Tetap Eksis di Tengah Krisis Dengan Literasi
Apakah literasi itu? Dan kenapa pula perempuan perlu menekuni dunia literasi? Mari kita temukan jawabannya di sini.
Literasi berkaitan erat dengan kemampuan berbahasa seseorang. Menurut Wikipedia, literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian literasi tidak bisa dilepaskan dari kehidupan perempuan, sebagaimana perempuan yang sebut saja bernama Sholihah.
Sejak duduk di bangku SMP kelas dua tepatnya tahun 1978, Sholihah mulai akrab dengan literasi, khususnya membaca dan menulis. Setiap jam istirahat Sholihah selalu pergi ke perpustakaan sekolah untuk membaca dan menulis. Buku atau majalah yang Sholihah baca umumnya tentang psikologi misalnya buku yang berjudul Kesehatan Mental karya Dr. Zakiah Darajat dan majalah psikologi Anda. Kegiatan membaca dan menulis tersebut berlangsung hingga saat ini.
Pada usianya yang hampir 60 tahun, Sholihah tetap gemar membaca dan menulis. Bahkan sebagian besar waktunya ia habiskan untuk membaca buku-buku agama terutama buku-buku karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah selain membaca Al-Qur'an. Juga ia habiskan untuk menulis terutama menulis tentang hal-hal yang bermanfaat. Mengingat sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Sholihah berusaha menulis tentang hal-hal yang dapat memotivasi dirinya menjadi hamba yang dicintai-Nya. Semoga juga dapat memotivasi orang lain untuk menjadi hamba yang dicintai-Nya.
Hikmah Literasi
Setelah sekian puluh tahun bergelut di dunia literasi, Sholihah memperoleh banyak sekali hikmah. Dan inilah sebagian dari hikmahnya.
Dengan membaca buku tentang tauhid-salah satunya kitab terjemahan _at-Tauhid li ash-Shaffi al-Awwal al-Aly_ karya Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan-Sholihah belajar mengabdi hanya kepada-Nya semata dan sekaligus mencintai-Nya di atas segalanya.
Dengan membaca buku tentang adab-salah satunya "Adabul Mufrad_ karya Imam Buchori" Sholihah belajar menjadi pribadi dengan akhlak mulia dan hidup qonaah. Bersabar ketika ditimpa musibah. Bersyukur ketika mendapatkan nikmat.
Dengan banyak membaca buku tentang gizi dan kuliner, Sholihah belajar memasak makanan yang halal dan thoyib kesukaan keluarganya.
Dengan banyak membaca buku tentang pertanian, Sholihah bisa belajar berkebun dan merawat tanaman hortikultura seperti cabe, tomat, kangkung dan pisang secara optimal. Ketika harga cabe melangit seperti saat ini Rp70.000 per kg, Sholihah tidak perlu menjerit karena di kebunnya sudah ada cabe rawit dan tinggal memetik. Ketika panen tomat, hasilnya bisa dikonsumsi sendiri, dibagikan ke para tetangga dan dijual. Keuntungannya memang sedikit tetapi bisa untuk lauk pauk keluarganya.
Dengan banyak membaca buku tentang psikologi kepribadian, Sholihah belajar mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh-tokoh model Islam, seperti Asiah binti Muzahim-wanita yang istiqamah memegang teguh kebenaran selama hidup bersama suami yang dzalim yaitu Fir'aun, Maryam binti Imran, wanita yang menjalani kesendiriannya dengan totalitas beribadah kepada-Nya saja, Khadijah binti Khuwailid-isteri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang sukses berbisnis dari rumah, Fatimah Az-Zahra puteri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang hidup qona'ah bersama suaminya yang miskin. Aisyah binti Abu Bakar yang suka cemburu pada madunya tetapi tak meminta cerai suaminya dan ummul mukminin lainnya.
Dengan banyak membaca buku tentang rumah tangga Islam, Sholihah belajar menjadi isteri yang taat kepada suaminya. Berusaha memperlakukan suaminya sebagai pemimpin rumah tangga seutuhnya. Melunakkan suara ketika berbicara dengan suaminya. Meminta izin suami ketika hendak ke luar rumah. Mengalah meskipun ia benar. Mendahulukan kepentingan suaminya daripada kepentingan dirinya. Mendampingi suaminya dalam suka dan duka.
Dengan banyak membaca buku tentang keperawatan, Sholihah belajar menjadi perawat handal bagi keluarganya. Sehingga bisa meminimalisir pengeluaran untuk pengobatan. Ketika suaminya jatuh sakit parah dan harus menjalani rawat inap di rumah sakit, Sholihah dapat merawatnya dengan sebaik-baik perawatan.
Dengan banyak membaca buku tentang kecantikan, Sholihah belajar merawat dan mempercantik dirinya sendiri tanpa pergi ke salon kecantikan. Sehingga ia dapat tampil menarik, seksi dan wangi di depan suaminya saja.
Dengan banyak membaca buku psikologi perkembangan, Sholihah belajar menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Menjadi Al Ummu Madrasatun-Ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya.