Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Percakapan dalam Hujan

26 Oktober 2021   15:00 Diperbarui: 26 Oktober 2021   15:03 563 55
I/. Satu percakapan singgah di pintu rumah:

"Masih hujan!"
"Pagi, waktu yang tepat ke sawah."
"Tapi..."
"Tinggallah di rumah!"


Dua pasang kaki tergesa melewati halaman rumah. Langkah-langkah tua menjejaki tanah basah. Menyibak terpaan resah, memanggul kisah. Butiran hujan pasti berkah.

II/. Satu percakapan terhampar di pematang sawah:

"Harus dicoba!"
"Pakai mesin, disewa?"
"Mahal!"
"Andai kerbau itu tidak..."


Dua pasang mata menukar sepi menjadi saksi. Kehilangan adalah pengorbanan mimpi. Seperti menakar kerelaan hujan menggantikan cahaya mentari. Agar mimpi tak lagi berakhir sunyi. Tak terbeli.

III/. Satu percakapan terdampar saat makan malam:

"Ini beras terakhir!"
"Tinggal menggiling padi, kan?"
"Bukannya, Itu untuk benih?"
"Esok, butuh beras atau benih?"


Satu mulut, sudah terlatih menyimpan jawaban. Mulut yang lain, kembali tertatih menghapus pertanyaan. Pintu sesal selalu terpasang di akhir. Namun, hidup adalah kisah panjang sejak lahir.

IV/. Satu percakapan tersungkur di tempat tidur:

"Jual kerbau sudah. Gadai sawah sudah! Apalagi yang..."
"Rumah?"
"Hah?"
"Seperti sawah. Terkadang, rumah hanya butuh dihuni. Bukan dimiliki!"


Dua isi kepala bersatu meramu doa. Mencari jejak-jejak pintu untuk beragam pinta. Berharap, tak siapapun mengeja keputusan paling rahasia. Tak jua wajah-wajah tak berdosa. Anak-anak tercinta.

***

Di halaman rumah.

Butiran hujan menggenangi kelam malam. Bersiap membujuk mimpi mencegah pagi. Melupakan pergantian hari.

Curup, 26.10.2021
Zaldy Chan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun