Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

F Samisareng M Dot A

14 April 2021   03:06 Diperbarui: 14 April 2021   03:10 98 1
Izin kan kulukis senja.. Mengukir nama Mu disana.. Mendengar kamu bercerita.. Menangis tertawa .

Dari zaman dahulu, para nabi yang "terlahir duluan" Sedikit ngambek" Dengan sosok Muhammad S.A.W.

Apa apa sholawat, apa apa Alloh minta sebutlah nama kekasihnya itu. Padahal lahir juga belum. Tetapi begitu mengistimewakannya.

Pas engkau hadir.. Merubah segalanya menjadi lebih indah.

Ya itulah perbedaan bumi dan langit antara kita dengan beliau. Bagai mana tidak, beliau melakoni saja masih dianggap ahli syair/penyair. Sementara kita yang mungkin hanya menyairkan malah berharap sejajar/setara maqom (derajat) melakoni. Tanpa kita sadari sejajar itu ujungnya ndak bertemu lho.

Itu sebabnya abah selalu dawuh gambar kucing dikira gambar macan, atau gur pinter ndongeng nulis lan moco tembe mburine bakal sengsorong.

Kita dengan penerusnya saja mungkin sudah sangat jauh. Sangat jauh kualitasnya, mereka sama sekali ndak dapat berkata kata yang ndak baik.

Teringat banyak sekali yang saat dahulu tertolak dan terbunuh saat islam mencoba masuk di Nusantara.

Jangan  pula mengingat kembali perjanjian antara Syekh subakhir dg eyang sabdo palon sebagai pakeweuhnya tanah Jawa.

Cukuplah gaes, kita seyogyanya memperbaiki diri kita masing masing dihadapaNya. Mumpung masih ada satu dengan jasad. Tetaplah ruh membumi dg jasad saat beribadah, jangan sampai ruh melangit, badan di jasad, atau benar benar hati nya melangit. Toh kita juga saat meninggal jasad ya di bumi, besarnya derajat tergantung bersama kekasihNya sampai kembali ke yang menciptakan Tuhan Semesta alam, Tuhan Langit dan Bumi.

Ridho manusia ndak mungkin dapat diraih, kerelaan kita meninggalkan yang fana untuk bersama yang serba mentjukupi lahir dan batin sehingga sampailah kesadaran bahwa sesungguhnya kita alpa lahir wal batin dengan lisan berucap mohon maaf lahir dan batin. Ya ayuhanfsu muthmainah.. ( belum tentu orang yang sering melisankan la illa ha illaloh Muhammad darosululloh diujung nafasnya  sanggup berucap itu. Cukuplah kita memandang wajahNya siapa tau ia bermurah hati menuntun dengan jalan kembali yang baik,

Izin kan ku melukis senja.. Mengukir namamu disana..

Noted : bukan baper ya, tapi ibuku mengajarkan ku menjadi pria yang sangat romantis ( rokok, makan gratis).

Catatan :

Kalau kita sayang sama orang tua dan guru kita, jaga kedamaian negeri ini, jaga kehormatan mereka dengan berujarnya lisan dan perilaku, serta tulisan.

Sementara cermin hati kita yang sungguh sangat jujur mari pelihara dengan baik, kita sesungguhnya sangat memahami dengan presisi, kedudukan antara kita dengan yang menciptakan)

Shollu alaih.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun