kupu, membasuh luka di sekujur kelopakku.
di hari ulang tahunmu, aku kayu bakar yang sebentar berpijar, di mimpimu yang samar.
jika engkau perih yang sabar, aku gigih yang memar, cahaya yang memudar
dan kita adalah air mata yang tabah, yang tak bosan-bosannya menuliskan cerita dengan kesedihan yang sama.
jika perjalananmu terjal yang sunyi, aku gemuruh yang sayup dan tak terdengar.
dan kita adalah sepasang luka yang gagah, yang tak letih-letihnya merajut bersama, di setiap sayatan, dalam darah dan kenangan.
jika engkau gelora, aku bara yang membeku dalam redup cahaya pada remang pendakianmu di bulan purnama.
sementara kita hanyalah setangkup fatamorgana, yang bersikeras menjejakkan kakinya di atas kepingan-kepingan jalan raya dipanggang terik kejam prahara.
jika engkau senja yang menggigil, biarkan aku hangat pelangi, yang mendekapmu di antara cericit burung membelah sunyi gunung.
di hari ulang tahunku, kau menjelma kupu-kupu, yang setia menyulam sisa hidupku
Jogja, 2021
Puisi Sugiyanta Pancasari
