Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Eksistensi Kelompok Radikal dan Kesigapan Penanggulangan Terorisme

7 Desember 2022   16:18 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:36 598 12
Suasana pagi hari di Kota Bandung, dikejutkan oleh adanya ledakan hebat.

Ledakan diduga bom, bersumber dari Kantor Kepolisian Sektor (Polsek) Astanaanyar Kota Bandung, terjadi pada hari Rabu, 7 Desember 2022.

Sejumlah media massa online dan media sosial saling "berlomba" mewartakan kejadian itu.

Selang beberapa saat, info menyebar dahsyat dan menampilkan beragam info kejadian dari tempat kejadian perkara (TKP).

Sejauh yang saya ketahui sebagai warga Kota Bandung, lokasi Polsek Astanaanyar termasuk lokasi kantor polisi yang strategis, dekat dengan pusat kegiatan masyarakat berupa pasar dan jalan utama dalam kota yang menghubungkan ke tempat-tempat strategis serta objek vital Kota Bandung dari arah Selatan.

Disebutkan, bahwa ada seorang melakukan aksi bom bunuh diri di lokasi Polsek, dengan ciri utama pelaku seorang laki-laki.

Dari identitas pribadi yang ditemukan, pelaku berdomisili dari Kota Bandung, namun dinyatakan sebelumnya sudah lama menghilang.

Data identitas diri itu tersebar di kolom-kolom chat beberapa Wahtapps grup yang saya ikuti.

Sungguh mengejutkan, diduga pelaku itu masih berusia relatif muda.

Peristiwa ledakan masih terus diperiksa pihak berwajib dan saat ini masih menunggu hasil pasti pemeriksaan termasuk kerugian yang diderita.

Sementara korban luka-luka dan meninggal dunia dari aparat kepolisisian dikabarkan langsung ditangai tim medis. Mereka adalah petugas yang sedang bertugas di lokasi kejadian.

Dengan adanya kejadian itu, banyak pihak menyayangkannya. Terlebih ini terjadi di Kota Bandung.

Kota ini sudah lama dikenal kondusif dan aman. Sebuah kota besar yang sedang terus berbenah memberikan layanan optimal kepada masyarakatnya dalam berbagai sektor.

Dugaan bom bunuh diri di kantor kepolisian, setidaknya merubah citra Kota Bandung saat ini.

Entah apa upaya yang akan dilakukan untuk mengembalikan keadaan kepada sediakala.

Yang pasti semua berharap, Bandung akan baik-baik saja ke depan terutama saat kota ini akan menyambut berbagai macam perhelatan penting baik lokal maupun nasional bahkan mancanegara.

Pekerjaan rumah tambahan yang harus dikerjakan pemerintah kota di sela-sela bertumpuknya kesibukan lain dalam keseharian hiruk pikuk  kota berjuluk "Kota Parahyangan" ini.


Eksistensi

Dalam beberapa peristiwa, aksi bom bunuh diri selalu dikaitkan dengan sebuah upaya teror.

Dari unsur pelaku bom bunuh diri dalam kurun waktu sebelumnya, sesuai dengan data tentang orang yang berhasil ditangkap aparat, rata-rata mereka adalah orang yang berjejaring kepada kelompok-kelompok radikal dan ekstrimis yang menghendaki adanya suatu perubahan keadaan politik atau tatanan pemerintahan tertentu seauai dengan ideologi yang mereka kehendaki.

Jika menyebutkan nama-nama kelompok tersebut, jumlahnya relatif banyak.

Pihak aparat hingga saat ini masih terus mengejar dan mengamankan orang-orang dalam jaringan tersebut sampai ke akar-akarnya.

Lantas, apa kemudian dugaan bom bunuh diri di Kota Bandung itu sama halnya mengulang jejak peristiwa lalu?

Saya belum tahu sejauh itu karena pihak aparat sedang mengusut segala sesuatunya.

Namun, dalam hal ini, berdasar kepada hasil pengkajian dari peristiwa sebelumnya, aksi bom bunuh diri dilakukan sebagai upaya suatu pihak mencapai kepentingan politik tertentu.

Bahkan, aksi di dalam negeri semacam di Bandung itu, kerap kali dikaitkan dengan aksi terorisme disejumlah negara yang mengalami persoalan politik.

Sejak dinyatakan berdiri sebuah organisasi ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah), aksi-aksi bom bunuh diri di Indonesia hampir dipastikan diantaranya mengarah kepada misi kelompok ISIS tersebut.

Suatu pendekatan pemahaman, mengapa aksi teroris dengan jalan meledakan diri di lokasi yang jauh dari tempat dimana konflik terjadi?

Hal ini didasarkan kepada suatu cara pandang atau implikasi teori balon.

Teori ini untuk menunjukan bahwa sebuah kelompok teror pada saat sudah terdesak atau mengalami kebuntuan di suatu daerah sasaran tertentu, akan menggerakan simpul lain di lokasi terpisah.

Tujuannya tiada lain yaitu agar mampu menjaga moral dan mental kelompok atau jaringan melalui "eksistensi" yang berhasil dihidupkan di tempat terpisah.

Menjaga moral dan mental para simpatisan suatu kelompok kepentingan tiada lain adalah dalam rangka menjaga ketegaran ideologis dan eksistensi kelompok itu. Selebihnya, aksi bom bunuh diri terbilang" ekonomis" dari upaya menghidupkan sebuah gerakan radikal.

Hal yang sama seperti di dalam negeri. Beberapa kejadian bermotif unsur terorisme, beberapa kelompok ekstrimis mengembangkan teori balon untuk terus menggugah moral para pengikutnya terutama saat perisriwa Poso dalam beberapa waktu kebelakang.

Dalam peristiwa Poso, kelompok radikal mengalami keterdesakan oleh aparat TNI dan Polri.

Sebagian orang ditangkap dan lainnya kabur lalu menempati lokasi lain.

Keberadaan jaringan yang berhasil kabur dari operasi saat di Poso, kemudian mengembangkan aksi di tempat lain.

Mereka mengembangkan aksi di lokasi baru saat lokasi utama teror berhasil dikempiskan.

Hasilnya, beberapa peristiwa teror terjadi di lain tempat di beberapa kota yang ada di Indonesia seperti Surabaya, Surakarta, Jakarta dan beberapa daerah dalam kurun waktu beberapa tahun kemudian.

Sekali lagi, kejadian di Bandung apakah merujuk kepada praktek lanjutan yang sama?


Waspada

Besar atau kecilnya sebuah aksi terorisme, tetap harus mampu membangkitkan nilai kewaspadaan diri kita.

Rencana sebuah aksi terorisme itu adakalanya terdeteksi sementara pada bagian lain suka luput dari perhatian aparat terkait.

Dalam hal inilah, sebagai warga negara, selain waspada, kita dapat memposisikan diri untuk saling bahu-membahu mengenal potensi timbulnya aksi terorisme.

Menguatkan literasi menganai hal itu juga sangat penting, karena berliterasi membuat kita peka terhadap persoalan.

Setelah memahami berbagai unsur dan segala sesuatunya tentang terorisme, maka akan semakin mudah kita mengenal pola gerakan mereka dan upaya antisipasi apabila aksi terorisme berpotensi terjadi.

Hubungan dengan usaha peningkatan pemahaman bagi masyarakat soal terorisme, bahasan-bahasan itu sudah sepatutnya terus disuarakan.

Pemerintah mampu menjadi pihak terdepan sosialisasi pencegahan terorisme sejak dini.

Masyarakat mengembangkan pemahamannya dengan cara bergotong-royong secara praktis di lapangan dari lingkungan terdekat yang dapat dijangkau.

Pada saatnya pemerintah bisa saja melakukan cara penyelesaian dengan cara keras. Namun, beberapa kali hal itu dilakukan, justru malah meningkatkan eksistensi kelompok teroris itu.

Sementara upaya pencegahan, dinilai efektif mencegah terorisme terjadi terutama ketika masyarakat atau pun pemerintah dan aparatnya mampu melakukan pencegahan secara persuasif.

Adapun unsur masyarakat yang terkecil yaitu lingkup keluarga, dapat diandalkan mencermati gerak-gerik terorisme apabila menimpa salah seorang atau sebagian anggota keluarganya.

Kewaspadaan lingkungan pun dapat kita kembangkan dengan cara menebar radar pencegahan terorisme.

Upamanya, kita bisa saja memantau lingkungan sekitar mengenai adanya narasi-narasi radikal yang saat ini mudah disebarluaskan melalui jejaring media sosial atau selebaran-selebaran terselubung yang disusupkan ke tengah masyarakat.

Kita juga semestinya peka apabila menemukan prilaku menyimpang atau anomali seseorang atau suatu kelompok warga tertentu.

Ketajaman daya pantau masyarakat harus terus diasah dan warga pun dibiasakan mampu berkoordinasi dengan aparat tertentu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa terorisme atau paham ekstrimis radikal.

Jika saja diyakini terdapat hal mencurigakan mengenai potensi tororisme, masyarakat bisa langsung melaporkannya dengan segala bukti dan ketentuan pelaporan yag sesuai aturan agar aparat dapat secara sigap menyikapinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun