Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mengokohkan Pertahanan Terakhir Penghentian Laju Penyebaran Covid-19

21 April 2020   19:55 Diperbarui: 22 April 2020   05:01 91 13
Dua hari yang lalu, tepatnya Delapan Belas Maret Dua Ribu Dua Puluh sebuah panggilan telepon cerdas lewat aplikasi whatsapp berdering dari seorang kawan yang nada bicaranya agak gemetar dan tidak teratur. “Coba tenangkan dulu pikiranmu, baca istighfar baru ngomong”, begitulah jawaban saya saat itu. Inti pembicaraan via telepon cerdas yang saya terima adalah bahwa dia ingin mengabarkan dan meminta saran terkait dengan orang tuanya yang telah berinteraksi dengan seorang temannya yang kini menjadi pasien positif Covid-19. Dalam pembicaraan singkat tadi saya sempat menanyakan bagaimana kronologi orang tuanya kok sampai melakukan interaksi dengan teman yang sudah menjadi pasien positif Covid-19. “Awalanya bapak diajak beribadah Sholat Jumat oleh temannya dengan alibi sudah dua kali mereka tidak melaksanakan sholat Jumat, dan Bapak pun mengamini dan mengikutinya tanpa rasa khawatir”, jelasnya singkat. Jelajah tempat ibadah yang menyelenggarakan sholat Jumat pun dilakukan oleh ayah dari kawan saya beserta rombongan (kurang lebih 8 orang) hingga kota tetangga kabupaten. Setiap waktu sholat fardhu tiba, mereka berinteraksi dan berjamaah dan nampak abai dengan protokol kesehatan yang semestinya dipatuhi oleh semua masyarakat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun