Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Essi Nomor 239: Janji bagi Jacintha

21 April 2021   10:52 Diperbarui: 21 April 2021   10:58 128 7
Essi 239 -- Janji Bagi Jacintha
Tri Budhi Sastrio

Suatu ketika seorang saudagar kaya pergi ke pasar
     untuk berbelanja.
Tapi cukup bayangkan dia ke pasar untuk membeli
     barang berharga,
Jadi cocok dengan logika, orang kaya tak perlu pergi
     sendiri belanja,
Khususnya keperluan dapur rumah tangga, cukup beri
     perintah saja,
Pelayan yang akan ke sana dan saudagar tetap santai
     di rumahnya.
Tapi hari itu -- jelas karena keperluan lainnya -- sang
     saudagar kaya
Melangkah santai di pasar yang ramai serta banyak
     pengunjungnya.
Sedang santai tengok sini tengok sana, tiba-tiba ada
     yang menyapa,
Kala ditengok siapa dia, yah ... ternyata malaikat maut
     utusan surga.
Saudagar kaya terperanjat, untuk apa malaikat maut
     di pasar segala,
Memangnya dia mempunyai tugas ke pasar untuk
     mencabut nyawa?
Setelah basa-basi saling sapa, saudagar kaya
     beranikan diri bertanya,
Lho untuk apa tuan ke pasar segala, memangnya
     ada tugas rahasia?
Ah tidak, tugas biasa ... tetapi karena baru pukul 12
     siang perintahnya
Jadi daripada bosan menunggu terlalu lama, yah
     jalan-jalanlah saya.
Saudagar kaya angguk-angguk kepala walau tak
     jelas juga tujuannya.
Siapa dia tuan, lanjutnya bertanya, apakah ada
     di pasar ini orangnya?
Malajkat maut menggelengkan kepala, senyumnya
     lebar gembira ria.
Yah ... tidak, dia tidak ke pasar hari ini, dia itu
     pelayanmu yang setia.
Pukul dua belas siang janjinya, oke ya ... aku
     jalan-jalan dulu ke sana.
Saudagar kaya balas tersenyum walau hatinya
     berdebur tidak percaya,
Apa ...? Pelayan setianya ...? Yah, bagaimana bisa ...
     lalu harus apa?

Saudagar kaya melihat ke angkasa, surya belum
     terlalu tinggi sinarnya.
Aku harus apa, bisiknya berulang-ulang, bingung
     tidak tahu harus apa,
Sebelum akhirnya sebuah rencana berkelebat
     begitu saja, ingatkan dia.
Pelayan ini pelayan yang sangat setia, tidak boleh ia
     kehilangan dianya.
Kaki bergegas pulang melangkah sambil terus saja
     matangkan rencana.
Pelayannya terlalu setia dan berharga, ia tidak boleh
     kehilangan dianya.
Sampai di rumah saudagar kaya memanggil pelayan
     menghadap dirinya.
Cepat kau ambil kuda dan pergilah ke rumahku
     yang ada di Shirva sana.
Sudah jangan banyak tanya, pergi saja dan tunggu
     perintah selanjutnya.
Dasar pelayan setia, walau hatinya terus
     bertanya-tanya ... dia taat juga.
Ambil kuda, bawa bekal secukupnya, dan dilepas
     tatapan mata tuannya
Di memacu kuda ke Shirva, sebuah kota lama tempat
     kelahiran tuannya.
Saudagar kaya tersenyum lega karena merasa telah
     tunaikan tugasnya,
Menyelamatkan pelayan setia dari incaran maut
     yang ada di pasar sana.
Akan kulihat nanti apa sih yang dia bisa jika
     mangsanya sudah tidak ada.

Waktu terus merayap, saudagar kaya menunggu,
     berdebar-debar juga.
Sesaat sebelum pukul dua belas tiba, malaikat maut
     melenggang tiba.
Wajahnya sekarang berseri gembira, sementara kening
     saudara kaya
Berkerut juga ... lho ,,, kok gembira, tanyanya
     dalam hati tidak percaya.
Aku datang ingin mengucapkan terima kasih,
     katanya nir kata pembuka.
Kalau engkau tidak membantu pasti sulit bagiku
     jalankan ini tugas mulia.
Bagaimana aku bisa cabut nyawa pelayan setia
     jika dia tidak di Shirva?
Karena perintah jelas, jemput dia di Shirva pukul
     dua belas hari ini juga.
Saudagar kaya tergugu tidak bisa bicara ... yah,      
     jika takdir yang bicara,
Apa pun yang dilakukan, toh akhirnya semua
     akan lunas dan tunai juga.

Apakah kisah tragis bunda seorang putri dan
     seorang putra juga sama,
Mengakhiri hidup begitu saja, tinggalkan putra
     putri dan suami tercinta?
Sementara penyebab sebenarnya masih menjadi
     misteri serta rahasia,
Karena spekulasi banyak benar ronanya, walau satu
     tampak diterima,
Karena ini memang sudah takdirnya ... takdir bagi
     Jacintha Saldanha.

Ada banyak jika dan seandainya, tetapi mana
     yang benar pemicunya
Mungkin akan tetap menjadi misteri dan rahasia
     bagi kaca mata dunia.
Tetapi yang jelas jika seandainya korban telepon
     dusta itu orang biasa,
Dijamin dah tak ada apa-apa karena yang begini
     mah sudah lama ada.
Tengok saja sejumlah acara TV di Indonesia,
     yang biasanya tiruan saja
Dari program yang serupa di Amerika atau Eropa,
    kejutkan korbannya
Lewat telepon setengah dusta ... yang didamba
     kan kelucuan semata.
Hanya saja karena kali ini korbannya sang calon
     bunda pewaris tahta
Maka ceritanya bisa sangat berbeda ... yah memang
     nasib takdirnya.
Korban telepon setengah dusta tampaknya tidak gusar
     apalagi murka,
Tapi bagi seorang wanita mulia bunda pewaris tahta,
     jangankan murka,
Sedikit tidak berkenan saja, maka para 'penjilat muka'
     di sekelilingnya
Pasti lakukan banyak hal termasuk yang aneh-aneh
     di luar nalar logika.
Memarahi habis-habisan, mengancam, menekan,
     sampai pecat segala,
Karena rakyat jelata memang tidak seharusnya
     tak cermat layani dewa.
Bagi manusia biasa yang benteng pertahanannya
     tidak terlalu istimewa
Akibatnya bisa fatal karena semua jalan lalu tampak
     buntu terlihatnya,
Dan hanya satu saja yang terbuka pintunya, yaitu
     mengakhiri hidupnya.
Inilah nasib, inilah takdir, inilah label yang biasa
     dipakai sebagai bendera.

Kejadian seperti ini sih banyak terjadi di mana-mana,
     para penjilat muka
Tindakannya sering berlebihan tidak terkira,
     tuannya malah sudah lupa,
Eh, para anjing penjilat terus saja menyalak
     tanpa jeda, perilaku tercela
Karena merasa hebat melakukan tugas yang jelas
     tidak pernah diminta.
Konyolnya jika kemudian terjadi sesuatu yang fatal
     serta tidak terduga
Lalu sibuk mencari kambing hitamnya, seakan lupa
     siapa penjahatnya.
Walau penjilat tapi karena kuasa yang berada
     di tangannya besar juga,
Maka biasanya setelah ribut-ribut sejenak,
     kasus ditutup, selesai purna.
Begitulah adat dunia, semua mudah dilupa
     semua mudah berlalu ditiup angin senja.
 
Essi nomor 239 -- POZ09122012 -- 087853451949

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun