", penyedia air besih lewat PDAM  masyarakat, dan kebutuhan pengairan sawah melaui jaringan irigasi, yang dibangun membentang sepanjang sawah, dari Kabupaten Banyumas sampai Kabupaten Cilacap, dan semua daerah yang terlewatinya.

Namun Sungai Serayu yang berhulu di Pegunungan Gunung Prahu, Dieng, Jawa Tengah ini, bukan tanpa kekurangan untuk kami, "warga pinggiran Sungai Serayu di Desa Karang Rena". Kami sangat berterimakasih dengan adanya Sungai Serayu, yang secara tidak langsung ikut andil besar dalam mensejahterakan warga Desa Karangrena, termasuk semua wilayah yang terlewati Sungai Serayu, juga menerima berkah yang sama.

Oleh sebab itu, leluhur kami "warga Desa Karangrena" dulu setiap tahun mengadakan sedekah Sungai Serayu, tidak lebih adalah cara mengungkapakn rasa syukur kami, pada keberadaan kali, yang diciptakan sang pencipta untuk kami, sebagai sarana hidup, yang mensejahterakan hajat hidup kami.

Kekurangan Sungai Serayu itu bukanlah banjir, kami warga desa sangat jarang membuang sampah ke Sungai, yang dapat menyebabkan banjir. Dahulu sebelum Bendung Gerak Serayu di Kebasen dan Bendungan besar Jendral Soedirman di Bawang Banjar Negara berfungisi, desa kami sering kebanjiran, itu juga karena debit air dari hulu, yang tinggi tidak dapat diatur distribusinya masuk ke daerah kami.

Adanya Bendung Gerak Serayu di Kebasen, Banyumas, dan Bendungan Besar Di Bawang Banjarnegara, kini desa kami terbebas dari banjir besar, yang di sebabkan oleh Sungai Serayu, pada setiap tahunnya di musim penghujan. Kami juga berterimakasih atas pembangunan Bendungan-Bendungan tersebut, karena kini Desa kami tidak menanggung kerugian besar secara ekonomi, akibat banjir yang disebabkan Sungai Serayu setiap tahunnya, sebelum adanya bendungan.

Meskipun kini karena jarangnya banjir terjadi, pasir menjadi lebih sedikit jumlahnya di Sungai Serayu desa Karangrena, yang merugikan penambang Pasir di Desa. Tetapi berkah lain akan pembangunan Bendungan tersebut pun tetap ada, yaitu lancarnya pengairan dari irigasi untuk pertanian yang diambil dari Bendungan-bendungan yang di bangun, baik di Bawang, Banjarnegara maupun di Kebasen, Banyumas, untuk saluran irigasi, yang distribusinya sampai ke Desa saya "Karangrena".

Kredit foto dari`; humas Pawaka
Kredit foto dari`; humas Pawaka
Kondisi geografis desa karangrena yang di kelilingi Sungai Serayu sendiri memang, pasti ada kekuarangannya. Ancaman becana dari Sungai Serayu itu sendiri, menjadi hal yang harus di siasati, bukan hanya warga Karangrena, tetapi yang dilalui sungai serayu juga harus mensiasatinya. Ancaman bencana tersebut adalah Tanah Longsor yang sudah menjadi masalah klasik, yang terus mengancam daratan Desa kami,"Karangrena".

Ancaman Bencana Erosi

Kredit foto dari`; humas Pawaka
Kredit foto dari`; humas Pawaka
Bukan tanpa upaya, kami warga Desa Karangrena mensiasati ancaman tanah longsor ini. Sudah berbagai upaya kami lakukan dengan mengerakan, baik dari RT, RW dan Desa, yang digerakan secara swadaya masyarakat, mengandalkan sumber daya apa adanya, untuk membendung laju acaman tanah longsor tersebut, agar tidak cepat meluas.

Tetapi kembali lagi dilihat dari sisi geografis Desa Karangrena itu sendiri. Meskipun pernah ada upaya nyata dari pemerintah membangun, (nama: butuh rujukan) berfungsi sebagai pemecah gelombang, meminimalisisir gerak laju air Sungai Serayu mengahantam daratan, namun karena letak geografis yang tidak menguntungkan, titik tanah longsor hanya berpindah ke sebelah saja "barat".

Bangunan yang namanya butuh rujukan itu sebagai pemecah, dan penahan laju debit air, kini sudah tertutup tanah akibat sedimentasi pinggiran sungai di sebelah timur. Sedangkan titik parah longsor saat ini ada di barat, tetapi akibat sedimentasi tersebut, memunculkan titik potensi longsor baru di area yang sama sebelumnya, jadi "titik potensi longsor di desa Karangrena bertambah".

Secara teoritis, saya sebagai orang desa Karangrena, "mungkin masih perlu pengkajian lebih lanjut oleh para ahli di bidangnya". Daratan desa Karang rena dimasa depan berpotensi hilang oleh longsor Sungai Serayu, atau bergeser daratannya, tetapi baru "kemungkinan"  tergantung daratan penyangga, yakni daratan Desa Kesugihan, dan jika tidak di tangani secara serius oleh pemerintah.

Gambar dibawah merupakan peta Desa Karangrena (d), dengan kondisi geografis yang dikelilingi oleh Sungai Serayu. Tentu pembacaan potensi situasi masa depan daratan yang akan hilang, atau bergeser sangat bisa di teorikan, jika longsor Sungai Serayu terus berlangsung, tidak ada upaya penanganan memperlambat laju longsor Sungai yang kini terjadi. Memang dampaknya tidak jangka pendek, melainkan jangka panjang, tetapi ini juga nantinya akan akan sangat merugikan masyarakat Desa Karangrena di masa depan, yang terancam daratan tempat tinggalnya.

Gambar dokpri, diambli dari layar tangkap google maps
Gambar dokpri, diambli dari layar tangkap google maps
Berikut opini sederhana sebagai acuan prediksi; 

Sebagai catatan, opini ini dapat dibantah, atau dimentalkan prediksinya, sebab saya bukan ahli di bidangnya "pakar geologis". Saya hanya meraba-raba saja dengan pemikiran, bisa "salah", tentu benar atau salah teori ini, merupakan argument logis dari kami bahwa; longsor desa Karangrena adalah masalah yang serius, berdampak besar di masa depan, jika tidak ditangani secara cepat dan tepat oleh pihak terkait.

Gambar dokpri, diambli dari layar tangkap google maps
Gambar dokpri, diambli dari layar tangkap google maps
Kata kunci  

(d): Daratan Karangrena

(z ): Desa Bulupayung
(p): Daratan Penyangga, Desa Kesugihan
(t) : Desa Maos Kidul
(L): Titik longsor Desa Karangrena 

Penjabaran; (p) merupakan daratan dengan sekumpulan obyek vital yang dilindungi, seperti Jembatan Sungai Serayu penghubung ke kota Cilacap, dan tempat pengolahan air bersih dari Sunggai Serayu PDAM, secara otomatis posisi (p) tentu kuat karena menjadi zona dilindungi. (Z) sendiri ada di posisi yang kemungkinan akan diuntungkan sama dengan (p), ketika titik (L) terus bergerak sesuai dengan tanda merah berbentuk panah, menciptakan jalur DAS secara lebih sederhana, tidak memutar melingkari (d).

Aliran air sungai sendiri, jika (L) tidak ditahan laju pergerakannya, jelas (L) dan (p) menjadi sambungan baru DAS, yang membentuk sederhana menuju muara sungai. Ketika nyata terjadi, (d) menjadi "platar" sebutan "kami" warga Desa, ketika ada tanah di kelilingi sungai, dan menjadi daerah yang terisolasi oleh air sungai. Sedangakan (t) sendiri posisinya statis dan tidak terdampak.

Jika (d)  telah menjadi "platar", akan bergantung keberadaannya dari debit air Sungai Serayu di masa depan, bukan tidak mungkin ketika jumlah debit air sungai besar, (d) akan terkikis habis, dan tanahnya sendiri geser "buyar", menjadi bagian yang menguntungkan antara sepanjang pinggiran wilayah (Z) dan (p), saat itulah Karangrena hilang dari peta Desa masa depan.

Memang posisi yang tidak menguntungkan Desa Karangrena dilingkari DAS Sungai Serayu, letak geografisnya sangat berpotensi hilang dimasa depan, tidak saya pungkiri berdasarkan teori yang saya baca dari pemikiran akan prediksi masa depan. Inilah kenyataan yang tidak bisa kita tolak, tetapi semua pasti ada solusi, jika teknologi dihadirkan untuk membendung laju longsor di titik (L).

Meskipun "teknologi" karena buatan manusia, yang terkadang lemah, masih kuat fenomena alam, tetapi teknologi jika terus dihadirkan, dan di usahakan menjaga upaya preventif terhadap  bencana, manusia dapat mengontrol waktu laju fenomena alam "bencana", yang mau tidak mau, harus dan akan terjadi.

Oleh karena itu, dengan berbagai argument "menurut saya logis", dinas terkait Kabupaten Cilacap maupun Provinsi Jawa Tengah, untuk cepat tanggap dalam isu fenomena longsornya Sungai Serayu yang ada di Karangrena titik (L). "Bencana memang tidak dapat manusia hindari, tetapi upaya pencegahan terhadap apa, yang akan ditimbulakan oleh bencana itu, dapat manusia kontrol agar tidak lebih besar dampaknya".

Bukankah banjir yang setiap tahun menjadi bencana yang rutin hadir di Karangrena dulu, dapat di kontrol dengan pembangunan berbagai waduk dan bendungan? Mengapa longsor yang sederhana tidak dapat di tanggulangi secara cepat? 

Ini merupakan pertanyaan kami, warga desa Karangrena terhadap pemerintah, tentu untuk lebih peduli dengan hak hidup warga desa karangrena, yang terancam hak hidupnya, atas keberadaan desa yang terancam longsor Sungai Serayu dan berpotensi akan hilang di masa depan.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun