Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen: Rumor

7 Mei 2021   02:37 Diperbarui: 7 Mei 2021   02:46 356 3
Kampung Impres tiba-tiba saja seakan terhenti, sepi, bahkan tawa segelintir orang pun sekan menjauh. Iya..., Sejak itu, sejak wanita itu tiba-tiba meninggal begitu cepat.

Rano, memberikan kabar yang cukup menghentakkan dada. Pasalnya tiada kabar bahwa wanita itu sakit selam ini, lantas terdengar kabar yang tiba-tiba. Ia mati.

Pagi, kala itu, kala matahari benar-benar malas menampakkan dirinya. Awan-awan menyelimuti seakan membuatnya tertidur pulas. Bahkan sekadar suara burung saja malas untuk berbagi kicau.

Musleh mengantarkan pisang ke rumah wanita itu, bik Kulsum namanya. Musleh adalah kemenakannya yang paling dekat. Di samping rumahnya yang dekat, memang sejak lahir ia ditinggal ibunya, kakak bik Kulsum persis di atasnya. Ia dari 9 bersaudara.

Pisang rebus yang diantar Musleh tadi ia bawa ke ladang. Pagi yang mendung itu, ia masih pergi roges, bersama tetangga-tetangganya.

Di mata tetangga ia adalah sosok yang periang, bik Kulsum tak kehabisan bahan candaan, siapa tak betah dengannya? Hampir semua orang sekampung betah dengannya.

Obrolannya tak kehabisan topik. Bahkan pisan rebus yang dari Musleh. "Lah iya, pisang itu kalau matang kan manis, tapu namanya manusia, biar lebih manis lagi ya direbus, kayaknya suatu hari nanti yang direbus tidak hanya pisang, pepaya juga direbus." Guraunya

Semua orang tertawa dan kenapa bisa terpikir hal demikian?

Yang jelas, ia adalah sosok yang tiada henti membuat siapapun tertawa dan seakan tidak ada masalah jika sudah bersamanya, masalahnya kalau ia sudah tak bergurau dan tertawa.

***

"Kalau mau menikah ya harus pintar cari calon istri le.." ucap Bik Kulsum
"Kalau yang saya ajak kemarin bagaimana?" Tanya Putra, anaknya

Bik Kulsum terdiam sejenak, lalu bertanya kepada Putra, "Dia perempuan kan Le...? " Sambil tertawa dan mengelus pundak Putra.

Semua tertawa. Ia setuju atau tidak atas pernikahan itu, yang jelas ia tertawa.

Dari sinilah, masalah itu muncul.


***

Putra adalah anak lelakinya, satu-satunya. Bahkan ia disekolahkan sampai ke perguruan tinggi.

Kehidupannya berubah sejak ia bekerja di salah satu kantor jasa desain. Di sana ia mengenal perempuannya. Desi. Ia adalah salah satu admin kantor tersebut.

Bagi Putra, dia adalah sosok wanita yang anggun, ceria dan mandiri. Ia mencoba mengenalnya lebih jauh, lalu mengajaknya menikah.

Di satu sisi, bik Kulsum kenal dengan salah satu koleganya, dan dulu, dulu sekali, pernah ada obrolan tentang perjodohan anaknya.

Bik Kulsum tidak menanggapinya. Namun karena ia adalah orang yang gampang sekali senang dan pandai menyembunyikan kegusarannya. Ia tampak seperti mengiyakan, padahal ia sudah mengatakan, "ya nek anakku gelem, langsung rabi sak iki gak masalah"

Sejak itu, Putra yang sudah tahu bahwa ada yang meliriknya, bahkan masih terbilang saudara, ia putuskan untuk ke kota. Bertahun-tahun ia kost di sana. Dua kali seminggu ia pulang menemui ibunya.

Terakhir, ya dengan Desi itu.

***

Bik Kulsum yang melihat Putra memiliki pilihannya sendiri dan mantab, akhirnya ia memutuskan untuk menikahkan anaknya.

Pernikahan berlangsung, meriah, semua saudara berkumpul, ya... Kecuali yang pernah ingin menjodohkan anaknya  dengan Putra. Ia tak hadir, hanya suaminya saja.

Hal itu, tak mengurangi kemeriahan dan kehidmatan. Yang jelas Bik Kulsum bahagia, begitu juga Putra.

Apa boleh kata, dua bulan pernikahan anaknya, Bik Kulsum jatuh sakit, dan sayangnya tidak ada yang tahu, bahkan Suaminya tak mengetahuinya.

Selepas dari sungai, Bik Kulsum terkulai lemas di Kamarnya, ia tertidur pulas, dan itulah, ia tak kelihatan sakit. Padahal sebelum ia tertidur, ia pingsan, entah kekurangan darah atau apa. Yang jelas tiba-tiba.

Sampai akhirnya, ia pergi ke klinik, dan memeriksakan kesehatannya. Semua normal, tidak ada yang sakit. Namun aneh, kenapa ia pingsan? Gumamnya saat pulang.

Tapi tak menjadi pikirannya, setelah itu ia kembali ke aktivitasnya. Ia tertawa lagi, lagi dan lagi, ia menghibur siapapun yang bertemu dan bertegur sapa dengannya.

Sampai suatu ketika, ibu yang anaknya dulu akan dijodohkan dengan Putra datang ke rumah bik Kulsum. Ia meminta maaf, dan entah, setelah itu terdengar tawa dari ruang tamu.

***

Sebulan setelah itu, Bik Kulsum memanggil Putra, lama ia tak pulang, ia menelponnya. Desi tak ikut pulang dengan alasan yang entah.

Putra, diminta untuk hati-hati, membina keluarga dengan baik, harus dewasa, dan jangan gampang marah.

Pesan itu menjadi pesan terakhir Bik Kulsum. Sepulang dari rumahnya, Putra yang baru saja sampai di Kosnya, di kabari lagi, bahwa Bik Kulsum telah meninggal dunia.

Kaget, semuanya, mereka tak mengetahui kalau Bik Kulsum sakit. Mereka hanya tahu kalau ia ceria dan sehat selalu.

Mendadak, ya namanya menikah, pasti mendadak.

Semua bersedih, tidak hanya keluarganya, tapi semua orang di kampungnya.

***

Jauh setelah kematiannya, berbagai rumor datang, dari yang katanya disantet, dan ada yang tahu. Lalu ada yang menerka bahwa ia sakit. Dan lain sebagainya.

Saat sedang beberes, tiba-tiba Putra dipeluk dari belakang, dan Desi berkata "Mas, mengapa ibu begitu cepat pulang? Aku menyesal, karena tak sempat aku memberikan obat."

"Kamu tahu kalau ibu sakit? Kenapa tidak bilang?"

"Sama ibu tidak boleh, dan menjadi wanita harus belajar kuat dan pinta menyimpan rahasia."

"Tapi dik....."

"Iya mas, aku salah, tapi begitulah ibu, ia meminta agar aku tak mengatakannya."

***

Sedangkan di luar, rumor tentang kematian Bik Kulsum begitu ramai. Walau hanya rumor,  ia telah menyimpan kematiannya dengan canda tawa yang dikenang oleh siapapun. Dan baginya, wanita harus kuat dan pandai menyimpan rahasia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun