Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mantu Jokowi Diproyeksikan sebagai Elite PSSI, Syarat Politis?

17 Juni 2019   14:20 Diperbarui: 17 Juni 2019   20:34 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diambil dari kompas.com

Tidak menjadi sesuatu yang mengherankan, ini bukan bicara tentang dinasti pada suatu lembaga pemerintahan politik. Tetapi saya ingin berbicara dalam segi kualitas dan penguasaan atas apa yang akan di kuasai tersebut, sudahkah layak?

Boby Nasution dan sepak bola, entah ini berbicara kompetensi atau berbicara tentang apa posisi jabatan yang harus di isi oleh keluarga Presiden. Tentu menjadi pertanyaan kami yang menaruh lebih pada kemajuan sepak bola Indonesia.

Prestasi yang harus diraih, bakat dari anak-anak terkait sepak bola yang harus terwadahi, dan menjawab nama negara lewat jalur olah raga khususnya "Sepak Bola' untuk unjuk gigi pada dunia. Semua harus dapat bisa dijawab oleh pimpinan-pimpinan organisasi PSSI atau Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.

Maka dari itu, PSSI sebagai sentral dari manajemen sepak bola negeri ini bukan perkara yang main-main. Mungkinkah di Indonesia kurang ada manusia profesional dalam menejemen Sepak Bola bersama organisasi-organisainya?

Jika tidak ada profesional itu, apakah tidak melakukan, atau menyekolahkan ke negara maju dalam sepak bola lalu belajar disana supaya ada regenerasi dengan kemampuan terbaik, dalam hal ini "menejemen oraganisasi Sepak Bola"?

"PSSI adalah organisasi yang besar, membawahi klub, anggota PSSI daerah, dan betugas memaksimalkan potensi anak terbaik dari sepak bola negeri ini. Kiprah terbaru trobosan kerja, dan cara berbeda membuat program, sangat di tunggu oleh orang-orang yang gila bola di dalamnya".

Kerasnya suporter bola yang fanatik, umpatan-umpatan yang harus diterima dan konsistensi pimpinan PSSI agar dipercaya para pencinta Sepak Bola indonesia, itulah yang harus disadari Menantu "Presiden" jika akan mengisi pos pucuk kepemimpinan PSSI.

Harapan besar masyarakat indonesia kepada PSSI yang terlampau tinggi. Kalau hanya pucuk pimpinan mengisi atas nama kekosongan PSSI tidak membawa suatu yang profesional disana, juga kompetensi kepengurusan dalam organisasi olah raga, saya kira akan bernasib sama dengan yang menjabat pimpinan PSSI sebelumnya. Hanya bahan cacian, cemooh dari suporter bola bola yang radikal.

Karena sejatinya "PSSI" jika mau disurvey bagaimana pendapat publik terhadapnya, akan banyak jawaban ketidak percayaan pada PSSI. Sering kisruh, indikasi kotornya PSSI akan pengaturan skor, dan lain sebagainya jelas, "PSSI" adalah lahan keuntungan itu yang memanfaatkan sepak bola dikendalikan oleh mafia-mafia.

Ditambah tradisi kepemimpinan PSSI yang syarat akan muatan politis di dalamnya. Orang yang memperoleh jabatan mentereng seperti Ketua dan Sekjen PSSI jika di telisik, ia pasti mempunyai afiliasi politik terhadap yang berkuasa.

Tetapi mau dikata apa? Mungkin kini, kedepan, dan sebelumnya PSSI adalah kepentingan politik, bukan kepentingan organisasi negara "Olahraga" Sepak Bola, yang memantau bakat dan menjadikan anak-anak Indonesia atlit berprestasi dari dalam dunia sepak bola itu sendiri.

Kabar akan diduetkannya menatu presiden "Bobby nasution" dan Komisaris Jenderal Polisi M. Iriawan alias Iwan Bule sebagai pimpinan PSSi, apakah bukan suatu bentuk  muatan politis? Mampukah mereka menjawab tantangan besar PSSI yang tidak punya daya di percaya Publik saat ini?

PSSI akan tetap sama saja 
Drama baru wacana proyeksi kepengurusan PSSI masa mendatang tentu sebuah pertanda. Jika dipikir juga, ya pasti orang-orang itu-itu lagi saja. Tidakakah bisa pimpinan PSSi dari profesional yang tidak punya kepentingan politik atau terpilih atas kehendak politis? Ini mungkin yang susah terjadi di Indonesia.

Ketua umun PSSI yang lalu terpilih dari lingkungan TNI "Edy Rahmayadi". Kini diproyeksi dari Polri, "Komisaris Jenderal Polisi M. Iriawan alias Iwan Bule", dan sekjen-nya menantu "Presiden Jokowi",  Boby Nasution yang kompetensinya dipertanyakan di dunia sepak bola. 

"Saya bukan mendeskriditkan mereka dengan kapasitas dan gagasan-gagasan yang akan mereka buat di PSSI. Tetapi alur yang mirip dari sebelumnya, jalan menuju Ketua Umum dan elit kepemimpinan PSSI sama, sangat "bermuatan politis".

Meskipun saya lihat di berbagai media konvensional tentang apa yang akan dilakukan PSSI baru, gabungan senergi dari Komisaris Jenderal Polisi M. Iriawan alias Iwan Bule dan Boby Nasution, sangat berbeda dengan sebelumnya. Tetapi apakah yang tidak paham kepengurusan organisansi sepak bola dan tahu sepakbola, paham alur menejerialnya mengendalikan PSSI?

Satu dari konsep baru PSSI adalah digitalisasi Sepak Bola, pertanyaannya apakah akan menjawab harapan publik? Dengan bahasa digitalisasi sepak bola, PSSI akan lepas tanggung jawab? Hanya terima beres melayani bibit Sepak Bola tanpa campur tangan membuat bibit baru dari Sepak Bola itu sendiri?

Saya memang tidak mau kritis pada wacana-wacana program PSSI karena memang hanya sebatas wacana, belum dibuktikan secara riil dalam implementasinya. Tetapi boleh berwacana setinggi langit, tetapi kalau memang jabatan PSSI tetap diisi oleh orang-orang bukan profesioanlnya dan memang tidak punya pengalaman dunia bola, saya yakin kasusnya akan sama saja.

Bukankah jika PSSI benar akan diambil alih oleh Komisaris Jenderal Polisi M. Iriawan dan Boby Nasution, keduanya sudah mewakili syarat politis itu? Jika kini Porli yang ambil alih, atau masih instansi Pemerintah juga yang pegang kendali PSSI, bukankah kesannya seperti monopoli kelereng di mana yang menarik masyarakat kiprahnya, ia yang pegang kendali PSSI?

Kasus pengaturan skor liga dan keterlibatan elit PSSI di dalamnya yang diungkap oleh Polri, seakan polri ini ingin mendapat ganjaran itu dengan mengambil alih PSSI. Begitu pula Boby sebagai menantu Presiden Jokowi, ia menjabat seperti ada transaki jabatan setrategis politis di dalamnya karena ia menantu Presiden.

"Memang menjadi suatu hal yang biasa, ia punya akses terhadap negara, segampang itu ditunjuk oleh negara menjabat jabatan lembaga negara. Bukankah tidak menjadi tujuan republik mempertahankan kultur feodalisme di suatu negara merdeka?" 

"Biarlah jabatan strategis seperti PSSI dipegang profesional saja, yang kompeten dalam bidang Sepak Bola. Supaya Sepak Bola kita maju bila dipegang oleh profesianal. Dengan itu, jika PSSI dikuasai oleh profesional, kultur politik jabat-menjabat se-enaknya berubah, Polri tidak ingin kuasa, menguasi, dan rakyat akan memperbaiki dirinya untuk mempercayai PSSI kembali".

Jika tetap seperti ini, PSSI seperti organisasi pesanan. Sampai kapan pun PSSI akan sama saja tidak ada perubahan. Revolusi PSSI, takut Bos! Punya siapa dia "PSSI"? Lah ya siapa yang berkuasa, kali itu yang punya. Republik macam apa ini? Semacam itulah ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun