Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ahli dalam Kerja Konvensional, Ilusikah?

31 Mei 2019   14:44 Diperbarui: 2 Juni 2019   02:08 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar ilustrasi diambil dari pixabay.com

"Kerja, kerja kerja, semangat, semangat dan semangat, tetapi yang kreatif dan membebaskan diri sebagai manusia pekerja".

Di ujung pantian ini, aku seperti yang tidak pernah terbang itu. Seperti si Gagak yang sedang mengembara tanpa arah, membingungkan bagi semesta pemikirannya sendiri. 

Memang aku  harus berpikir dan terus berpikir, dan akan terus menjadi pemikir. Apakah waktu itu tidak akan pernah sampai pada akhirnya? Seperti re-rumputan yang sedang menguning di sana, rasanya ia sudah tidak mempunyai harapan lagi sebagai kerja dan pekerja itu sendiri.

Senja ini tidak akan ada selamanya, setidaknya itulah firasatku . Namun, harapan itu mengikis, tentu bagai pinang yang terbelah dua seperti banyak dikatakan dalam pri bahasa. 

Tetapi ini seperti dalam mimpi, ya tentu, ini adalah mimpi yang terbuat oleh sistem kesemuaan manusia dalam memandang kerja dan pekerjaan. Terbuat atas dasar realitas, seakan menjadi titik harapan yang sama sekali tidak dapat diharapkan oleh sistem kerja dan pekerjaan, jika dilakukan secara budaya konvensional saat ini.

Aku mengira, jika seorang manusia dalam memandang dirinya dari dalam perspektif sistem kerja saat ini, ia akan terus dikerdilkan sebagai "pekerja" sebatas Gaji Upah Minimum Regional, setidaknya untuk ijazah rendah dan intelektual manusia yang tidak tersetempel lembaga pendidikan. 

Tekanan tidak hanya dari dalam dirinya "sebagai", akan tetapi  juga didapat dari lingkungan di sekitarnya, bahwa; ia sudah pasti terpatri karena ketidak terjawabnya setiap akomodasi untuk menjadi pekerja yang berkelas.

Abad 21 bagi peradaban Indonesia saat ini memang abad yang paling menentukan sebagai diri manusia pekerja. Kini manusia pekerja sendiri memang tidak ditentukan oleh seberapa tinggi pendidikan, strata sosial maupun kadar-kadar hubungan dari dalam ruang kerja itu sendiri. Barometer sebagai penghuni abad 21 ini adalah dirinya sendiri, bagaimana ia cakap bukan saja membaca peluang secara lingkungan "pebisnis" tetapi peluang pekerjaan dari dalam dirinya sendiri yaitu "bakat".

Namun sering kali rupa-rupanya diri mengisi dirinya sendiri pada abad 21 yang semakin tidak terbendung ini membuat, "mereka membutukan suatu pegangan" memandang dengan sikap optimistik dan keberaniaan untuk tidak sepadan. 

Tentu apa yang menjadi pegangan lain selanjutnya mereka adalah uang. Ekonomi yang terbangun oleh sistem, teknologi yang diciptakakan dari uang, dan manusia-manusia baru yang semakin bertahan dengan uang karena industrialisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun