Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Cerita Angin

9 Juni 2021   17:12 Diperbarui: 9 Juni 2021   17:18 157 23
Duduklah!
Aku ceritakan bisikan angin yang membaca wajah laut di hari kemarin.


Ini bukan tentang terjangan gelombang menjulang, yang begitu mahir meluncur dan berputar oleh tumpahan pelumas. Bukan pula tentang bujuk rayu ombak yang tertatih letih, membiarkan kapal-kapal menepi di pelabuhan peti kemas.

Tapi, tentang rasa cemas.

Dengarkan!
Kau tak perlu berburu ke perpustakaan mencari sebuah kamus, jika sekadar mengurai makna kata cemas.


Ia sejak lama mendekam di alam pikiran. Jauh sebelum kau dan aku mengenal kata kelahiran. Terkurung pada ruang sementara yang bernama "di antara". Seperti kegugupan angka sembilan, memilih kosong atau angka satu untuk mengulang deretan.

Terkadang, ia seperti kantuk yang menunggu tidur, kenyang yang merasa lapar, atau masa lalu yang berharap jarum jam mundur teratur.

Bingung?
Begitulah. Seperti aku, angin tak pernah bosan mengulang bisikan. Kau ingin bertemu angin? Tak perlu!

Cukup pandangi gerak tirai jendela di belakangku. Dan, pakailah kata-kata usang itu untuk ceritamu. Tapi ingat! Jangan gunakan kata laut. Itu baru saja kuujarkan padamu. Jangan tiru aku!

Kau tak tertawa? Kopimu kurang gula? Atau, rasa cemas sudah berkuasa?

Curup, 09.06.2021
zaldy chan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun