Mohon tunggu...
KOMENTAR
Worklife

Perawat: Zona Aman Itu Luar Negeri

5 September 2019   15:50 Diperbarui: 5 September 2019   16:04 71 2
Tidak terlintas dipikiran untuk bisa bekerja diluar negeri, namun dengan semangat ingin mengubah diri dan nasib, saya berusaha membangun silaturahim dengan senior keperawatan yang terlebih dahulu malang melintang di dunia kerja. Aksi dan reaksi yang ada membuat semuanya berjalan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Apa yang saya butuh menyatu dengan apa yang Allah SWT inginkan sehingga pertemuan itu menjadi takdir yang harus dilewati.
 
Melihat dinamika keperawatan yang ada di Indonesia maka pilihan keluar negeri menjadi kemantapan guna mengejar ketertinggalan baik ilmu maupun finansial. Imajinasi kadang menggiring saya kedepan karena bahasa inggris dan arab saya lemah, namun karena kesadaran dan didorong oleh restu orang tua memunculkan kekuatan dalam diri untuk kuat berjalan mengarungi yang ada dan menapaki kesulitan hidup. Jalan terjal berupa belajar dan berproses sungguh dipenuhi kepahitan. Tidak ada jalan lain selain membawa lara dan duka menjadi obat manjur kehidupan.
 
Tanda tanya besar dikepala terjawab saat pertama bekerja, mengenal orang philipina yang individualis, bekerja dengan orang India yang tata kramanya jauh dari adat ketimuran, bertemu dengan orang Saudi yang nada bicaranya keras, bertatapan dengan orang Bangladesh, Pakistan, Nepal dan Mesir membuat hari kian menusuk sendi-sendi tubuh. Apa gerangan jika demikian adanya, niat awal bertahan adalah harga mati meski satu persatu rekan kerja meninggalkan tempat dan exit karena tidak betah dengan keadaan. Ibarat berjalan ditengah angin yang keras, "tak mengapa apapun yang terjadi, harus dilewati", saya berkilah.
 
Harapan membuat semuanya berjalan pada jalurnya hingga tak terasa waktu untuk hijrah lagi menjadi rencana selajutnya. Dinamika yang ada membuat saya belajar untuk berproses, datang dengan ketidaktahuan dan pulang dengan pembelajaran adalah hikmah luar biasa meski senang dan sedih tetap ada selama masa waktu yang terlewatkan. Saya banyak belajar dari ekspatriat yang ada tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai kembara.
 
Ada hal yang tidak terlupakan bagaimana bertemu keluarga baru, berkumpul di organisasi profesi dan mengikuti majelis taklim. Keseluruhan itu memberi warna baru dalam hidup untuk memaknai proses menjadi kembara. Belajar manajemen diri, lingkungan serta adat istiadat akan nilai tambah yang kelak bisa kita jelaskan kepada orang lain bahwa kita telah melaluinya. Hal-hal yang telah terlewatkan itu tidak akan pernah hilang dari ingatan dan menjadi sumber inspirasi bagi yang lain.
 
Bertebaran di muka bumi dan berhjrah adalah kata-kata penguat, karena selain mencari rezeki yang ada juga sebagai metamorfosa diri untuk saling mengenal satu sama lain. Pernah bertemu dengan mereka yang individualis, gaya hidup mewah sebagai ekspatriat juga bertemu dengan keluarga ramah yang masih mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan adat ketimuran. Saudi maupun tempat lainnya hanyalah objek yang kita singgahi namun yang utama adalah berproses dalam masa hijrah untuk membangun ketangguhan, mendidik karakter serta aktualisasi diri sebagai tiang utama kehidupan. Apalah arti nya memiliki namun tidak menjadi dan apalah arti nya memiliki namun tidak memberi arti bagi yang lainnya.
 
Tulisan singkat ini hanya realita yang saya alami dan lalui, semua bisa dinilai dari perspektif yang ada, bagaimanapun sulitnya dinamika yang ada, tiap bulan kita bisa menerima upah yang nilai tukarnya bisa buat bahagia. Kita hanya perlu mensyukuri keadaan yang ada sembari berproses menemukan jati diri. Saya menghargai perspektif lain tentang kerja dimana saja tapi proses yang saya lalui didalam dan luar negeri membuat saya berkesimpulan bahwa luar negeri itu zona aman pekerja professional.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun