Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Menulislah Sekalipun Tidak Dianggap

2 Januari 2023   13:37 Diperbarui: 2 Januari 2023   14:15 282 13
Judul di atas adalah satu "pesan" yang datang saat saya refleksi dan berdoa di momen pergantian tahun. Boleh dibilang, inilah resolusi saya di Tahun Baru 2023.

Sebenarnya, situasi ini sudah ada, sejak saya mulai aktif menulis tahun 2016. Waktu itu, saya awalnya ragu, karena tidak pernah ikut kelas menulis apapun, tapi, karena dorongan dari teman dan mendapat pesan dari khotbah di gereja, saya akhirnya berani memulai, dan itu bergulir sampai sekarang.

Saya ingat, pesan itu hanya berkata, "Mulailah dari apa yang paling bisa kamu lakukan". Simpel, tapi bisa jadi pelecut semangat yang ampuh.

Terlepas dari semua dinamika naik-turun yang ada, satu hal yang membuat saya selalu merasa nyaman dengan dunia tulis-menulis ini.

Dia tidak pernah memandang kekurangan fisik saya, yang selama bertahun-tahun jadi objek diskriminasi. Mulai dari jadi sasaran bully, sampai dibentur syarat "sehat jasmani rohani".

Dari menulis, saya menemukan ruang bebas untuk menjadi diri sendiri, berpendapat sejujur mungkin sampai tuntas, tanpa ada label "masih bocah" atau semacamnya. Bonusnya, ada banyak teman yang sangat menerima, baik saat sedang bercanda atau serius.

Soal penghasilan, jumlahnya memang tidak menentu, seperti naik jet coaster, tapi setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang relatif minimalis.

Memang, sejak kembali ke dunia freelance  dua tahun terakhir, ketidakpastian ini sebenarnya bukan masalah, karena memang sudah jadi risiko.

Masalahnya, ada satu hal, yang sempat memukul mental saya, disamping kondisi kesehatan yang sempat naik-turun imbas cuaca ekstrem belakangan ini.

Secara menyakitkan, apa yang saya kerjakan kadang tidak dianggap sebagai pekerjaan di lingkaran terdekat, tapi pemasukan yang datang justru tetap diminta dan terpakai untuk patungan membantu membayar kebutuhan rutin atau membeli kebutuhan bersama.

Satu situasi yang membuat saya terpaksa membeli ponsel baru lebih cepat dari rencana awal. Kalau tidak, pekerjaan saya bisa kacau, hanya karena terlalu memaksakan ponsel yang sudah mulai berumur dan kinerjanya mulai menurun karena usia.

Atas nama rasa hormat, selama masih dalam jangkauan, saya masih menuruti, tapi karena frekuensi dan situasinya sedikit tidak biasa, lama kelamaan, ini jadi sepaket pukulan yang cukup membuat mental babak belur.

Jujur, ini cukup mengerikan karena harus dihadapi sendiri. Pada titik dimana saya mulai mendekati batas inilah, saya lalu berdoa, dan datanglah pesan seperti judul di atas.

Mungkin, pesan ini sedikit aneh, saya pun sempat bingung. Perlu sedikit waktu untuk memahami, sebelum akhirnya yakin ini tidak salah.

Saya bisa menyebut diri hanya penulis  biasa. Menulis sesuai ide dan ketentuan, tanpa pernah berani bermimpi, apalagi berharap menang lomba berhadiah.

Saya sadar diri, lomba menulis adalah satu alam berbeda. Diantara para gajah, saya bahkan masih terlalu bagus untuk disebut sebagai semut. Sebatas jadi peserta saja sudah cukup bagus.

Terdengar sangat suram.

Lucunya, disinilah saya justru menemukan titik temu antara pesan itu dan apa yang harus saya lakukan. Rasanya seperti kuda yang dipakaikan kacamata, hanya perlu fokus menatap lurus ke depan, dan berlari sekuat tenaga.

Untuk saat ini, saya hanya perlu menjalani, supaya pada saatnya nanti, maksud dari pesan tersebut bisa diwujudkan dan terpahami.

Soal bagaimana nasib tulisan saya nanti, setelah jadi dan dipublikasikan, itu bukan urusan saya. Itu ranah pembaca dan platform yang jadi wadah. Yang pasti, setiap tulisan punya nasibnya sendiri, dan hanya pantas dibilang "bagus" atau "jelek", jika pembacanya yang memang berkata begitu.

Selama bertujuan baik, hasilnya akan baik, begitupun sebaliknya. Seharusnya sesederhana itu.

Mungkin, resolusi saya tahun ini agak ironis, kalau tidak boleh dibilang absurd. Seperti jalan pedang nan sunyi.

Tapi, resolusi ini jadi masuk akal, setelah saya melihat lagi, apa yang membuat saya tetap betah menulis selama beberapa tahun terakhir: bisa diterima secara utuh sejak hari pertama.

Sebuah rasa nyaman dan penerimaan secara utuh mungkin terdengar remeh. Tapi, itu terbukti bisa menjadi satu hal berharga yang sangat menguatkan.

Separah apapun ketidakpastiannya, seburuk apapun keadaannya, tidak ada alasan untuk mundur, selama masih diterima utuh sebagai diri sendiri.

Meskipun sulit bahkan dianggap tidak ada, akan jadi satu kehormatan, kalau bisa menghadapi sampai akhir dan membungkam lagi suara miring yang ada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun