Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi-puisi Silivester Kiik

3 Maret 2020   22:14 Diperbarui: 3 Maret 2020   22:22 131 4
Perempuan Penunggu Hujan

di bawah kolong-kolong yang berpenghuni
kau menggambarkan dua garis yang sejajar
saat itu halaman taman menjadi pengintip mata bulat kecilmu
dengan sedikit semilir angin selatan berhembus di antara celah-celah gambaran bayanganmu

februari telah gugur meninggalkan terik
dan maret menerimanya dengan perasaan yang sama
musim panen mungkin menjadi kawanan yang berlari menghabiskan sisa-sisa waktunya
untuk terbang bersama debu di tanah lapang dekat tepi ngarai

kau perempuanku: andai saja hujan tahun ini tak menderu
renungkan saja dengan kejujuran tanpa luka memar di dada
tuntaskan dengan linangan air matamu dalam lelap yang lelah oleh suara-suara asing
sebab akan ada titik untuk mengangkat kebisuanmu menuju pembaringan singgasana

---

Atambua, 02 Maret 2020



Doa Malam

di sudut kamar  
kunyalakan sebatang lilin di tempat-Mu yang sakral
isyarat-isyarat dalam cahaya memijar dalam kata
aku berserah pada-Mu: segala letih kuserahkan dalam damai

malam ini kulalui dengan bayangan-Mu
untuk menghabiskan sisa-sisa rindu yang belum sempat terbaca oleh catatan-catatan usang hari ini

---

Atambua, 03 Maret 2020



Saat Gerimis Kecil di Jalan Eropa

di ujung jalan: sepi memanggil untuk berkabung kata  
di bawah heningnya pohon-pohon mahoni tua: waktu begitu dingin di antara jarak kedua jari-jariku

aku bagaikan sebuah kata tanya
yang sedang berhenti oleh penunggu waktu: segeralah menjawab

dunia kecil dihadapanku sama besar dengan mawar yang sedang menatap itu  
saling menuding di bawah kedua sepatuku: matamu baru saja menatapnya sejauh apapun itu

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun