Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Naik-Turun Inter Milan Musim Ini

11 Juli 2020   12:23 Diperbarui: 12 Juli 2020   02:11 84 9
Bicara soal Inter Milan musim ini, mungkin lekat dengan sebuah ironi. Khususnya, jika melihat apa yang sudah mereka persiapkan sejak awal musim.

Disebut ironi, karena Si Ular sudah mempersiapkan musim dengan sangat serius. Terbukti, tim asal kota Milan ini mendatangkan pelatih sekaliber Antonio Conte, pemain berbakat macam Nicolo Barella, dan pemain-pemain berpengalaman macam Alexis Sanchez, Romelu Lukaku, dan Diego Godin.

Tak cukup sampai disitu, di pertengahan musim, giliran Christian Eriksen, Ashley Young, dan Victor Moses diboyong ke Giuseppe Meazza. Tentunya, ini menggambarkan seberapa tinggi ekspektasi manajemen klub musim ini.

Tak heran, ada secercah optimisme di Inter. Maklum, mereka punya dua sosok penting di area teknik, yang sukses membangun fondasi era dominan Juventus di Liga Italia. Mereka adalah Antonio Conte (pelatih) dan Beppe Marotta (direktur teknik).

Di sini, manajemen Inter agaknya berpikir, cara yang sama akan mempan untuk kedua kali. Benarkah demikian?

Untuk pekan-pekan awal, khususnya di kompetisi domestik, jawabannya ya. Dengan permainan bergaya agresif, Inter memang mampu mencatat sejumlah kemenangan, dan mampu lolos sampai ke semifinal Coppa Italia.

Tapi, di kompetisi Eropa, daya dobrak taktik permainan tempo tinggi ala Conte malah melempem. Terlepas dari keberadaan Barcelona dan Borussia Dortmund di fase grup, kapabilitas Inter baru sebatas merepotkan kedua tim itu, tapi belum melampauinya.

Alhasil, Inter harus rela turun kelas ke Liga Europa. Di Liga Europa, Lautaro Martinez dkk akan meladeni tantangan Getafe (Spanyol) di babak perdelapan final. Jika lolos ke babak selanjutnya, mereka akan menghadapi pemenang antara Glasgow Rangers (Skotlandia) versus Bayer Leverkusen (Jerman).

Di paruh kedua musim ini, baik sebelum jeda panjang karena imbas pandemi COVID-19, maupun setelah "restart", Inter justru kerap kedodoran. Akibatnya, dalam beberapa pertandingan yang seharusnya bisa mereka menangkan, justru hasil imbang bahkan kekalahan yang didapat.

Kebetulan, situasi ini terjadi di dua laga terakhir, yakni saat kalah 1-2 melawan Bologna (5/7) dan bermain imbang 2-2 dengan Hellas Verona (10/7). Dalam kedua laga ini, Inter selalu kebobolan di sepuluh menit akhir laga.

Bahkan, saat melawan Bologna, Inter sebenarnya unggul jumlah pemain, sebelum Bastoni dikartu merah wasit di menit ke 77, Sebenarnya, ini kesempatan bagus, tapi Inter gagal memanfaatkannya, begitu juga saat mereka harus menjaga keunggulan dari Verona.

Apa boleh buat, dua hasil buruk ini membuat mereka harus rela disalip Atalanta, tim Biru-Hitam dari Bergamo. Inter yang awalnya sempat menempel ketat Juve di posisi kedua, kini tercecer di urutan keempat klasemen sementara Liga Italia.

Hasil ini juga menambah catatan kurang baik La Beneamata sejak restart kompetisi. Di Coppa Italia Inter masuk kotak di babak semifinal, setelah kalah agregat 2-1 atas Napoli, tim yang akhirnya jadi juara.

Dari sini, sebenarnya kita bisa melihat bersama, ada satu elemen yang hilang, dari sistem permainan Conte di Inter, yakni seorang pemain yang mampu mengatur tempo permainan. Pada saat Conte melatih Juventus, sistem permainannya bisa berjalan maksimal, karena ia punya seorang Andrea Pirlo.

Selain punya metronom jenius macam Pirlo, Conte kala itu juga punya gelandang penjelajah yang kerap mencetak gol dari tendangan jarak jauh macam Paul Pogba dan Arturo Vidal. Tak hanya itu, Conte juga punya pemain macam Claudio Marchisio, yang bisa ditandemkan dengan Pirlo, atau menjadi pelapisnya.

Jika lini tengah macet, masih ada Leonardo Bonucci, yang bisa diandalkan sebagai defender-playmaker. Maklum, bek tengah Timnas Italia ini memang punya kemampuan membagi bola dan visi bermain yang oke.

Inilah stabilisator yang mampu menjaga performa Juventus tetap stabil di Liga Italia bersama Conte. Sebenarnya, masalah ini sudah coba diatasi Conte, dengan mendaratkan Christian Eriksen.

Tapi, pemain asal Denmark ini masih belum menemukan performa terbaiknya. Ditambah lagi, lini tengah Inter belum sepenuhnya jadi. Belum ada pemain yang benar-benar bisa mengatur tempo permainan saat dibutuhkan. Andai lini tengah macet, Conte sebenarnya sudah punya Alessandro Bastoni (21), tapi, eks pemain Atalanta ini masih harus dipoles sedikit lagi, untuk bisa menemukan performa terbaik.

Ditambah lagi, lini depan yang tadinya garang justru tak terlalu tajam. Performa duet Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez belakangan menurun. Salah satu penyebabnya adalah rumor ketertarikan Barcelona pada Martinez, yang sempat mencuat di media.

Melihat situasinya, masih banyak yang perlu dibenahi Conte dan Marotta di Inter, sebelum mengangkat mereka ke level berikutnya. Paling tidak, Inter harus dibiasakan lolos ke Liga Champions tiap musim, sebelum menjadi penantang Scudetto.

Peningkatan gradual ini penting, supaya tak ada stagnasi kesuksesan, seperti yang dialami Juventus. Seperti diketahui, meski dominan di liga domestik, Juve masih kesulitan meraih trofi di Eropa.

Jadi, untuk saat ini, Inter dan Interisti harus bersabar, membiarkan tim terus berkembang. Meski terlihat menjanjikan, tak banyak yang bisa diharapkan di tahun pertama Antonio Conte bersama Inter, karena masih ada banyak masalah yang harus diperbaiki.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun