Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Menuju Masa Transisi

2 Oktober 2021   20:57 Diperbarui: 2 Oktober 2021   21:02 236 3
Seiring menurunnya angka kasus baru virus Corona dalam beberapa waktu terakhir, dan makin banyaknya vaksinasi massal di berbagai negara di penjuru dunia, harapan akan pergeseran dari pandemi COVID-19 ke endemik COVID-19 pun mengemuka.

Di Indonesia harapan ini cukup terlihat, dengan intensitas kegiatan sehari-hari yang berangsur normal. Bahkan, keadaan sudah terlihat seperti sebelum pandemi datang.

Optimisme memang hadir, seiring makin gencarnya vaksinasi massal di berbagai daerah. Bahkan, sejumlah sekolah sudah mulai menguji coba pembelajaran tatap muka, meski dengan durasi dan kapasitas terbatas.

Tapi, karena optimisme yang ada masih belum sepenuhnya sinkron dengan situasi di lapangan, kita semua perlu tetap waspada. Bukan pesimis, tapi ini adalah sebentuk sikap realistis.

Seperti diketahui, tingkat ketertiban masyarakat kita soal prokes belum sepenuhnya bisa diandalkan, apalagi jika itu berkaitan dengan kesadaran diri, yang tingkatannya lebih tinggi dari ketertiban.

Kita tentu masih ingat, ada begitu banyak orang yang memakai masker di dagu, atau bahkan tidak pakai masker sama sekali.
Kerumunan hadir seperti kacang goreng di seantero negeri, dengan satu jargon andalan: sesuai prokes ketat.

Jika persentase vaksinasi nasional sudah 70 persen atau lebih, mungkin ini masih bisa diterima. Masalahnya, distribusi vaksin nasional belum benar-benar merata dan bebas masalah.

Ada yang masih pilih-pilih vaksin, ada yang menolaknya. Ada juga yang harus menunggu lama, atau berebutan dengan banyak orang.

Jelas, di sini masih ada banyak hal yang perlu dibenahi. Jadi, optimisme yang ada soal perubahan dari pandemi ke endemik punya alasan pendukung yang cukup kuat.

Ini penting, karena jika semuanya masih serba rapuh, bencanalah yang akan datang. Kita tentu masih ingat, bagaimana jargon "New Normal" pernah digembar-gemborkan di saat keadaan belum benar-benar aman terkendali.

Ditambah lagi, tingkat ketertiban masyarakat di saat itu benar-benar mengkhawatirkan, dan vaksin virus Corona masih belum terdistribusi, karena masih dalam tahap pengembangan.

Hasilnya, kasus baru virus Corona di Indonesia sempat meroket, dan saat mulai melandai, tak butuh waktu lama untuk kembali meroket tajam. Sekali lagi, ketertiban jadi masalah, dan ini diperparah dengan datangnya varian delta dari India.

Untuk saat ini, vaksinasi massal memang masih terus digalakkan, tapi masalah-masalah yang ada, ditambah dengan naiknya tren "revenge vacation" plus hadirnya kluster sekolah, menjadi satu hal yang mengkhawatirkan.

Jika perilaku ini masih saja ada, di saat level kekebalan kolektif masih belum tercapai, kekebalan kolektif yang sedang dibangun dan diupayakan bisa berantakan, karena jumlahnya masih kalah banyak dengan yang belum divaksin, khususnya vaksin dosis lengkap.

Jadi, sebelum pemerintah bicara banyak soal perubahan dari pandemi ke endemik, perlu dipastikan dulu, apakah kekebalan dan kesadaran kolektif sudah benar-benar terbentuk sempurna atau belum, sebagai satu langkah transisi.

Andai belum terbentuk, maka vaksinasi dan edukasi soal ketertiban harus benar-benar diseriusi, dengan menjangkau semua kalangan, termasuk kelompok usia anak-anak. Andai sudah terbentuk, tak boleh ada yang jumawa, karena keadaan masih serba tak pasti.

Dengan demikian, kita punya pegangan untuk bertahan di masa sulit, dan melangkah maju, setelah masa sulit itu lewat. Selebihnya, kembali ke kesadaran diri masing-masing.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun