Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ahok Layak Menjadi RI 1 2024?

7 Mei 2019   16:52 Diperbarui: 15 Juni 2019   08:25 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari kompas.com

Terlepas dari kontrovesi seorang Ahok, perlu di ingat, saya bukan Ahokers. Tetapi jika menelisik pemikiran Ahok dan sikap Ahok dalam memimpin, mengapa tidak jika ia dijadikan pemimpin masyarakat yang lebih luas yaitu RI 1 2024?

Memang akan ada sedikit bahkan banyak ganjalan untuk melenggangkan Ahok ke dalam istana. Bukan saja pada rasial-nya yang banyak orang konservatif bilang non pribumi. Tetapi ada pada tatanan keyakinan minoritas yang dapat dijadikan masalah seperti kasus dalam Pilgub 2017 kemarin.

Saya mengira dengan kesadaran politik, dan semakin berubahnya budaya anggapan masyarakat Indonesia kini yang semakin baik akan mengubah segalanya termasuk isu-isu politik. Untuk itu saya berpendapat, "tidak ada yang tidak mungkin dalam kontestasi politik saat ini".

Kita dapat melihat bagaimana Pilpres 2019 dengan dikotomi kelompoknya yang dominan?

Banyak analis politik memprediksi, setidaknya ini sebagai acuan percaturan politik pra pilpres kemarin, di mana banyak prediksi pilpres akan seperti pilgub Jakarta 2017.

Saya menilai narasi pilpres sendiri jelas,"rasa pilgub Jakarta", di mana gerbong politik terlihat kelompok itu-itu saja. Kebanyakan mereka adalah siapa membela siapa dalam kerangka pilgub Jakarta 2017.

Dapat kita pelajari sebagai acuan kita, "rakyat yang mencermati semseta politik mutakhir". Kemenangan versi banyak lembaga survay independen dan terus bergeraknya suara yang dihitung KPU sendiri jelas, telah mengerucutkan siapa pemenang pilpres 2019, dalam hal ini, "calon dari 01".

Ketika berbicara politik tidak bisa barometer daerah sebagai potensial membentuk kerangka politik nasional. Setidaknya inilah yang dipakai pengamat dari calon 02 yang begitu dominan identitas. Tak ayal, jika, dari dalam koalisinya sendiri calon 02 dirongrong oleh tokoh pengaruh partai yang mengkritik peranan kuat identitas tertentu dalam tubuh calon 02.

Bukan tanpa alasan tokoh berpengaruh partai politik koalisi calon 02 mengkritik identitas. Dia sendiri bukanlah pemain baru dalam politik nasional, terbukti ia terpilih sebagai Presiden selama 2 periode. Jadi ia paham betul bagaimana majemuknya politik nasional itu sendiri.

Menjadi problem adalah bagaimana partai politik membentuk kader potensial menyongsong 2024? Saya mengira untuk mengorbitkan tokoh baru tidaklah segampang membeli kacang pada setiap lampu merah sana.

Saya menganalisa kebuntuan kubu koalisi 01 dalam membentuk tokoh kaderisasi sendiri akan mengerucut pada tokoh yang sudah terlanjur populer dalam masyatakat kini. Bergabungnya Ahok dengan PDI-P menjadi sinyal kuat, bagaimana koalisi 01 akan membidik kursi RI 1 2024. Ahok  sendiri menurut saya adalah potensialitas pemimpin 2024, itu jelas! dengan populernya dia sebagai tokoh baru nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun