Aku melihat banyak rantingnya berserak. Lindap sebagai ketidakberdayaan dalam penantian yang melukis wajah muram di atas permukaan tanah. Daun-daunnya meranggas, jatuh sebagai alas.
Dua hari yang lalu aku masih memandang pohon itu. Ketika kaca jendela merawat kesepiannya yang dingin. Saat kutemukan ia masih berdiri dengan kokoh dan sombong di sudut sana.