Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud Pilihan

Mahasiswa Buta Baca Sastra

31 Juli 2021   15:00 Diperbarui: 4 Agustus 2021   14:07 160 4
Tidak jarang dari kita sebagai mahasiswa yang sering membeli buku sebagai rasa cinta terhadap karya sastra seseorang, apa lagi jika sekadar membeli untuk bahan koleksi.

Banyak yang mungkin menyepelekan, padahal berkarya itu tidak mudah membalikkan telapak tangan, tentu membutuhkan nafas panjang untuk mencari kata-kata agar tepat sasaran si pembaca.

Bahkan ide yang di fikirkan dan yang mereka dapatkan itu melalui keletihan berfikir baik dari waktu pagi, siang, bahkan mungkin sore sampai di malam hari.

Bukti nyata sudah mulai menegur kita, bahwa banyak dari kalangan Mahasiswa Mahasiswi yang lebih mengedepankan baca lewat e-book ketimbang membaca lewat buku.

Inilah yang sudah menjadi habits dari kalangan remaja terutama Mahasiswa, yang terkadang hanya memikirkan simple, coppy and paste tanpa memikirkan dari mana dia mendapatkan, apakah bajakan atau memang murni dari keikhlasan penulis untuk menyebarkan karya sastranya.

Semakin hari generasi Indonesia makin menghawatirkan, bagaimana tidak? Jika melihat kaum mahasiswa memang faktanya lebih memilih yang instan ketimbang memilih proses antrian panjang.

Banyak sekali fakta MABA (Mahasiswa Buta Baca Sastra) yang sudah membuktikan pada dunia. Seperti contohnya, terkadang Mahasiswa lebih memilih membeli paket untuk membaca e-book ketimbang membeli buku sebagai sarana baca yang ideal.

Disadari ataupun tidak, kini Mahasiswa memang mulai buta baca akan sastra. Selain membaca e-book yang non faedah, terkadang Mahasiswa maupun Mahasiswi lebih memilih membaca novel and novellet romantis ketimbang membaca buku pembelajaran, yang mungkin menurutnya sangat membosankan.

Apa lagi dalam situasi Covid-19, sejak pemerintahan menyarankan untuk belajar online di rumah, tentunya hal ini lebih menjadi titik pusat perhatian untuk disalah gunakan banyak orang.

Bahkan terkadang lebih mending beli kuota ketimbang harus menabung uang untuk buat beli buku.

Tecnology zaman sekarang yang seharusnya menjadi pusat informasi, jutru sekarang menjadi pusat kejahatan manusia.

Perlu untuk kita renungkan kembali, cara untuk menyadarkan betapa pentingnya satra dalam kehidupan, tentu  saja hal ini harus di mulai dari generasi muda, dan Istiqomahkan dengan niat pada diri setiap orang.

Sasaran utama adalah Mahasiswa, karena mau bagaimana pun juga sebenarnya pemuda-pemudi lah yang akan menjadi tolak ukur, sebagai penentu makmur atau tidaknya negara Indonesia.

Bahkan Soekarno pernah berkata "Berikan aku 10 pemuda maka akan kuguncangkan dunia". Makna kata ini tentu memberikan arti bahwa sebenarnya negara itu bisa lebih kuat tergantung generasinya, jika generasinya baik, maka penerusnya akan menjadi pemimpin yang baik pula.

Semoga essai sastra ini bisa menjadi tolak ukur bagi kita, untuk selalu menghargai karya sastra seseorang, baik yang di ungkapkan melalui lisan maupun tulisan, agar terciptanya Mahasiswa yang tidak buta baca sastra melainkan melek akan karya sastra.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun