Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Barcelona dan Risiko Sebuah Transisi

5 Oktober 2021   11:08 Diperbarui: 5 Oktober 2021   11:15 236 7
Di awal musim 2021/2022, Barcelona menjadi satu tim yang banyak disorot. Bukan karena prestasi mencorong di lapangan, tapi karena performa jeblok di lapangan.

Di enam laga terakhir, Barca mencatat satu kemenangan, dua imbang, dan tiga kali kalah. Terakhir, Gerard Pique dkk dipaksa takluk 0-2 dari tuan rumah Atletico Madrid, di lanjutan Liga Spanyol, Minggu (3/10).

Dalam laga ini, Blaugrana memang mendominasi secara statistik, tapi Atletico mampu tampil lebih efektif, dengan Thomas Lemar dan Luis Suarez mencetak gol dan saling memberi assist.

Hasil ini membuat tekanan pada pelatih Ronald Koeman makin kuat. Meski presiden klub Joan Laporta menjamin posisinya, spekulasi tentang sosok pengganti sang meneer tetap saja bergulir.

Memang, performa memble klub belakangan ini sangat mengecewakan, khususnya bagi para Barcelonistas. Tapi, ini adalah risiko sebuah transisi.

Saya sebut demikian, karena Los Cules memang sedang menjalani masa transisi. Selain karena faktor kesulitan finansial, transisi dalam hal perubahan kebijakan transfer dan regenerasi pemain pun juga terlihat.

Dari yang sebelumnya jor-joran belanja pemain mahal, Los Cules kini lebih berfokus pada jebolan akademi La Masia, atau transfer pada pemain muda berbakat. Kebijakan ini dipandang menjadi satu urgensi, karena sebagian pilar tim, seperti Gerard Pique, Jordi Alba dan Sergio Busquets mulai menua.

Soal pengalaman, mereka memang masih mampu memberi nilai lebih, tapi secara kompetitif, para senior ini sudah melewati masa puncak. Sudah mulai habis.

Satu-satunya bantahan sahih selama ini datang dari performa ciamik Lionel Messi di lapangan. Tapi, begitu Si Kutu hengkang, urgensi untuk berubah makin mendesak. Hasilnya, peremajaan tim mulai dilakukan.

Pemain muda jebolan akademi La Masia, seperti Ansu Fati, Gavi, dan Ronald Araujo, plus pemain berbakat seperti Pedri, Yusuf Demir, dan Frenkie De Jong memang mulai rutin tampil di tim utama, tapi mereka masih butuh waktu lebih banyak, untuk bisa mencapai level tinggi.

Selama beberapa tahun terakhir, Barca sudah menikmati buah manis dari akademi La Masia. Hanya saja, generasi yang ada saat ini baru mulai punya penerus, saat mereka sudah mulai memasuki usia senja.

Inilah buah dari kemandekan regenerasi pemain didikan La Masia, yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Memang, di era kepelatihan Luis Enrique (2014-2017) ada juga pemain-pemain seperti Munir El Haddadi, Sandro Ramirez, dan Sergi Samper, tapi mereka layu sebelum berkembang.

Sebelumnya, regenerasi terjadi secara rutin. Misalnya, dari generasi Pep Guardiola, berlanjut ke generasi Carles Puyol, lalu dilanjutkan dengan munculnya Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Lionel Messi, sampai Sergi Roberto. Perubahan yang ada tidak drastis, tapi efektif.

Inilah sesuatu yang hilang dari Azulgrana belakangan ini, dan baru mulai dilanjutkan lagi di era kepemimpinan Joan Laporta.

Untuk saat ini, transisi memang sedang berjalan, lewat hadirnya sebuah perubahan. Masalahnya, karena sifatnya yang lumayan drastis, ini berpengaruh langsung terhadap performa tim.

Mereka "dipaksa" membangun kekompakan dan berkembang dalam sekejap, di tengah ekspektasi tinggi sebagian suporter. Jadi, wajar jika suporter Barca belakangan banyak yang sulit menerima situasi saat ini.

Ini bisa dimengerti, karena mereka sebelumnya terbiasa melihat Barcelona yang punya sekumpulan pemain "jadi", dengan level kualitas kelas wahid, dan target prestasi tinggi tiap musimnya. Para bintang ini jelas tak bisa dibandingkan, dengan sekumpulan pemain berbakat yang belum jadi.

Meski kurang mengenakkan, inilah satu risiko transisi, dengan harga mahal yang harus dibayar. Andai regenerasi lulusan La Masia dulu berjalan rutin, mungkin keadaannya tak akan serumit sekarang.

Melihat situasinya, para Cules kini harus mulai belajar realistis. Masalah yang ada dalam tim saat ini bukan hanya karena faktor pelatih. Ada banyak hal lain yang juga menentukan.

Daripada melihat situasi The Catalans saat ini sebagai sebuah bencana, akan lebih baik jika "bencana" ini dilihat sebagai sebuah proses, awal dari sebuah siklus, seperti yang terjadi pada awal tahun 2000-an, saat generasi Carles Puyol, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta mulai masuk ke tim utama.

Dulu, proses ini lalu membuahkan hasil istimewa beberapa tahun kemudian. Kini, Barcelona sedang mencoba untuk memulai lagi proses itu dari awal.

Jadi, tim yang ada saat ini, bukan tim yang bisa menanggung tekanan tinggi seperti dulu, tapi tim ini adalah tim yang perlu didukung supaya bisa berkembang, tanpa tekanan berlebih yang justru akan menghancurkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa tim raksasa Eropa sempat mengalami ini. Bahkan, kondisinya lebih sulit, karena mereka sempat absen di Eropa dan berganti pemilik klub.

Di Inggris ada Liverpool, dan Italia punya AC Milan sebagai contohnya. Mereka sama-sama menjalani masa transisi yang cukup rumit, tapi bisa terus berkembang, karena mereka mau untuk terus berproses.

Selama masa itu, baik Milanisti ataupun Kopites nyatanya tetap solid mendukung, karena memahami betul, ini adalah satu masa krusial, dimana klub benar-benar butuh dukungan tulus.

Kini, Barcelona dan Barcelonistas sedang berada di tahap itu. Jika mereka mau menyadari, tekanan tak masuk akal pada tim seharusnya bisa dihentikan. Jika tidak, situasi saat ini hanya awal dari perjalanan menuju titik nadir.

Bisa?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun