Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Terlambat Bukan Berarti Gagal

3 Desember 2021   08:00 Diperbarui: 3 Desember 2021   08:19 478 6
Setiap kali saya membersihkan meja kerja, setiap kali itu juga saya diingatkan akan sosok seorang anak yang pernah menjadi siswa saya.

Meskipun letak meja sudah bergeser dari depan ke belakang, dari samping kiri ke kanan,namun ada satu benda yang tidak pernah saya geser-geser beberapa tahun belakangan ini.  Bahkan posisinya tidak pernah tertimpa dengan buku,laptop,dan benda kerja lainnya saat bekerja.

Sebuah gambar tanpa warna di sebuah kertas HVS. Gambar ini punya cerita bermakna selama saya menjadi guru. Gambar ini membuat mind set' saya berubah. Gambar ini juga yang membuat cara pandang saya kepada siswa juga berubah.

Saat itu,sekitar tahun 2013, saya mendapati siswa yang selalu memegang pensil dan posisi menunduk saat belajar di kelas. Setiap saya berjalan mendekati meja, dia selalu menutup buku tulisnya.  Hati ini selalu bertanya, ada apa dengan buku tulisnya?

Suatu ketika saat belajar di kelas, siswa diberi latihan menghitung neraca massa. Mereka kerja kelompok. Saya memfasilitasi mereka secara berkelompok untuk menuntaskan dua soal hitungan neraca massa.

Secara diam-diam saya mengamati sosok anak yang pendiam,yang selalu membuat saya penasaran, ada apa  sebenarnya di buku tulisnya itu.  Saat asik mendampingi  siswa belajar berkelompok, saya mendapati anak tersebut tidak aktif berdiskusi,namun sangat sibuk dengan pensilnya.

Saya mencoba memecah konsentrasinya dengan memberikan instruksi,namun dia sama sekali tidak menghiraukan dan tetap fokus dengan aktivitasnya.

Akhirnya secara diam-diam saya berjalan dari  arah sisi belakang kelompoknya.  Setelah tepat berdiri di belakangnya,saya  melihat tangan itu sangat  lincah menggoreskan pensil di  buku tulis. Begitu lincah  tangan itu menggerakkan  pensil,sehingga tidak sampai dalam hitungan 1 menit,separuh  gambar sudah berbentuk.

Saya terkesima dengan hasil  goresan tangan itu. Belum sempat memandang lebih lama, teman satu kelompoknya sudah memberi aba-aba kepada anak tersebut agar melanjutkan diskusi.

Saat dia tahu saya sedang mengamatinya, dengan cepat dia menutup buku tulisnya. Saat itu saya membujuk untuk membukanya. Ternyata setelah  dibuka, hampir satu buku tulis sudah dipenuhi dengan banyak gambar yang fantastis.  Saat itu saya langsung menyampaikan apresiasi takjub atas kecerdasan yang dimilikinya.  Karena saya sendiri sebagai guru  sama sekali tidak mampu berkarya seperti dia.

Awalnya ada rasa tidak percaya,kalau gambar-gambar itu dia yang membuat.  Pada suatu kesempatan, saya ajak anak itu berbicara empat mat . Kemudian saya menyodorkan pensil dan kertas. Tanpa banyak instruksi, dia tenggelam dan asik membuat coret-coretan  di selembar kertas HVS. Tak sampai dalam hitungan 5 menit dia menyerahkan hasil karyanya kepada saya dengan mata berbinar. Saya merinding seketika,indah,dan ini luar biasa.

Timbul penyesalan dalam hati. Dua tahun anak ini bersama saya belajar di kelas, kenapa baru saat itu saya tahu akan kecerdasan yang dimilikinya. Saat itu yang saya kenal si anak lemah dalam hitungan. Selalu saja kalau ada soal neraca masa yangbbanyak hitungan matematikanya,selalu dia kosongkan,bahkan tidak dijawab sama sekali.

Saat itu,sekitar tahun 2013 sebagai guru saya baru mengenal 9 kecerdasan manusia (multipel intelegensi). Saat itu sebagai guru saya sangat fokus dalam penuntasan kurikulum.Saat itu saya masih menjadikan  nilai akademik siswa sebagai tolak ukur  kecerdasan. Saat itu remedial berulang-ulang dilakukan agar mencapai KKM.

Saat itu saya belum mengenal kalau siswa adalah benih yang harus ditumbuhkan sesuai kodratnya. Harus dirawat juga sesuai kodratnya. Saat itu  semua siswa saya generalisasi. Saat itu saya tidak mau tahu akan potensi unik yang dimiliki siswa.  

Saya yakin, terlambat bukanlah kegagalan. Yang terpenting sekarang mulai melakukan perubahan sedikit demi sedikit, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun