Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Dreams Come True

2 April 2019   21:23 Diperbarui: 2 April 2019   21:33 21 1
Hidup itu misteri, apa yang kita lalui dan jalani adalah misteri dari sang Kuasa. Sama halnya dengan hidupku, aku tak pernah bermimpi dan tak pernah membayangkan kehidupan seperti apa di RSJ itu namun hal itu terjadi juga dengan diriku sendiri. Aku tak pernah memintanya bahkan melihat kehidupan di sana pun aku tak ingin . Namun itulah skenario dari Tuhan yang kita sendiri tak bisa menolaknya . Di sini aku belajar apa itu arti takdir , dan memang semua itu suratan dari Nya, kita tak bisa menolaknya atau pun menghindarinya.

Flasback

Padang ,Mei 2013
Hari itu adalah hari yang penuh air mata untukku. Hari di mana keluargaku memasukan kU ke RSJ, aku lunglai dan tak bisa menolak waktu itu. Aku memberontak inginkan kebebasan namun luka yang aku dapatkan. Mereka memasungku dengan kedua kaki dan tangan diikat dan aku dimasukkan ke sebuah ruangan yang sudah tua bangunannya. Aku memberontak inginkan kebebasan namun itu tak aku dapatkan. Air mataku mengalir deras di pipiku , namun hingga malam datang aku tak juga dibebaskan. Hatiku terasa perih, dan sakit ini tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Aku seperti penjahat yang dikurung di sel berjeruji dan tak berjendela itu, Akh perih dan perih. Aku menangis keras- keras inginkan kebebasan, namun jawaban ini yang aku dapatkan.

"Dokternya sudah pulang KAK."

Rasa takut terus mendera hatiku, aku semakin tak bernyawa malam itu. Namun hanya kekuatan doa lah yang menyelamatkanku, dan akhirnya malam itu aku tertidur dengan sendirinya.

Pagi itu aku dibangunkan oleh perawat, kedua kaki dan tanganku dilepas ikatannya dan kakiku sebelah kiri membekas luka penuh darah . Karena tadi malam aku memberontak inginkan kebebasan. Dan aku diseret ke kamar mandi, seperti penjahat aku diperlakukan di sini. Inilah takdir yang aku terima dan mungkin ini lah jalan hidup yang harus ku tempuh.
Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku beserta pasien-pasien lain di suruh makan pagi.
"Aku tak mau menelan makanan itu hingga perawat menyuapkan makanan itu ke dalam mulutku."

Aku dipaksa makan dan setelah minum obat, aku kembali dikurung dalam ruangan ke tiga, aku yang masih kehilangan kesadaran hanya terbaring di atas dipan coklat itu. Aku pasrah dengan semua penyiksaan dan luka ini, dan Ntah apa jadinya hidupku selanjutnya jika hari ini aku tak bisa melewatinya.

Tiga hari berlalu, dan hari ini aku dipindahkan ke ruangan Anggrek. Ruangan ini berbeda dengan ruangan lainnya di RSJ ini. Namun walaupun berbeda tapi aku tetap tak menginginkannya karena hanya kebebasan lah yang aku inginkan.

Di ruangan ini lah cerita baru kU mulai, aku mendapatkan keluarga baru. Dan mereka Menyayangiku seperti keluarganya. Ada keluarga Amora dari Kerinci dan Keluarga BU Amblas, serta teman-temanku lainnya.
 Pagi itu aku mengurung diriku di dalam kamar, aku masih saja menolak kenapa aku harus berada di tempat ini sementara aku masih mempunyai mimpi untuk menjadi seorang sarjana. Akh.. lagi- lagi aku kalah dengan keadaan. Aku tak habis fikir kenapa penderitaan ini masih saja aku rasakan. Andai waktu dapat aku putar aku pasti tak memilih jalan untuk Menemuimu bahkan aku tak akan mau berjumpa denganmu.
Akh.. cinta memang membuatku gila dan hampir saja merenggut nyawaku.

Dan sosok itu tak akan pernah lagi aku ingat sampai kapan pun, karena setelah tahu aku dirawat dia tak juga kunjung menjengukku bahkan tahu kabar kU pun tidak. Akh..terlalu L drama kisah ini , ditinggalkan oleh orang yang kita sayang memang menyakitkan tapi lebih menyakitkan di saat kita mulai mencintai dan kita ditinggalkan. Sakitnya sungguh luar biasa.


Alexa.. kenapa diam di situ? Ayo ikut kakak nonton TV." Suara perawat mengagetkan kU.

"Eh KAK Yona., tunggu bentar ya KAK aku makan siang dulu baru susulin KAK ke ruang TV."

"Okay... tapi jangan bengong sendirian ya ntar kesambet lagi."

" Siap kakak cantik."

Seperginya KAK Yona aku langsung mengambil makan siang kU dan menyantap hidangan itu. Hatiku sakit di saat seperti ini , harusnya mereka juga ada di sini menemaniku. Tapi semua itu tak dapat aku rasakan, aku harus berjuang sendiri di sini. Aku harus berjuang sendiri melawan rasa takut di saat malam telah tiba. Dan tak jarang aku sering menitikan air mataku di saat sendiri itu tiba.

Bukan ini yang aku mau Tuhan, bukan ini yang aku inginkan. Hidup terkurung sepi di ruangan ini. Harusnya aku masih bebas di luaran sana menggapai impianku.

"Akh.. tak ada yang harus aku sesali dan tak ada yang harus aku Tangisi". Aku menghapus air mataku yang menetes di pipiku.

Inilah pahit luka yang harus aku tanggung. Perih dan sangat menyakitkan namun aku tak bisa berbuat apa2 selain berdoa dan memohon kepada Tuhan untuk menghapus luka bathin yang terus mendera kalbuku.

Selesai makan siang aku bergegas menuju ruang TV. KU lihat banyak pasien sedang duduk menonton TV. Namun aku enggan untuk gabung bersama mereka. Aku berjalan ke depan menuju ruang resepsionis, di sana juga ada TV dan perawat yang menjaga stand resepsionis.

"Eh Alexa udah selesai makan siangnya? Tanya bang Ridho.

"Udah bang. Oa bang kapan dokter Sinta masuk?"

"Bentar ya bang Check dulu , Oa ini  remot TV nya kalau kamu mau nonton."

Aku mengambil remot itu dan menyalakan TV. Aku mencari Channel yang bagus. Dan berhenti di siaran SCTV.

"Dokter Sinta besok masuknya AL. Kenapa? Kamu udah Ga betah di sini yaa?"

"Iya bang aku Pengen pulang, aku kan harus ujian juga. Mana seminar skripsi aku Ga datang lagi. Gagal sudah tamat 3.5 tahun bang."

"Yang sabar ya AL, kamu harus rajin minum obat biar cepat sembuh terus bisa kuliah lagi."

"Iya bang."


Kamu tahu apa yang aku rasakan Deo? Saat seperti ini aku hanya butuh tempat untuk bersandar, aku butuh teman untuk berkeluh kesah namun sepi yang aku dapatkan di sini. Aku pun juga harus ikhlas di saat kamu lebih memilih pergi dari kehidupanku setelah tahu keadaaanku saat sekarang ini. Aku tak bisa menghentikan waktu dan aku tak bisa merubah keadaan. Aku kalah dan aku harus terima kenyataan pahit ini walau terkadang hadirmu masih sering aku nantikan walau kenyataannya itu tak akan pernah lagi terjadi, dan kau akan tetap dengan keputusanmu untuk meninggalkan aku, Deo hatiku luka . Aku kecewa, aku rapuh dan aku tak akan pernah bisa menghapusmu dari memoryku.
"Alexa.. itu temanmu bukan? Yang lagi duduk di teras." Bang Ridho mengagetkan kU.

" Boleh aku lihat di depan bang?"

"Boleh tapi jangan lama -lama ya. Terus kalau itu teman kamu suruh masuk aja."

"Okee bang."

Aku bergegas meninggalkan bang Ridho dan menuju teras depan.

Omg itu si Fadhli, Tumben banget dia samperin aku di rumah sakit ini.
"Eh Fadhli, sama siapa? Yuk masuk kita ngobrol di dalam aja."

" Hi Alexa.. baik kan kabar kamu? KO bisa masuk sini sih?"

Aku hanya tersenyum dan langsung mengajak Fadhli ke dalam. Kami duduk di sofa dan melanjutkan obrolan kami.

" Oya AL.. ini ada kenang- kenangan dari aku pulang lomba Kemaren. Di simpan yaa." Fadhli memberikan sebuah pena tinta emas kepadaku. Memang hanya sebuah pena namun itu membuatku bahagia.

" Makasih banyak ya Fadhli, Oa By the way kamu sendirian ke sini?"

" Tadi sama Dayat dan Ade, mereka masih di depan nyari cemilan."

"Oh Okay., eh By the way tahu aku dirawat di sini dari siapa yaa?"

" Dari BU Ane. Kamu cepat keluar ya dari sini AL. Ujian bentar lagi loh, kamu yang semangat ya AL. Kalau butuh apa-apa kamu bisa minta tolong sama aku AL."

"Thanks a Lot Fadhli, aku sungguh bersyukur punya teman sebaik kamu."


Sepulangnya Fadhli aku langsung bergegas menuju kamarku. Aku membaringkan badanku di atas tempat tidur. Rasa sepi terus mendera kalbuku. Terasa sesak dan sangat menyakitkan. Andai aku bisa memutar waktu Aku ingin kembali ke
masa kecilku. Masa di mana air mata jatuh hanya Karena luka terjatuh bukan karena sakitnya dikhianati dan ditinggalkan. Ah semua itu semu, bahkan untuk menjalani hari ke depannya pun aku tahu harus bagaimana.
Ingin kU tetap menggapai impian, ingin kU tetap mengejar cita-citaku. Aku ingin lulus dengan hasil memuaskan, aku ingin segera menjemput impianku. Please Tuhan beri aku kesempatan , biarkan aku Tuhan untuk tetap mengejar mimpi itu walau kenyataan pahit yang aku rasa saat sekarang ini.
" Cammon Alexa, kamu masih bisa KO menjadi seorang sarjana, jangan mengeluh atau menyerah karena Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk hidupmu."
Aku berusaha menguatkan hatiku yang saat sekarang ini benar-benar rapuh.
Menjalani hari di rumah singgah ini membuatku lebih mengerti apa arti kehidupan dan aku bisa belajar banyak hal.
Tak ada yang mustahil bagi Tuhan dan ujian ini bisa membuatku lebih tegar lagi menjalani kehidupan , walau memang sakit yang aku rasa harus hidup terbuang dari keluargaku namun aku percaya suatu saat apa yang aku alami ini bisa menjadikan seseorang lebih kuat dan tegar dalam menggapai impiannya.
Aku percaya dreams Come true dan
aku percaya mukjizat Tuhan itu nyata.

Setelah mandi sore, aku beserta pasien-pasien lain mengikuti kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dipimpin oleh  mahasiswa yang sedang magang.
Banyak kegiatan positif yang dilakukan di rumah sakit jiwa ini, selain menambah pengetahuan juga membuat kami lebih mensyukuri hidup. Aku mengenal banyak pasien di sini, hampir sama cerita kami seperti halnya pasien di samping kamarku. Namun yang membedakan adalah keluarga pasien ini sangatlah kompak dan begitu menyayanginya, hampir tiap hari keluarganya datang menjenguk. Dan itu 180 derajat bedanya dengan kU, bahkan sudah hampir seminggu pun mereka tak datang menjengukku.
Mungkinkah karena alasan kesibukan sehingga membuat mereka lupa dengan kondisiku saat sekarang ini??
Tuhan aku butuh tempat untuk bersandar . Tuhan aku butuh pelukan mu.
Bukan ini yang aku inginkan..

Alexa.. ada temen kamu yang datang. Mereka nunggu di ruang tamu." KAK Yona mengagetkanku.

"Siapa ya KAK? Cew atau cow?"

" Cew sama cow, buruan gih kamu temui sana."

" Okay KAK."

Aku berjalan menuju ruang tamu. Dan betapa terkejutnya aku setelah tahu siapa yang datang.

" Hi Alexa,, apa kabar? Oa ini ada makanan buat kamu."

"Hi An. Kaya gini lah keadaanku sekarang ini. Eh By the way kalian cuma berdua aja? Kita ngobrol di kamarku aja Yuk."

" Oke lah AL."

Hari itu Andhika bersama Dina datang menjengukku. Ada rasa bahagia yang terpancar dari raut wajah Andhika, memang sudah lebih sebulan ini aku sakit dan dia tak henti-hentinya mencari kabar tentangku. Aku salut dengan apa yang dilakukan Andhika dan bukan perkara mudah untuk dia tetap menunjukkan rasa simpatinya kepadaku karena memang kami berdua memutuskan untuk berpisah beberapa bulan yang lalu. Tapi dia tetap peduli dengan keadaanku, sungguh besar cintamu Dhika walau kita tak lagi menjadi satu.

" AL, kamu baik-baik aja kan di sini,? Aku sedih melihat kamu masuk RSJ, kamu yang kuat ya? Aku akan selalu ada buat kamu AL."

Aku terenyuh mendengar kata-kata Andhika, dia begitu dewasa dalam menguatkan hatiku. Semua itu berbanding terbalik dengan Deo, dia justru memilih pergi meninggalkan kU sendirian setelah tahu keadaaanku.

"Thanks An.. aku baik-baik aja KO, kamu ngga usah khawatir. Aku percaya badai pasti berlalu dan aku percaya suatu saat apa yang aku alami ini akan menjadi jalan cerita yang indah untuk aku kenang walau sekarang nyatanya masi menyakitkan untuk aku rasakan.

"Aku salut sama perjuangan kamu AL., tetap semangat gapai impian kamu ya?"

"Iya AL., Tuhan pasti akan berikan apa yang kamu impikan selama ini. Kamu harus tetap semangat dan cepat keluar dari sini karena sebentar lagi uas." Dina juga menguatkan hatiku.

"Thanks ya, kalian berdua sungguh sahabat terbaikku. Aku tak akan pernah melupakan kalian."

Dina memelukku dan aku pun merasa bahagia. Aku bahagia walau nyatanya hatiku memang masih pahit terasa tapi aku percaya Tuhan akan memberikan kebahagiaan untukku nantinya. "Semoga ini akan menjadi batu loncatan untukku meraih impian nantinya. I belive dreams come true."


"Al kamu sendirian aja di sini? Orang tua kamu ngga datang untuk menemani kamu?" Dina membuka obrolan.

" Ngga KO Di, mereka sibuk. Lagi pula aku bisa sendiri KO di sini walau kadang memang aku ketakutan kalau malam tiba. Tapi aku berusaha melawan rasa takut itu Karena aku mau sembuh. Atau kamu mau nemani aku di sini Di?  " aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja di depan Andhika dan Dina.

" Kamu hebat AL,, aku salut dengan apa yang menimpa diri kamu. Kamu sangat strong dan bisa lalui ini semua dengan sebaik mungkin. Aku bangga punya teman baik kaya kamu AL." Dina memelukku.

" Udah jangan baper lagi kalian, ini ice creamnya di makan ntar keburu dingin loh guys. " Andhika mencairkan suasana.

" Thanks An, udah repot-repot bawain makanan kesukaanku. Oa By the way ini udah hampir jam 6 sore loh guys. Bukannya ngusir sih tapi kan kos An kalian jauh dari sini. Ntar kemalaman lagi kalian pulang . Kan besok masih kuliah kalian."

" Iya AL, Oa besok kami boleh ke sini lagi kan jenguk kamu AL?? " Andhika penuh harap mendengar jawabanku.

" Boleh KO An, malahan aku senang kalau kalian mau datang ke sini menjengukku. "

 "Thanks Alexa.. Oa besok mau di bawain makanan apa lagi??"

" Ngga usah An., kalian datang ke sini aja aku udah bahagia banget KO, beneran ngga usah."

" Kue lapan-lapan gimana AL? Kan kamu suka makanan itu." Dina menawarkan makanan kesukaanku.

" Okay deh., oke sampai ketemu besok ya guys. Hati -hati di jalan ya."

"Bye Alexa"

............,,,,,,,,,,.................,,,,,.......,,,


Sepulangnya Dina dan Andhika aku langsung menuju kamarku. KU hempas kan badanku di atas kasur dan mulai memejamkan mata. Hari sudah menunjukkan pukul 6 sore dan itu artinya bentar lagi makan malam. Ah aku galau lagi, aku ingat sama Bang Jojo, tapi aku tak ingat nomornya jadi mana bisa aku menghubunginya. Dia pasti khawatir sama aku. Ah sudahlah tak ada yang harus digalauin, aku berusaha menguatkan hatiku.

"Alexa ini makan malamnya." Suara Bik Sum mengagetkanku.

"Makasih ya Bik."

"Buruan di makan nak cantik nanti keburu dingin loh."

Aku bergegas bangkit dari tempat tidur dan mengambil makanan itu lalu membawanya keluar kamar.

"Pak Syaiful makan Yuk."

"Eh ayuk Alexa.. sini duduk samping bapak. Apa lauknya ??"

"Gulai kambing Pak.. ini untuk bapak aja Alexa ngga doyan. Oa mana ibuk?"

"Ibuk lagi cari makanan. Yuk kita makan."

Pak Syaiful ini Sama2 di rawat di sini. Sudah seperti ayah untukku, walau aku ngga pernah dijenguk sama keluargaku  tapi aku mempunyai keluarga baru di sini.

"Hi Alexa.,,"

"Hi Arbi, mana si Ridho??"

"Dia makan di dalam kamar. Wah enak ini gulai kambingnya."

"Hi Alexa.. ini aku ada Chitato, ini untuk mu"

"Ini untuk Arbi."

"Makasih Siska."

Siska juga menjadi penghuni rumah singgah ini . Dia dirawat karena stres kerja dan depresi. Aku bahagia berada di tengah 2 mereka walau pun kadang aku merasa sedih karena harus menenggelamkan mimpi kU sejenak di tempat ini . Ya mimpiku jatuh terkulai dan aku harus menjadi penghuni rumah sakit jiwa ini. Tapi aku bertekad nanti aku akan membayar semua peluh ini dengan prestasi kU yang membanggakan . Aku tak apa harus merasakan sakitnya di rumah singgah ini tapi nanti aku akan membuat cerita bahagia untuk mereka2 yang juga menyandang label bipolar.

"Hidup itu untuk berjuang dan di setiap perjuangannya akan ada yang namanya proses. Dan proses yang kita lalui itu panjang, namun akan terasa indah jika kita menikmati alurnya. "

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun