Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Pendidikan Akademis sebagai Langkah Dasar untuk Berkembang Luas

26 April 2021   20:45 Diperbarui: 26 April 2021   21:02 150 3
Sering mendengar pandangan dari milenial yang sukses secara income atau materi di youtube,  yang mutlak sukses bukan karena memiliki pendidikan akademis hingga jenjang perguruan tinggi. Sebenarnya jumlah mereka yang demikian tidak banyak tapi karena muncul di ruang publik dan terkenal sehingga menginspirasi orang lain untuk juga bisa sukses. Terus berkembang dengan membuat kelas-kelas motivasi atau diundang oleh kelompok-kelompok masyarakat yang membutuhkan untuk memotivasi kelompoknya.

Namun sering mendengar bahwa pandangan milenial sukses sedikit kurang pas dirasakan, dengan mengatakan bahwa tidak perlu sekolah tinggi-tinggi secara akademis (bersifat ilmiah, bersifat ilmu pengetahuan, bersifat teori tanpa arti praktis langsung, KBBI) yang membutuhkan biaya mahal karena setelah menyelesaikan sekolah juga harus mencari pekerjaan dan belum tentu mudah diterima bekerja. Secara tidak langsung ini tentu berdampak mengendornya semangat belajar generasi muda Indonesia untuk menjalani pendidikan formal yang menjadi tanggung jawab negara untuk mencerdaskan bangsanya.

Memang tidak dipungkiri ada beberapa otang yang bisa sukses secara materi tanpa harus melewati seluruh proses pendidikan hingga ke perguruan tinggi, contoh mereka yang sukses pada level dunia ada Bill Gate dan Mark Elliot Zuckerberg dan beberapa yang lain.

Jumlah mereka yang sukses dengan tidak melanjutkan pendidikan hingga jenjang tertinggi tidak banyak hanya satu atau dua orang dari jumlah manusia di dunia, perbandingan yang amat jauh. Jangan terjebak oleh pandangan tersebut bahwa mereka yang memiliki keberhasilan karir tanpa pendidikan akademis yang mumpuni jumlahnya sangat sedikit dan tidak serta merta bisa langsung berhasil sesukses itu. Sebagai pemicu semangat boleh saja tetapi tidak semua orang memiliki karakter demikian dan dipaksakan.

Kesuksesan yang hanya berfokus pada materi, sehingga terbentuk opini di masyarakat bahwa tanpa pendidikan formal yang tinggi juga bisa sukses. Akhirnya itu metode yang berkembang dan ditangkap oleh banyak orang, yang jika dikaitkan dengan konteks negara itu sangat berlawanan dimana negara berkewajiban memberikan pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia agar rakyat menjadi cerdas.

Belum dipahaminya secara luas fungsi pendidikan akademis bagi kualitas sumber daya manusia, bahwa pendidikan akademis itu lebih ke pengenalan dan pemahaman ilmu, jika tidak mengenal untuk tahu serta memahaminya bagaimana bisa mengembangkan pikiran? Pendidikan akademis jangan dipahami hanya semata identik dengan perolehan ijazah, kemudian dengan ijazah digunakan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, tapi lebih dari itu bahwa manfaat yang didapat terbentuknya karakter kuat tentang keingintahuan yang besar untuk bisa  mengembangkannya. Sehingga karakter ini menjadi sikap perilaku yang melekat pada diri pribadi dan menyukai tantangan.  Mereka tidak pernah putus asa dan menyerah jika menghadapi sebuah tantangan, tetapi menambah spirit besar untuk bisa memgendalikan dan memberdayakan suatu tantangan dan menghasilkan sebuah kemanfaatan yang lebih luas.

Memiliki karakter senang berpetualang dengan berani melakukan trial dan error yang menjadi ruh bagi perjalanan hidup mereka, tumbuh menjadi pribadi mandiri.

Dengan begitu sudah tercipta pembangunan karakter yang dibutuhkan oleh perkembangan zaman  serta turut menciptakan peradaban baru bagi kehidupan berbangsa.

Sejatinya pendidikan akademis tidak dibayangkan hanya dalam konteks belajar mengajar tetapi melekatnya prinsip-prinsip bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan tersebut dengan baik dan benar di lingkup interaksi sosial yang sangat dinamis.

Etika dan moral sebagai pegangan dan tolak ukur bagaimana kita mengetahui tentang sesuatu itu salah atau benar, agar jika salah dapat dihindari dan jika benar dapat dijadikan pedoman hidup.

Boleh saja setiap orang sukses di bidang yang digeluti dengan jalan masing-masing yang berbeda, namun perlu juga dipahami bahwa arti sukses bukan semata kemapanan materi tetapi sukses di sini sangat luas, yaitu sukses dengan tetap mengedepankan akal sehat dan nurani maka kesuksesan itu dapat memberi manfaat lebih besar kepada semua makhluk hidup dalam jangka panjang dan penuh tanggung jawab.

Jadi, jika ada motivator atau siapapun ia yang mengatakan bahwa pendidikan formal tidak begitu penting dalam mendukung kesuksesan itu adalah pikiran sempit yang hanya berfokus pada sukses sesaat (jangka pendek). Pendidikan formal yang mumpuni membentuk rasa percaya diri dari setiap pribadi lebih kokoh, tidak semua hal harus didapatkan dengan cara terburu-buru, justru mereka menikmati semua proses dengan baik dan bisa belajar banyak hal yang dilalui tersebut.

Rasa mencekam, takut, cemas, khawatir, puas, bangga, menyenangkan, berpadu satu menjadi kekuatan dari perjalanan panjang itulah sejatinya sukses. Harga sebuah kesuksesan di sini tidak semata pada materi tetapi tanggung jawab sebagai manusia yang  kedepankan moralitas.

Jangan pernah mengabaikan sebuah pendidikan akademis semahal apapun uang yang dikeluarkan untuk bisa mengikuti pendidikan tersebut, sebanyak apapun energi/effort yang dibutuhkan, sekali lagi bukan karena titel atau ijazah tapi interaksi kebersamaan selama proses pendidikan di antara para pelajar/mahasiswa itu sendiri telah membangun motivasi diri lebih besar untuk memilih apa yang disukai (nilai). Begitu besarnya fungsi pendidikan formal bagi kehidupan manusia di dunia, patut untuk tetap menjadi dasar pondasi yang kokoh bagi keberlangsungan  hidup manusia setelah terpenuhinya kebutuhan sandang papan pangan.

Yang sukses tanpa melalui jalur pendidikan formal karena dukungan berbagai faktor tetap diapresiasi karena mereka gigih belajar banyak hal secara otodidak. Namun tidak perlu hingga membuat pernyataan yang disengaja atau tidak dengan menyatakan bahwa pendidikan akademis hingga ke perguruan tinggi tidak memberi faedah lebih. Karena jika ini terus digaungkan dikhawatirkan bangsa Indonesia kembali kepada masa kegelapan, mungkin saat ini belum dirasakan tapi jika opini yang dibangun dan dibentuk terus demikian akhirnya akan mempengaruhi lingkungan lebih luas. Pemerintah sudah berusaha maksimal untuk mewujudkan pendidikan menjadi hal fundamental yang tidak bisa ditawar lagi dengan menyiapkan porsi yang besar dari APBN, sejatinya harus dihargai dan dimanfaatkan dengan sebesar-besarnya.

Bangsa besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, karena hidup terus mengalami perubahan dan ilmu pengetahuan menjadi panglima dalam kehidupan manusia maka pendidikan formal harus menjadi prioritas yang dimiliki setiap warga negara. Maju dalam karya, tetapi juga dalam etika moral, itulah bangsa yang berkeadaban tinggi. Negara maju tidak semata berfokus pada kesuksesan materi tetapi sukses pada pengembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang menghasilkan rumus-rumus yang dibutuhkan dalam mendukung kemudahan bagi kehidupan manusia di bumi ke depan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun