Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hidup Sebagai Lajang, Apa yang Harus Dilakukan?

19 Maret 2019   12:11 Diperbarui: 20 Maret 2019   17:12 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan pinggir Pantai Menganti, Kebumen, Jawa tengah [Gambar: Dokpri]

Juga, ingin mandiri? mau usaha, ada uang tabungan. Pun, sama jika ada Kredit Perumahan Rakyat DP murah, "dapat di ambil dengan uang tabungan itu". Selagi "lajang" masih belum tanggungan susu anak ibaratnya, akan bijak jika "mulai dengan menabung"

Membantu perekonomian orang tua. Usia manusia Indonesia kini dalam memulai "bekerja" di kisaran umur 19 tahun ke atas. Dengan perhitungan umur ini, sudah pasti semakin menjadi tua, orang tua kita! Bukan tua, alasan menjadi turunnya produktivitas. Tetapi manusia punya daya pada usia, keadaan ini tidak akan bisa ditawar. 

Sebagai "Lajang" dengan kelonggaran ekonomi, sangat patut bahkan diwajibkan membatu orang tua. Tidak perlu kuwatir pada uang kita, Orang tua baik! Enggan, bahkan tidak tega, dengan catatan "beliau masih sanggup bekerja" untuk bergantung pada anaknya. Pasti, jika uang anak-nya dipegangnya, akan dijadikan investasi menopang produktifitasnya dalam bekerja.

Semisal, Orang tua kita "Petani", sudah pasti uang itu untuk perluasan lahan untuk meningkatkan produksi mereka. Begitu-pun jika orang tua kita adalah Pebisnis, sudah pasti uang tersebut untuk kelacaran bisnisnya. Orang tau baik berpikir ekonomi harus maju bersama. Karena ketika Anak butuh "orang tua pun tetap menopangnya".

Belajar Menghargai hubungan. Lajang identik dengan kesendirian. Di malam yang sepi jiwanya seperti terkoyak kesepian itulah kata dari seorang pujangga lajang. Menanti kapan, kelajangan akan berakhir pada akhirnya. 

Setiap dari masalah yang ditunggunya untuk berdampingan dengan seseorang, mentalnya terlatih, bahwa berdua akan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, rasa syukur bila dapat hidup membangun hubungan akan lebih disyukurinya, ketimbang "mungkin yang tidak sedang dalam keadaan lajang".

Senggangnya waktu untuk belajar. Banyaknya kampus yang membuka kelas untuk kariyawan menjadi jawaban apa salahnya melanjutkan pendidikan? Jika uang sudah berlebih digunakan untuk hal baik tidak ada salahnya. 

Jika pendidikan hanya untuk mengejar gelar, tidak salah juga. Tetapi terpenting dalah keluangan waktu "lajang" itu sendiri, memanfaatkan dengan lebih baik, mencari bahkan meng-implementasi-kan kesadaran belajar sebagi Manusia. Supaya, tidak lain adalah menjadi lebih bijak bisa mengotrol diri lebih baik dengan banyaknya pengetahuan yang masuk dalam semseta berpikir kita.

Menimba ilmu dari pengalaman. Kebebasan itu sendiri, tidak ada keputusan yang memberatkan dari seorang lajang untuk mau menjalani hidupnya dimana. Pindah tempat bekerja, mencari tempat tinggal baru, bahkan merantau di tempat yang jauh dari rumah. 

Jika engkau seorang lajang yang suka dengan "treveling", bisa merantau dan bekerja di Bali, misalnya! Di sana, engkau dapat melampiaskan hobimu, dibalik itu melihat keragaman budaya dengan kearifan daerahnya masing-masing. Sebagai bahan pemgalaman-mu sendiri supaya engkau lebih luas dalam bersudut pandang, tidak terkurung atas nama krumunan sempit hidupmu sendiri.

Pengalaman yang luas akan membuat "keluwesan" dalam hidup Manusia. Di sisi lain, engkau menjadi toleran akan perbedaan dari keyakinan bahkan budaya hidup masyarakat manapun. Lajang seharusnya menjadi pembelajar yang baik akan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun