Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Libas Manchester City, Tuchel Bawa Chelsea ke Final FA Cup dengan Brilian

18 April 2021   14:58 Diperbarui: 18 April 2021   15:19 489 22
Laga semifinal FA Cup berkelas tersaji di Wembley Stadium kala Chelsea menghadapi Manchester City tadi malam (17/04). Saya sebut berkelas sebab memang baik Chelsea maupun Manchester City sama-sama memperlihatkan permainan atraktif dalam tempo tinggi dengan passing cepat dan akurat.

Kedua pelatih sendiri kompak tak menurunkan full skuat intinya. Tuchel sendiri memilih tidak menurunkan Kai Havertz, Christian Pulisic, dan Edouard Mendy. Sedangkan Guardiola mencadangkan Riyad Mahrez, Ilkay Gundogan, John Stones dan Bernardo Silva.

Permainan sendiri berjalan ketat sejak awal laga berjalan, terbukti dari gol Hakim Ziyech yang sudah terjadi di menit ke-6. Namun, gol tersebut dianulir VAR setelah Werner dinyatakan berada dalam posisi offside sebelum memberi umpan kepada Ziyech.

Kedua tim pun melanjutkan jual beli serangan. The Citizens punya peluang melalui Gabriel Jesus dan Fernandinho, sedangkan The Blues melalui kaki kedua bek sayap mereka, Reece James dan Ben Chilwell. Namun sayang, semua upaya tersebut kandas hingga turun minum.

Memulai babak kedua, Kevin De Bruyne terpaksa harus ditarik keluar di menit ke-48, setelah mengalami masalah pada anklenya akibat berduel dengan Kante. Phil Foden dimasukkan untuk menggantikan gelandang asal Belgia tersebut.

Kehilangan De Bruyne memang cukup terasa, sebab kini City seakan kehilangan sumber kreativitas di lini tengah mereka. Jeli melihat peluang ini, Chelsea langsung tancap gas melihat City yang sepertinya sedang goyang.

Benar saja, 7 menit berselang, Mason Mount melepaskan through-pass terukur kepada Timo Werner yang memanfaatkan kecepatannya melewati kawalan 2 bek City, lalu melepaskan cutback kearah Ziyech yang diselesaikan dengan sempurna oleh pemain berjuluk "The Wizard" tersebut.

City yang nampaknya belum bangkit dari kebobolan tersebut, hampir saja tertinggal 2 gol andai tendangan Ziyech yang sudah one-on-one dengan Steffen, melepaskan finishing yang lebih terukur.

Melihat timnya yang mulai goyang, Guardiola memilih memasukkan Ilkay Gundogan lebih cepat untuk menggantikan Ferran Torres, guna menambah daya gedor di menit 64.

Setelah Gundogan masuk, City punya lebih banyak peluang melalui Ruben Dias, Rodri, dan Sterling. Namun tak satu pun berhasil memasuki jala gawang Chelsea yang dikawal Kepa.

Skor bertahan 1-0 hingga akhir untuk kemenangan Chelsea, sekaligus membuat tim asuhan Thomas Tuchel ini ke final FA Cup. Mereka akan menanti pemenang antara Southampton dan Leicester City, yang baru akan bertanding dini hari nanti (18/04).

Meski secara keseluruhan tampil sama baiknya dan sama-sama menunjukkan permainan berkelas, namun memang menurut saya Chelsea lebih pantas melangkah ke babak selanjutnya.

Setidaknya, saya mencatat ada tiga poin penting pembeda dari pertandingan semalam, yang membuat Chelsea lebih layak menang ketimbang City. Berikut ketiga poinnya.

Pertama, sangat terlihat bahwa permainan dari sektor saya Chelsea melalui kedua wing-back mereka, jauh lebih hidup ketimbang Manchester City, yang cenderung monoton fokus di tengah.

Hal itu bisa kita lihat di babak pertama, dimana kedua peluang emas Chelsea semuanya berasal dari kaki kedua wing-back mereka, yakni Reece James dan Chilwell. Mereka pun aktif memberi crossing, namun tak lupa kembali ke pos masing-masing saat kehilangan bola.

Hal ini berbanding terbalik dengan wing-back The Citizens, yakni Benjamin Mendy dan Joao Cancelo, yang jarang melakukan kreasi dari sisi lapangan. Ya, meskipun tak bisa dipungkiri, mereka berdua sangat baik dalam menjaga lini belakang City.

Namun, hal itu membuat serangan City terlalu berfokus di tengah sehingga memudahkan pemain Chelsea dalam membaca arah permainan. Kante dan Jorginho pun selalu sukses memutus aliran serangan dari para penyerang City yang berawal dari tengah.

Hal ini menyebabkan, mau tak mau, Guardiola terpaksa memasukkan Gundogan di babak kedua, apalagi gelandang mereka Kevin De Bruyne harus ditarik keluar. Apalagi Gundogan telat dimasukkan, menurut saya penyerangan City bakal selalu menemui jalan buntu.

Di sisi lain, Chelsea punya opsi memindahkan bola di kiri maupun kanan permainan mereka, sebab ada Reece James dan Ben Chilwell yang aktif membuka ruang. Belum lagi Timo Werner juga dapat bermain melebar, yang memudahkan Ziyech untuk coming-from-behind mengisi posisi yang ditinggalkan Werner.

Kedua, Manchester City gagal dalam transisi High Defensive Line yang mereka terapkan. High Defensive Line sendiri adalah formasi dimana para defender berdiri cukup jauh dari gawang mereka, guna mempersempit ruang gerak lawan.

Beberapa kali terlihat Ruben Dias dan Joao Cancelo gagal menutup pergerakan Timo Werner yang sangat eksplosif dengan memanfaatkan speednya. Laporte dan Mendy pun beberapa kali membiarkan Hakim Ziyech lolos dari kawalan mereka.

Hal ini sebab para gelandang Chelsea yakni Mason Mount ataupun Kante, sangat jeli dalam melihat celah saat mendapatkan bola, lalu melakukan counter-attack yang sangat cepat, sehingga High Defensive Line yang diterapkan pemain belakang City terlambat merespon atau tak dapat mengimbangi kecepatan para penyerang Chelsea.

Bila tidak terkendala offside dan finishing yang lebih tenang, Hakim Ziyech bahkan bisa mencetak hattrick (3 gol) di pertandingan semalam. Hal itu saya rasa sudah cukup menjelaskan betapa rapuhnya High Defensive Line Manchester City saat menghadapi counter-attack.

Sebenarnya, kebobolan saat menerapkan strategi High Defensive Line bukanlah suatu keanehan, sebab tim yang menerapkan strategi serupa memang jarang mendapat clean sheet, seperti Bayern Munich misalnya.

Bedanya, Munich punya Lewandowski dan Gnabry yang punya finishing mumpuni, sedangkan Gabries Jesus dan Sterling bermain loyo semalam. Hal ini pun tak lepas dari penjagaan ketat Antonio Rudiger dan Thiago Silva yang menempel ketat kedua pemain tersebut.

Ketiga, Chelsea bermain sangat efektif saat memegang bola. Yup, meski Chelsea kalah dari segi ball possession, yakni 44% berbanding 56% milik City, namun Chelsea bisa dibilang lebih maksimal dalam memanfaatkan celah yang diberikan lawan.

Ini dapat terlihat dari jumlah shots yang dilakukan Chelsea, dimana anak asuh Thomas Tuchel yang mengandalkan counter-attack ini, memiliki 5 tembakan dan 3 diantaranya on-target.

Sementara Sterling dan kawan-kawan, mereka hanya mampu mengarahkan 3 tembakan tepat sasaran ke gawang Kepa, dari 11 peluang yang mereka miliki.

Perbedaan ini tak lepas dari sosok gelandang yang dimainkan oleh kedua kubu. Di babak pertama, terlihat City mampu mengimbangi Chelsea karena adanya De Bruyne sebagai jenderal lapangan tengah, meski Ferran Torres selalu menemui jalan buntu.

Naasnya, De Bruyne malah keluar akibat cedera dan Gundogan yang dimasukkan untuk menjadi pengganti De Bruyne, justru tak berhasil tampil dalam performa terbaiknya.

Di sisi lain, Chelsea punya Mason Mount dan Hakim Ziyech yang membuka ruang dengan baik, serta menciptakan umpan kunci yang akurat. Di babak kedua pun, ada Christian Pulisic dan Kai Havertz yang tampil sama baiknya.

Sebagai penutup, saya rasa Chelsea bersama Tuchel memang sudah sangat jauh berkembang, dan sangat layak mendapatkan satu tempat di final FA Cup. Sementara bagi City, kekalahan ini memupus harapan Quadruple mereka musim ini. Well, once again, congrats Tuchel and Chelsea

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun