Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Mengonsepkan komunikasi antarbudaya

5 Februari 2016   22:48 Diperbarui: 5 Februari 2016   22:52 321 15
MENGONSEPKAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
A. KOMUNIKASI DAN BUDAYA
Untuk memahami komunikasi antar budaya, terlebih dahulu kita harus memahami komunikasi manusia. Komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi, apa yang dapat terjadi, apa yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut.
Komunikasi antarbudaya, terjadi bila pengirim pesan berasal dari suatu budaya dan penerima pesan berasal dari budaya lain. Komunikasi antarbudaya, komunikasi antara orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, ataupun perbedaan sosiolnya).
Penggolongan kelompok-kelompok budaya tidak bersifat mutlak. Para ahli tidak sepakat mengenai entitas, mana yang layak disebut suatu kelompok budaya, semuanya adalah kelompok budaya dalam batas-batas tertentu. Oleh karena itu, kita akan membahas hubungan antara komunikasi, budaya, dan komunikasi antarbudaya.
1. Komunikasi
Kita mulai dari suatu asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Pertama, komunikasi itu dinamik. Komunikasi adalah suatu aktivitas yang terus berlangsung dan selalu berubah. Kedua, komunikasi itu interaktif. Komunikasi terjadi antar sumber dan penerima. Ini mengimplikkasikan dua orang atau lebih yang membawa latar belakang dan pengalaman unik mereka masing-masing ke peristiwa komunikasi ini mempengaruhi interaksi mereka. Ketiga komunikasi tidak dapat dibalik, artinya sekali telah mengatakan sesuatu dan seseorang telah menerima dan men-decode pesan, kita tidak dapat menarik kembali pesan itu dan sama sekali meniadakan pengaruhnya. Keempat, komunikasi berlangsung dalam konteks fisik dan konteks sosial. Ketika kita berinteraksi dengan seseorang, interaksi tidaklah terisolasi, tetapi ada dalam lingkungan fisik tertentu dan dinamika sosial tertentu. Lingkungan fisik meliputi objek fisik tertentu seperti mebel, karpet, cahaya, keheningan, atau kebisingan, dan sebagainya. Artinya simbol yang bersifat fisik juga mempengaruhi komunikasi.
2. Budaya
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar, berpikir, meraasa, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahsa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi, plitik dan tegnologi, semua itu berdasarkan pola pola budaya. Ada yang berbicara menggunakan bahasa daerah, memakan ular, menghindari minuman keras, menguburkan orang mati, berbicara melalui telpon. Itu semua karena mereka telah dilahirkan dalam suatu budaya yang mengandung unsur-unsur tersebut. Apa yang mereka lakukan, bagaimana mereka bertindak, merupakan respons terhadap fungsi-fungsi budaya. Budaya adalah tataan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna dan diwariskan dari generasi ke generasi, melalui usaha individu dan kelompok. Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-mana budaya juga berkenan dengan bentuk fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita. Budaya kita secara pasti mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga mati dan bahkan setelah mati, kita dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita. Budaya dipelajari tidak diwariskan secara genetis, budaya juga berubah ketika orang-orang berhubungan antara yang satu dengan lainnya. Artinya budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara siapa, tentang apa, dan bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi budaya juga turut menentukan orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan, dan menafsirkan pesan. Sebenarnya, seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat tergantungan pada budaya kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beragam pula praktik-praktik komunikasi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun