Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Menunggu Air Mata Memadamkan Batu

30 Maret 2021   19:43 Diperbarui: 30 Maret 2021   19:46 132 23
Angin bercerita:
Nyala api tak lagi membakar ranting dan kayu, tapi batu. Ia bersembunyi dalam kepala-kepala yang membeku. Di depan pintu, kau dan aku menunggu. Termangu.

Angin menanam cerita.
Usai mata haru meratap wajah langit-langit. Ia membujuk butir-butir debu meredam rasa sakit. Di ruang tamu, kau dan aku tenggelam. Dalam diam yang lebam.

Angin menyimpan cerita.
Memaksa langkah ragu menjejak lantai yang muram. Menghindar dari genangan sisa-sisa hujan semalam. Di dapur, kau dan aku meracik kabar. Menunda lapar.

Ada sebuah berita.
Angin tiba-tiba menghilang. Menurut cerita, Ia kabur lewat pintu belakang. Di kamar tidur, kau termangu. Dan, aku menunggu air mata memadamkan batu.

Curup, 30.03.2021
zaldy chan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun