Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Komar

10 Februari 2011   09:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:43 130 0

Malam itu, Selepas shalat magrib berjamaah, suasana di masjid kami mendadak  senyap. Wajah para jamaah membersitkan rasa gundah dan gelisah. Pasalnya, Komar, jagoan paling terkenal di kampung kami, sejak kumandang awal azan magrib hilir mudik di depan masjid. Kami semua khawatir dengan keselamatan sandal-sandal kami yang berserakan di halaman masjid. Harap maklum, Komar adalah biang setiap tindakan onar di kampung kami dan sekitarnya. Kasus pencurian, pemerasan, dan segala tindak-tanduk kejahatan, dialah tokoh utamanya. Penjara telah menjadi rumah keduanya. Sebulan dua bulan berkeliaran di kampung kami dan setelah itu ia kembali ke hotel prodeo lagi.

Kegelisahan masih menyelimuti  jamaah masjid di pinggir sungai itu. Saya mengintip dari balik jendela, Komar masih berdiri mematung. Tatto gambar naga tampak menyeruak di pangkal lengan kanannya, diterangi temaram cahaya bulan. Anak-anak dan pewuruk ngaji mereka tampak tidak terlalu berkonsentrasi . Kedatangan  Komar menghadirkan suasana mencekam  luar biasa. Komar bagai seekor singa di tengah savana yang siap menerkam hewan-hewan herbivora yang sedang sial.

Doa penutup pengajian telah berkumandang. Sepuluh menit lagi azan isya segera berkumandang. Dan Komar masih bergeming di depan masjid. Anak-anak tidak berani  beranjak menuju ke tempat wudu.  Tampang sangar Komar mengganggu pikiran kami bak hantu gentayangan dalam cerita-cerita horror.

Saya mencoba keluar dari ruangan masjid beserta segenap perasaan takut.  Dalam tempo sekelebatan, Komar sudah berdiri di depan saya. Kami saling berhadapan. Tiba-tiba rasa janggal menerpa kedua telinga saya. Komar menyapa saya dalam bahasa Sunda yang halus. Orang yang mendapat stigma pengacau kampung ini menyampaikan niatnya untuk membawa serta anaknya mengaji di masjid kami.

Ah, Tuhan, ampuni  hamba-Mu yang telah berprasangka buruk kepadanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun