Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Lumpur Emas

26 Agustus 2019   20:50 Diperbarui: 26 Agustus 2019   20:50 49 5
Luka menganga di Puuwonea, Andowia, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Banjir bandang menghadang tanpa ada aba-aba. Memupuskan asa tanpa kata. Hanya suara sengsara penuh derita

Banjir bandang di Puiwonea, menenggalamkan cita-cita anak bangsa yang digantung di hutan belantara. Lumpur mengalir berwarna emas menenggelamkan rumah-rumah menjadi tanah, sawah nan subur hancur jadi nanah. Hidup semakin susah dan payah.
Peluh susah mengucur jadi darah

Banjir bandang di Puiwonea tak pernah diundang. Namun, jangan salahkan banjir yang dari pegunungan menjulang. Banjir tak datang bila hutan tak ada tambang.

Banjir bandang di Puuwonea menggali jurang hidup yang kian tajam. Para penguasa dan pengusaha berpesta pora. Hidup mewah bergelimang harta. Sementara Korban bencana di Puuwonea  tak henti menelan ludah yang kian kering di rongga dada. Bukan dunia yang zalim dan kejam, bisa jadi penguasa dan pengusaha mati rasa.
Lihatlah tanah mengeras menjadi timah, keringat rakyat menjadi nanah
Kemana mereka harus pindah
Banjir bandang di bulan juni lalu itu, tlah berbuah musibah
Orang-orang kecil memang harus tabah, walau tak henti dihempas musibah air bah

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun