Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Urgensi Peringatan Hari Gunung Internasional

11 Desember 2022   17:38 Diperbarui: 11 Desember 2022   17:39 496 21
11 Desember 2003, menjadi tonggak awal peringatan Hari Gunung Internasional.

Tanggal itu pun tercatat setelah organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB mengadakan peringatan Hari Gunung Internasional untuk pertama kalinya dan kemudian dilakukan pengesahan secara resmi hari besar itu.

Sebelum menginjak tahun 2003, yaitu pada tahun 1992, sejarah Hari Gunung Internasional diawali.

Bermula dari adanya penyelenggaraan sebuah agenda tentang lingkungan dan pembangunan oleh PBB.

Dalam pokok pembahasan agenda PBB itu, mengupas diantaranya perkembangan pembangunan gunung di seluruh dunia disamping pembahasan gagasan lain.

Kemudian, pada tahun 2002, PBB menyatakan sebagai tahun Pegunungan Internaaional dan berlanjut, pada tahun berikutnya, tahun 2003, PBB memperingati Hari Gunung Internasional untuk pertama kalinya.

Sejak saat itu, setiap tahun pada tanggal 11 Desember, PBB dan warga dunia terus merayakan peringatan hari besar itu hingga kini.

Peringatan Hari Gunung Internasional memiliki urgensi mengenai gunung bagi kehidupan manusia.

PBB mencatat bahwa sudah banyak masyarakat dunia hidup dan menetap di pegunungan.

Sedikitnya 15 persen populasi manusia di dunia tinggal di pegunungan.

Angka warga yang tinggal di pegunungan di seluruh dunia itu, diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya.

Untuk hal itu, ada harapan agar masyarakat khusuanya yang tinggal di pegunungan serta masyatakat lain secara umum, dapat terus meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pegunungan bagi kehidupan.

Hal pokok lainnya bahwa pegunungan bisa kita lihat memiliki peluang besar untuk pengembangan pembangunan.

Laman Food and Agriculture Organization (FAO), menyebutkan adanya jumlah daratan di bumi itu, 27 persennya merupakan pegunungan.

Luas daratan sebanyak itu kini dihuni oleh sejumlah potensi berupa keberagaman hayati yang dapat dijadikan sumber pangan dan obat-obatan.

Bahan-bahan pangan penting dihasilkan dari gunung, seperti kentang, buah-buahan, tomat, jagung, sorgum dan lain sebagainya.

Gunung pun memiliki peran mengatur udara, tanah, iklim dan kualitas air.

60 persen hingga 80 persen air khususnya air tawar yang berguna bagi kehidupan, berada di gunung.

Air sebanyak itu secara rutin terus dikonsumsi setengah jumlah manusia di dunia dalam berbagai kebutuhannya.

Termasuk spesies hewan dan binatang ternak hidup dan berkembang di pegunungan.

Semua elemen terkait erat dan satu sama lain saling menopang menjaga keberlangsungan kehidupan.

Tidak kalah pentingnya, sebagai tempat eksotis, banyak pegunungan menawarkan pemandangan untuk dinikmati memenuhi kebutuhan wisata.

Data pariwisata dunia, menempatkan gunung sebagai penyumbang pemasukan negara-negara di dunia dari sektor wisata yang angkanya mencapai kisaran rata-rata antara 15 persen hingga 20 persen.

Dalam proses kepariwisataanya sendiri, wisata gunung mampu membuka peluang mata pencaharian sehingga berpengaruh bagi pengurangan angka kemiskinan.

Pariwisata secara umum membuka proses sosial (inklusi) serta sanggup mendorong optimalisasi fungsi lingkungan bagi konservasi keanekaragaman hayati.

Pariwisata yang terintegrasi ke dalam kehidupan budaya dan sosial masyarakat yang ada, sesungguhnya akan mencipta pelestarian budaya, alam dan kehidupan spiritual wilayah setempat.

Pernak-pernik lain pariwisata, akan memacu produksi dan kreativitas penciptaan kerajinan lokal, perayaan festival hingga keunikan pagelaran khas lainnya.

Gunung telah banyak memberikan sumbangsih bagi kehidupan manusia. Wajar apabila kita berkontribusi menjaga gunung bagi kelangsungan hidup semua mahluk yang tinggal didalamnya.


Kendala

Gunung meemberi berkah bagi kehidupan.

Hal ini sudah lama manusia rasakan secara turun temurun.

Disamping mengingat akan hal menguntungkan dari pegunungan, tentunya akan lebih bijak apabila kita juga sadar akan kendala dari keberadaan gunung.

Tidak dipungkiri bahwa masih besar resiko yang akan kita hadapi diakibatkan dari adanya pegunungan.

Salah satu resiko gunung bagi kehidupan misalnya dengan keberadaan gunung berapi.

Melihat Indonesia,  termasuk salah satu negara di dunia dengan tingkat kewaspadaan tinggi terhadap gunung api.

Terhitung ada 127 gunung api aktif di Indonesia dan gugusan-gugusan pegunungannya membentuk Cincin Api Pasifik.

Aktivitas gunung-gunung api sering menjadi penyebab adanya gempa bumi juga letusan.

Erupsi semeru 2022, ini salah satu peristiwa alam yang harus dipikirkan bersama penanggulangannya.

Belum lagi gunung-gunung api di negara lain, apabila terjadi letusan, sudah dipastikan menimbulkan bencana dan kerugian besar bagi manusia.

Perubahan iklim turut mempengaruhi kualitas pegunungan, sehingga fungsi-fungsi utamanya bergeser menurun, berakibat manusia kehilangan banyak manfaat yang biasa ia terima satiap saat dari suatu kehidupan pegunungan.

Ulah tangan-tangan manusia dalam memperlakukan gunung, banyak menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia sendiri.

Eksplorasi berlebihan demi mengeruk sejumlah material tertentu yang dikandung gunung. Akibatnya bencana datang bertubi-tubi.

Serba-serbi gunung bagi kehidupan manusia. PBB berkepentingan mewaspadai segala bentuk yang dapat timbul dari gunung.

Peringatan Hari Gunung Internasional bagi warga dunia kedudukannya menjadi penting terutama sebagai upaya menghidupkan kesadaran secara terus menerus mengenai apapun terkait pegunungan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun