Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature Artikel Utama

Botaknya Pinggiran Sungai Wampu

6 Februari 2012   11:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:59 425 2

Teks dan Foto: Dedy ZUlkifli

Dalam dua tahun ini saya merasa di hantui oleh kerusakan alam. Apa yang saya dengar tentang penghancuran hutan yang terus-menerus berlangsung semakin nyata adanya. Kemarin saat melakukan pengarungan di sungai wampu banyak sekali saya menjumpai lahan yang mengalami degradasi. Ada yang beralih pungsi menjadi perladangan atau perkebunan. Dan ada juga yang benar-benar rusak.

Tahun 1999 saat saya pertama kali mengarungi sungai wampu, pepohonan besar banyak yang merindangi sungai. Bahkan semak-semaknya menjuntai hingga ke permukaan sungai. Suara primata dan burung tak henti-hentinya terdengar sepanjang sungai.

Tapi kini tebing-tebing sungai banyak yang botak. Pohon-pohon besar tinggal batang tak berdaun. Saya tidak tahu bagaimana keadaan (sifat) sungai ini sekarang. Apakah mengalami penurunan debit atau sebaliknya. Pastinya, saat kemarin pengarungan sungai begitu coklat. Dan air sungai memang sedang naik-naiknya. Dan suara satwa yang terdengar hanya tinggal burung saja. Sementara keberadaan primata sudah jarang terlihat.

Kadang saya bertanya, apa saya yang terlalu berlebihan menyikapi fenomena ini atau apakah memang perubahan ini adalah hal biasa. Terus terang mata ini suka sakit kalau melihat batang pohon besar tersungkur. Atau kalau melihat lahan-lahan yang saya tahu itu dulu berhutan lebat dan dilindungi oleh undang-undang kini botak seperti tidak ada pelindungnya.

Kalaulah memang benar bahwa tanah-tanah di pinggir sungai wampu ini di miliki oleh pribadi-pribadi. Apakah tidak ada aturan yang mengatur tentang daerah hijau di tepi sungai? Karena amatan saya secara langsung melihat bagai mana sebuah lahan yang miringnya lebih dari 45 derajat itu botak dan langsung berpijak kesungai. Dalam logika berpikir saya, itu akan menunggu waktu saja untuk longsor. Minimal menambah pendangkalan sungai karena tidak adanya yang menahan laju air hujan, dimana tanah lapisan atas akan turut jatuh ke sungai.

Saya pikir sudah seharusnya pemerintah turun langsung ke lapangan. Paling tidak memberikan penjelasan-penjelasan tentang pentingnya kawasan hijau di pinggir sungai. Kalau harus menunggu bencana baru mau bergerak dan rela menghamburkan banyak uang, untuk apa manusia di anugrahi pikiran?

Bohorok, 5 Februari 2012

Untuk informasi tambahan, sungai wampu adalah sungai yang berhulu dari dataran tinggi tanah karo. Sungai ini seperti urat nadi yang menyambung kabupaten karo dan kabupaten langkat. Memberikan berkahnya bagi masyarakat yang tinggal di DAS Wampu. Baik menunjang kehidupan sehari-harai atau pun perekonomian setempat.

Untuk pengarungan biasanya di mulai dari dusun cangkolan, marike, Kab. Langkat dan finish di dusun pamah durian atau dusun Sogong dengan lama waktu kira-kira dua jam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun