Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

(RTC) Di Makam Ayah

10 November 2021   19:49 Diperbarui: 10 November 2021   20:06 231 46
(RTC)Di Makam Ayah

Puisi Sugiyanta Pancasari

sebilah belati berkarat terselip dalam ingatanku dan sepatu lars, dengan penuh dendam menginjak-injak masa laluku yang pahit dan buram

sementara tangis ibu melengking beradu kumandang suara azan yang lantang disuatu subuh yang sunyi dan lengang

air matanya tertumpah di mangkuk tanah yang gempil di bibirnya tersenggol tingkahku yang kelewat bengal di waktu kecil

"Ayahmu pejuang, Nak," jawab ibuku dengan mata berlinang, setiap aku bertanya sehabis teman sekolahku mengolok dan mengejek ayahku pengkhianat dan pecundang

tak ada yang tercatat dalam ingatanku yang suwung kecuali aku kecil yang menangis meraung-raung mengejar ayah yang berangkat tergesa untuk bertugas menjadi komandan upacara di halaman Kalurahan saat peringatan tujuh-belasan tiba

juga aku dan ibu, yang tiada henti meratap, bersandar di dinding bambu yang bolong-bolong dimakan rayap

mata ibu terlihat nanar menatap api di atas tungku mulai berkobar, sedangkan periuk di atasnya hanya berisi sejumput beras dan mimpi keciku yang hangus terbakar

aku sedikit terhibur setiap ibu mengajakku berziarah ke makam ayah dan bendera merah putih dari kayu yang mulai lapuk, masih tertancap tegak di atas pusara,
dan kubayangkan ayah begitu gagah berani, berseragam hijau tua mengangkat bedil bertempur tak takut mati
di pinggangnya yang kokoh terselip sebilah belati

di makam ayah yang sunyi itu aku dan ibu menjadi saksi hidup atas siksa takdir yang getir

Jogja, 10 November 2021

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun