Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Humor Segar Ketika Maut Mendekat

2 Juni 2019   15:38 Diperbarui: 2 Juni 2019   15:46 151 2
"Asem! Bisa ya menulis seperti itu.", kira-kira itulah perasaan saya setelah selesai membaca buku ini. Mungkin baru kali ini saya begitu menikmati setiap kata yang ada. Tanpa berani skimming.

Baik itu karena takut ketinggalan hal teknis seputar penyakit hati, pengalaman beliau, pemikirannya, maupun humornya yang cerdas.

Keempat hal itulah yang membentuk buku ini. Di mana, bobot masing-masing sangat berimbang.

Oleh karena itu, tidak heran bila tulisannya melebar. Bisa kemana-mana. Dari yang nyambung sampai yang kita pikir tidak nyambung sama sekali.

Saya sendiri sempat heran saat membaca satu sesi mengenai Manufacturing Hope. Bercerita tentang keadaan yang dihadapi saat menjadi menteri BUMN.

Dalam tulisan itu, dibahas mengenai keadaan di BUMN. Termasuk kebiasaan beliau: olahraga.

Termasuk menjajal olahraga di gedung kementerian. Dengan cara menaiki tangga dari lantai 1 sampai lantai 24! Bolak-balik!

Astaga..

Tapi, saya tidak akan protes. Karena di balik tulisan yang melebar itulah, terdapat infomasi yang sangat berguna. Yang kadang tidak saya pikirkan sama sekali.

Contohnya adalah olahraga yang tadi. Beliau menuturkan bahwa unsur-unsur olahraga yang baik: gerak tubuh, detak jantung 115 kali, dan dilakukan 10 menit terus-menerus.

Gaya tulisan seperti itu juga berlaku saat beliau bercerita tentang penyakit hati yang ia derita.

Bukan hati dalam arti qalb, tetapi liver.

Yang bahkan sudah divonis tidak lama lagi akan meninggal. Oleh doker ahli. Akibat livernya yang sudah rusak karena kanker. Juga sirosis.

Namun, beliau masih diberi kesempatan Tuhan untuk hidup. Dengan cara menjalani operasi ganti hati. Mengganti hati yang lama dengan hati yang baru.

Dengan proses yang tidak mudah. Dengan tingkat kepastian yang tidak tinggi. Juga tidak semua hati yang didonorkan itu cocok. Harus menunggu berbulan-bulan.

Setelah ditransplantasi pun belum tentu berumur panjang. Bisa jadi hanya memperpanjang umur sebentar. Ada juga kasus penolakan hati. Karena tidak cocok. Sehingga terjadi injeksi: meninggal.

Begitu banyak risikonya..

Maka dari itulah tulisan itu dimuat. Awalnya di koran Jawa Pos miliknya itu. Diterbitkan berseri. Selama 32 hari berturut-turut.

Ditulis mulai dari seminggu pasca operasi!

Sebagai upaya untuk mengibarkan bendera perang pada penyakit ini. Dari penularannya, inisiasi untuk imunisasi Hepatitis B, penaggulangan sebelum gawat, sampai setelah keadaan mengancam nyawa.

Karena tidak sedikit penderita Hepatitis ini. Termasuk di Indonesia. Mulai dari yang virusya masih tertidur. Sampai mereka yang sudah menjadi kanker.

Termasuk teman saya yang meninggal tahun lalu. Tepat beberapa minggu setelah lebaran. Juga karena liver.

Meskipun materi utama di buku ini begitu suram, pembawaan penulisan Dahlan Iskan sangat kontras. Begitu ceria. Sehingga yang terlihat seram pun jadi tampak lucu.

Begitulah hebatnya tulisan. Isi materi boleh sama. Tetapi bobot tulisan bisa berbeda. Dan itu ditentukan dari gaya tulisan yang dibuat. Juga wawasan yang dimiliki. Itulah seni menulis.

Yang tidak dapat digantikan oleh Artificial Intelegent. Mungkin. (wendra)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun