Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Patahan

22 November 2014   21:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:06 22 0
Pagi itu, ketika semua petang. Mendung membentengi si Surya yang hanya tersenyum tipis-tipis di tepian khatulistiwa. Gumpalan kapas putih yang biasa berserakan pun tak tampak. Lalu kau artikan apa kejadian alam yang demikian? Viona masih terduduk manis di terasan rumah, Ayah dan Ibunya berbincang mesra dan sepiring pisang goreng manis masih mengepulkan asapnya. Viona bermain bersama Kiko, kucing mungil pemberian Opa. Segalanya masih berjalan seperti biasa, harinya menyenangkan seperti sebelumnya.

Pagi ini, ketika semua kembali petang. Mendung masih membentengi si Surya yang tersenyum simpul di balik peraduannya. Gumpalan kapas itu kini berwana abu, beriringan mengikuti kemana Bayu membawanya. Mungkin saja mengitari dunia, menarik simpul dimana pada ujung itu ia akan bertemu bersama si Putih dan lainnya. Atau ia hendak menebarkan kedamaian lewat caranya menghujani dunia. Lalu kau sebut apa kejadian alam yang demikian? Viona kali ini terduduk manis di terasan rumah, Ayahnya pergi kali ini. Piring pisang goreng itu masih ada, namun sudah tak lagi hangat. Ibunya belum datang, bekerja sebutnya. Kiko masih menunggunya disamping kursi, ia menatap bunga lili yang ditanamnya bersama Ayah dan Ibunya satu minggu yang lalu. Ada yang berubah, sedikit berubah.

Ia masih menunggu, tersenyum kecut kepada Kiko. Ia masih saja menghitung bijian pisang goreng yang ditinggalkan Ibu pagi ini. Ia disini, di terasan ini, namun pikirannya jauh, berlari melayang kemana saja yang ia suka dan senangi.

Kemarin ia tiba di Paris, berfoto di depan menara Eiffel bersama kedua orang tuanya dan Kiko. Pagi ini ia berkunjung di Piramida Giza, namun sendiri. Entah apa yang membuatnya memilih pergi sendiri. Entah mengapa ia memilih tempat yang gersang dan panas untuk berlibur ala Viona.

Viona masih terduduk di kursi terasan itu, menunggu Ayah yang ternyata tak pernah kembali. Pisang goreng itu pun mengeras, dan Ibunya akan pulang sore nanti. Lalu, kini ia bersama Kiko dan Opa.

Hari ini, Viona berada di depan Menara Eiffel, Paris. Faris mendampinginya, bersama Ibu. Mereka berfoto, bersama setelah upacara kelulusan Viona. Kali ini, ia tak perlu lagi pergi ke Sahara ataupun Gobi. Viona, seorang Master International Relation, Staf Ahli Kepresidenan. Patahan itu mampu ia tanggalkan, ia cari celah yang bisa ia tanami biji kesuksesan dan ia sirami dengan peluh kerja keras. Bukankah itu bagian dari bertahan?

Jika pada akhirnya kau temukan patahan pada kehidupan, jangan berpikir bagaimana ujung tajamnya mampu menyakitimu. Pikirkan, dalam celah mana yang mampu kau selipkan mimpi untuk kemudian kau tumbuhkan pohon teduh bagimu, dan mereka. Hidup hanya tentang bagaimana kau memandangnya, memilih, dan bertanggung jawab atas resikonya.


"Terbentur, terbentur, terbentuk" - Tan Malaka.

Mila, Pare - 22 November 2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun