Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Industri "Diktaktor" Baru

26 Maret 2019   23:33 Diperbarui: 4 April 2019   19:29 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dokumen Pribadi, Kondisi Industri PLTU diwilayah Desa Karangkandri, Kec Kesugihan Kab. Cilacap

Seakan mendapat ilham, setidaknya ini menjadi alasan subyektif untuk tetap atau berhenti merokok. Terus terang, saya bisa menjadi perokok aktif, dapat pula menjadi perokok pasif. Ada saja alasan untuk merokok dan berhenti merokok. Semua hanyalah perkara diri yang berdaulat atas dirinya sendiri baik atas ekonomi ataupun atas gaya hidup yang katanya "tidak baik untuk kesehatan" itu.

Perkara manusia lain di luar sana menganggap bahwa orang yang merokok itu bodoh. Uang yang seharusnya bisa untuk mengangkat harkat martabat kebutuhan-kebutuhan yang lain malah dibuang percuma. Salah satunya dengan untuk membeli Rokok, tetapi? Baiklah, disisi lain itu benar, karna bagi saya seorang Manusia liberal abad 21 menganggap kebenaran sangat subyektif tergantung bagaimana siapa menilai siapa. Dalam ini adalah konforntasi Opini antara perokok dan non perokok.

Secara garis besar saya menyimpulkan, seseorang melakukan sesuatu untuk sesuatu. Masing-masing jika di tilik dari dasarnya, adalah kebosanan pada sesuatu itu juga. Hal yang baru itu penting, supaya bosan pada habisnya prilaku tidak berkepanjangan merundungi diri. Terkadang mudah dan murahnya harga Rokok menjadi solusi untuk mengisi relung kekosongan pada prilaku diri tersebut. "Ketika duduk sendiri, terasa kepulan asap akan berarti dengan secangkir Kopi".

Tetapi dalam hal ini, abad muktahir ini, setiap orang tidak akan dapat terlepas dari prodak Industri. Bahkan godaan dalam bentuk Iklan sendiri sudah menjalar kemana-mana. Perokok atau non perokok pun dihadapkan masalah yang sama. Jika ditelisik sebagai korban, tentu semua prodak Industrial memakan korban. Bukan hanya industri Rokok dengan ke-tidak sehat-an para konsumennya yang terstigamatisasi jangka panjang. Namun jika kita melihat Industri yang lain-pun sama mempunyai hal negatif bukan hanya kesehatan tetapi martabat ruang kehidupan Manusia itu sendiri.

Sebab mencari perbedaan kemudahan merokok sama dengan kemudahan mengakses prodak Industri lain. Jika di lihat dan dirasa jangka panjang akan sama-sama berbahanya prodak-prodak Industri tersebut. Kita sebagai konsumen tidak pernah bertanya sudah berapa lama minuman manis Prodak Industerial itu didalam kardus Mini Market? 

Ketika minuman itu lama disimpan apakah tidak ada efek samping bagi kesehatan? Sebenarnya jika ada Badan Pengawas Prodak Makanan Industerial dari Pemerintah, apakah mereka benar obyektif dan bebas suap dari Industri itu sendiri?  Mungkinkah kita sebagai konsumen mempertanyakan itu? Terpenting adalah ketika kita punya uang hasrat kita hanya satu yaitu "untuk membeli" itulah doktrin sistem Kapitalisme.

Setidaknya itulah paradoks masyarakat Industri, tarik menarik konsumen dengan berbagai narasinya gencar dilakukan untuk prodaknya di beli. Bahkan jika diteliti secara pribadi bagaimana tentang narasi konsep dagang antara siapa menyerang siapa, tidak akan pernah habis dalam masyarakat Industerial.

Dalam semseta pengetahuan, yang sering menjadi pertentangan adalah bagaimana manfaat dari suatu Produk. Tetepi di lain Opini, cara mempengaruhi pengetahuan akan sama berbahaya-nya produk itu pun digencarkan sebagai tandingan. Mana prodak industri yang baik dan mana yang buruk? 

Mana yang layak dikonsumsi dan mana yang tidak? Sebenarnya semua konsumen adalah korban Industerialisasi itu sendiri. Yang ada, konsumen hanya di benturkan pada narasi pedagang yang hanya bertujuan Prodaknya di beli. Industri jalan, Kapitalisme hidup, mereka dapat berkuasa dengan Uang.

Diskusi dan laju industri Indonesia yang kian menggila

Terus terang, saya mencoba membahas tentang Opini Industeri ini berangkat dari diskusi yang digelar oleh Jakartanicus. Kurang lebihnya judulnya "Membongkar Hoax Industri Rokok" pada tanggal 20 februari 2019 lalu. Kebetulan saya baru kemarin nonton rekaman videonya itu di kanal Youtabe Jakartanicus. Menjadi pertanyaan mengapa hanya Industry Rokok yang di bahas dalam forom tersebut? Saya mengira semua Industri bermuka sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun