Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wacana Jokowi "The Singapore of Java", Kini Menjadi Kota PLTU?

16 Juni 2019   18:59 Diperbarui: 24 Juni 2019   10:37 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari: attaladwipa.wordpress.com

Bagi kaum awam seperti mereka dan saya, "Singapuranya Indonesia" berarti akan terciptanya gedung-gedung tinggi, rapi, indah dan maju. Banyaknya pekerjaan yang tersedia nanti di Kota metropolitan mirip Singapore ini dengan julukan " The Singapore of Java" sangat membantu kami warga Cilacap. Karena kami tidak perlu susah-susah merantau ke Kota untuk mencari sesuap nasi, bahkan sampai ke luar negri, ke Singapura-nya betulan.

Memang pada tahun 2014 lalu, politikus yang menjabat Presiden untuk kedua kali Bapak Republik Indonesia tercinta "Joko Widodo" sempat mencanangkan bahwa: Cilacap akan menjadi Singapuranya Indonesia lewat Industri yang akan di bangun di Cilacap "PLTU".

Tentu kabar baik ini di terima senang oleh semua pihak lapisan masyarakat. Harapan mereka mungkin akan menjadi kebenaran, karena yang bilang sendiri "Jokowi" calon presiden Indonesia waktu itu 2014, dan juga belum lama ini tahun 2019.

Namanya juga orang Desa, melihat Singapura itu hanya digambar saja. Kotanya begitu maju, sampai-sampai dengan foto shop (apilkasi edit photo) mereka gambarkan Kota Cilacap yang maju. Dari perbatasan Kota Cilacap terlihat megah diisi oleh pengambaran dengan bentuk gedung-gedung tinggi yang mewah dan megah. Sayang dokumentasi itu sudah tidak terlihat di berbagai media sosial tentang Cilacap, jadi gambar tersebut tidak saya bagi disini, tetapi jika Anda orang Cilacap pasti mengetahui.

Orang berharap boleh saja, mengambarakan kegembiaraan? apa lagi, jelas boleh asal, "kalau tidak sesuai harapan jangan kesal". Harapan kemajuan Kota   menjadi gambaran mereka, tentu warga Cilacap yang girang akan wacana Jokowi dulu bahkan hingga kini yang menjabat sebagai Presiden Indonesia.

Tetapi apakah harapan tidak hanya menjadi harapan? Sudahkah Cilacap selangkah memiliki kemiripan dengan panutannya "Singapura"? Inilah yang akan di pertanyakan, realitas kini, dan progres kemajuan dari Cilacap itu sendiri sebagai "The Singapore of Java".

Cilacap Kini Kota PLTU

ilustrasi diambil dari Merdeka.com
ilustrasi diambil dari Merdeka.com
Gagasan menjadi Singapura-nya Jawa memang mungkin, dalam hal ini pemerintah Kabupaten Cilacap juga memberikan jargon yang sama bahwa; Cilacap dapat menjadi Singapura-nya Jawa.

Tentu alasan Pemkab sendiri akan datangnya investasi besar-besaran ke Cilacap, faktor ketertarikannya bertumpu pada PLTU yang akan di bangun di Cilacap, yang kini sudah terbangun, sebagain lagi telah berfungsi. Tetapi sejak dalam pembangunannya, dari satu PLTU hingga sekarang, yang telah mencapai empat pembangkit PLTU, geliat investasi di Cilacap cenderung stagnan. Memang sedikit ada kenaikan, tetapi sifatnya hanya akomodasi proyek PLTU saja.

Saya kira pengembangan infrastruktur menjadi biang tersendatnya investasi ke Cilacap. Kota yang buntu membuat engggannya para investor menanamkan modalnya Ke Cilacap. Mengapa untuk menarik Investor dibutuhkan infrastrukur? Jelas untuk menunjang faktor distribusi barang jadi produksi, dan barang mentah untuk diproduksi oleh industri.

Jargon Cilacap untuk menjadi Singapuranya Indonesia di Jawa pada saat itu, menurut saya terkesan hanya manifesto PLTU dengan segenap janjinya, "sebagai kepentingan proyek strategis nasional pemerintahan Jokowi", untuk tidak mendapat banyak pertentangan masyarakat.

Dengan kurang berkembangnya investasi di Cilacap, jika memang Cilacap akan dijadikan oleh Pemerintah Pusat untuk menjadi "The Singapore of Java", tentu pemerintah pusat menggiring investor ke Cilacap, dan menyiapkan Infrastrukturnya terlebih dahulu sebagai kawasan ramah Investor.

Bukankah kenyataannya itu tidak dilakukan oleh pemerintah pusat dan Pemerintah Kabupaten Cilacap sendiri yang mendukungnya? Oleh karenanya, janji daerah maju, investor datang, seperti hanya garauan politikus yang sudah biasa terjadi. Memang saya disini tidak tahu, bagaimana investasi di Cilacap akan berkembang nantinya.

Tetapi kita boleh sejenak berpikir secara rasional, bagaimana investor akan datang ketika infrastrukturenya belum siap? Adanya PLTU sebagai bahan utama masuknya investor memang hanya uncapan manis kepada masyarakatnya saja, buktinya tetap nihil. Produksi listrik PLTU yang produksi listriknya dapat disalurkan kemanapun asal terdapat penghantarnya, itu yang tidak terbaca oleh masyarakat dan pemerintahan daerahnya, dalam hal ini "Kabupaten Cilacap".

Infrastrukture yang mandeg di Kabupaten Cilacap sendiri membuat investasi di Cilacap masih kalah jumlahnya oleh kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah, yang lebih siap dalam infrastrukture seperti Solo, Klaten, Salatiga dan Sukoharjo. Mengapa Investor memilih daerah mereka?

Tentu karena faktor Tol Trans Jawa yang mengakomodasi sebagai akses kebutuhan utama industri yang diperlukan. Daerah jalur Tol Trans Jawa sendiri mendapat berkah sebagai wilayah industri baru pindahan Industri dari Jabodetabek, yang disana dinilai tidak banyak menguntungkan karena faktor pengupahan yang sudah tinggi kepada Buruh.

Dengan berubahnya iklim wilayah sebagai tujuan investasi industri, dan infrastrukture yang cenderung belum menampakan kemajuan di Kabupaten Cilacap, membuat Cilacap hanya akan di huni oleh Industri PLTU yang akan terus berekspansi. Kini sudah ada empat PLTU yang sudah terbangun di Kabupaten Cilacap. 

Mungkin jika kedepan tidak ada penolakan berarti dari masyarakat Kabupaten Cilacap, selama konsumsi listrik di Jawa dan Bali masih kurang, terus menambah PLTU di Kabupaten Cilacap adalah jelas menjadi kenyataan itu.

Rayuan Investasi dari adanya PLTU sendiri sudah tidak akan bisa diharapkan lagi bagi masyarakat Kabupaten Cilacap. Yang ada Cilacap kini menjadi Kota PLTU, dengan berbagai dampak sosial atau dampak lain seperti kesehatan masyarakat yang di timbulkan dari aktivitas produksi industri PLTU itu sendiri. Sekali lagi, wacana keuntungan investasi dari industri PLTU, sampai jargon "The Singapore of Java" adalah kebohongan belaka.

Tidak lebih hanya upaya strategi dari Pemerintah Pusat, dan Daerah yang setuju pembangunan PLTU sebagai proyek startegis nasional, yang tidak menguntungakn masyarakat Kabupaten Cilacap tetapi justru merugikan masyarakat disekitarnya. Bukankah kasus rencana pemindahan siswa tempat SDN 03 Slarang Kamis (4/4/2019) karena terdampak proyek pembangunan PLTU Karangkandri di Kec. Kesugihan Kab. Cilacap sudah menjadi bukti yang masyarakat merugikan itu? 

Terkadang harapan, wacana dan kenyataan tidak semua berbanding lurus, begitupun dengan investasi, kemudian julukan "The Singapore of java". Semua hanyalah rayuan indah bentuk menggiring opini supaya industri dalam hal ini "PLTU" tidak mendapat penolakan berarti dari masyarakat Kabupaten Cilacap itu sendiri.

Bagaimanapun semua Industri ada nilai kurang dan lebihnya, tinggal masyarakat lihat, jika dampak lingkungan tidak diperhatikan oleh menejemen PLTU, menentang adalah sesuatu yang perlu. Perkara nanti di masa depan ketika banyak PLTU itu tidak terpakai lagi, dan hanya akan menjadi barang bekas yang rusak. Mungkin julukan Cilacap sebagai Kota PLTU berganti menjadi Kota penampung Rongsok PLTU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun