Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Martabak Istimewa

24 Maret 2014   21:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:32 51 0


INI tentang kegagalan berpikir, atau bisa jadi ini tentang besarnya porsi penggunaan emosionalitas kita (rasa plus hati) dalam melihat/menilai suatu hal. Tulisan ini terinspirasi dari status teman saya pagi ini. Teman saya menulis begini: “siapapun bisa membahagiakanmu karena melakukan suatu hal yang istimewa, hanya orang yang istimewa yang bisa membahagiakanmu tanpa melakukan apapun”. Sejenak saya termenung. Lantas saya bergumam: “neraka macam apa ini jika semua orang berpikir begini?”

Segera saya memperluas ide ini pada konteks yang jauh di luar apa yang dipikirkan teman saya ketika menuliskan statusnya itu. Karena mungkin saja inilah yang saat ini masyarakat kita sedang mengidap cara berpikir seperti ini. Secara tergesa dan umum saya mencontohkan Joko “Jokowi” Widodo yang saat ini sedang menjadi trend di media arus utama dan media sosial. Bukankah hampir semua orang melihatnya sebagai sosok yang istimewa bahkan jika pun beliau tidak melakukan hal istimewa pun. Jokowi tetap istimewa, begitulah adanya. Namun, Jokowi adalah orang istimewa yang melakukan hal istimewa juga.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun