Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Hingga Langit Mendaraskan Ayat Terakhir Kehidupan

2 Agustus 2021   19:45 Diperbarui: 2 Agustus 2021   19:46 139 25
Bukan satu, tapi dua bintang menerangi negeri matahari.

Sinarnya menunda dengungan sinis yang menunggu peluit dari aba-aba masinis. Atau, menghapus susunan larik-larik liris, yang ditata mengalun ritmis. Seperti perebutan hujan dan cahaya menghadirkan indah pelangi di antara sisa gerimis.

Bukan dua, tapi banyak mata air mata memadamkan api tunggu.

Butirnya menyejukkan jiwa-jiwa fana yang tersengat percikan api duka. Atau sejenak melupakan deretan keluh yang tertinggal di bilik nestapa. Seperti mengikat janji oase di kegersangan padang pasir, jika kehidupan belum berakhir.

Bukan kata, tapi gugah rasa yang menggubah cara berwujud asa.

Nadanya tertoreh pada secarik partitur kuno yang dieja sepenuh cinta. Atau, menyaksikan semilir angin yang menyapa ranting cemara dan dedaunan akasia. Seperti ketabahan anak-anak sungai menelusuri petilasan purba samudera.

Cahaya bintang akan pudar seperti goresan angka-angka yang terkurung pertanggalan usang. Namun bintang takkan hilang! Hingga langit mendaraskan ayat terakhir kehidupan. Harapan.

Curup, 02.08.2021
Zaldy Chan

Selamat untuk Gres & Ani!
BinOlimpiade Tokyo 2020

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun