Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Reklame Modal Bambu, Kampus Harusnya Memberi Contoh Baik

20 September 2012   03:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:12 2124 0

Tak tahu apa sebabnya hingga 2 tahun terakhir ini pertumbuhan reklame di area sekitar kampus menjadi sangat masif. Di beberapa sudut kampus kini bukan hanya spanduk kecil dan sedang saja yang sering dijumpai terpasang, namun juga reklame dan poster berukuran besar. Ironisnya banyak di antara poster-poster dan spanduk tersebut dipasang seadanya menggunakan tali plastik atau tegakkan bambu yang diikatkan pada pagar atau pohon besar di tepi jalan.

Bisa jadi hal ini merupakan sebuah kewajaran mengingat sejumlah kampus di Yogyakarta memang dibelah oleh beberapa ruas jalan raya. Seperti kampus UGM yang dibelah Jalan Kaliurang, salah satu kawasan lalu lintas padat di Yogyakarta atau kampus UNY dan UKDW yang dilalui jalan utama  kota Yogya. Faktor ini membuat kampus dan sekitarnya menjadi area yang sangat strategis hingga kemudian banyak reklame dan spanduk komersil beragam ukuran menghiasi beberapa ruas jalan di sudut kampus.

Namun patut disayangkan karena reklame-reklame dan spanduk yang terpasang tersebut membuat kawasan kampus menjadi semrawut dan tidak enak dipandang. Bayangkan saja di beberapa pagar kampus sering kali terpasang spanduk yang hanya diikat dengan tali plastik hingga sering terkoyak jika tertiup angin. Memang secara kasat mata tidak ada yang salah, hanya hal yang sepele karena spanduk yang dipasang berisi kegiatan intern kampus sendiri. Tapi dari segi kepatutan dan estetika hal ini seharusnya tak dijadikan kebiasaan.

Hal lain yang boleh dipertanyakan mengenai banyaknya reklame yang terpasang di beberapa sudut kampus adalah keabsahannya. Teringat ketika 2 atau 3 tahun lalu membantu persiapan pameran Anggrek dalam rangka Dies Natalis Universitas, dalam rapat persiapan kami diingatkan untuk memasang spanduk di tempat yang benar karena ternyata dari sekian banyak tempat tegakan reklame dan spanduk di perempatan Magister Manajemen (MM) UGM, banyak yang bersifat tidak resmi. Saya tidak tahu apakah kini hal itu sudah berubah. Apakah semua tegakan dan tempat reklame itu sudah terdaftar dan resmi. Begitu banyak reklame produk komersil berdiri di pinggir jalan dan di tengah taman. Hanya beberapa saja yang dipasang di tempat yang terbuat dari besi. Sisanya sangat mengerikan, hanya dipasang menggunakan tegakan yang terbuat dari bambu atau kayu yang diikat sana sini. Pemasangan reklame dengan cara kurang layak seperti ini patut menjadi perhatian ketika hujan dan angin kencang terjadi.

Memang reklame komersil ini tak sampai masuk ke area dalam kampus meski kadang berbagai agenda kampus juga memanfaatkan tempat reklame tersebut. Tapi ironisnya cara pemasangan spanduk dan reklame yang hanya bermodalkan potongan bambu yang disandarkan dan diikatkan pada pagar kini justru diikuti oleh kampus. Beberapa poster event besar dan resmi kampus dipasang “ala kadarnya”. Bahkan saat pemilihan ketua BEM tiba, banyak poster berukuran besar juga dipasang dengan cara serupa. Sekali lagi selain tidak layak dan mengganggu pemandangan, juga berpotensi tumbang hingga membahayakan pengguna jalan. Disadari atau tidak hal ini telah merusak wibawa kampus dan kegiatan yang tengah dipromosikan. Bayangkan saja sebuah agenda besar seperti Dies Natalis dipasang di pinggir jalan dengan menggunakan tegakan dari bambu-bambu yang dipasang di luar pagar. Entah apa pertimbangannya, bisa jadi hal itu tidak sepenuhnya salah karena bagaimanapun kampus mempunyai beberapa “keistimewaan” terkait pemanfaatan areanya sendiri. Atau daripada mengeluarkan biaya mahal untuk memasang reklame di papan billboard lebih baik memanfaatkan areanya sendiri, meski dengan bambu.

Memasang reklame dengan cara "ala kadarnya" seperti ini  tetap bukan contoh yang baik apalagi reklame-reklame tersebut bersinggungan dengan ruang publik. Memang penataan reklame dan ruang publik boleh jadi tanggung jawab dinas pemerintah terkait. Tapi kampus sudah semestinya menunjukkan dirinya yang berbeda, yang mengerti bagaimana menjaga ketertiban dan keteraturan. Kampus perlu memberikan contoh yang baik serta elegan terkait pemasangan dan penataan  reklame dengan memperhatikan faktor kelayakan dan estetika. Semoga saja hal ini segera dibenahi. Dan semoga saja reklame-reklame tersebut memang sudah berada di tempat yang seharusnya. Semoga tak ada lagi rangkaian bambu-bambu miring yang diikat di pagar kampus.

mengabaikan faktor estetika di pertigaan kampus Perikanan UGM

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun