Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Kesadaran: Mereka yang Membisu

28 Mei 2019   09:24 Diperbarui: 28 Mei 2019   09:26 84 5
Pagi ini puisi ku sayu
Dia terdampar setengah malu-malu
Tergores dan terwarna seperti kelambu berhias pilu
Bagaimana pelangi turun dan menghantui umat seluruh penjuru?
Kala itu, hidup seperti tercampur gaduh
Suasana membinasa segala yang riuh
Haruskah setiap bait terbenam titik jenuh?
Aku tak menyangka!
Radar dan kemenangan sedekat itu
Sedang kekuasaan dan pertimbangan adalah hal yang hampir musnah
Dimana setiap Raja dan Ratu tersenyum bak fatamorgana semu
Kau pikir, kekalahan karena tercabik sesuatu yang membiru itu bisu?
Tak seperti itu, nyata nya
Rakyat berbondong berbaris rapi-rapi meski tak sejajar
Berebut petisi yang ditandatangani
Lantas, bagaimana mereka menemukan jemari sendiri?
Sedang tergadaikan nya mahkota adalah sesuatu yang mengenaskan bagi setiap yang memiliki
Apakah satu dari setiap jiwa sudah tak menginginkan sebuah kendali?
Rasa demi rasa terlewatkan dan terpatri
Mendulang kebatinan yang sejati
Tak termiliki
Apakah memang sesuatu yang berulah adalah janji dari sebuah diam menuju gerakan?
Tak terpikir di benak setiap insan bahwa sakit harusnya terobati
Bahwa rindu harusnya bertemu
Maka apalah arti sebuah ulasan untuk hidup yang tak sengaja ini?
Menggambar sebuah pemandangan dan pepohonan?
Menukik leher dan mendongak kan ke langit?
Merebah dan membayangkan puncak istana yang tersohor?
Atau merobek lidah sendiri untuk memastikan bahwa diri masih berdarah-darah?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun