Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Best Regrad to Alumni #AlumniClass #Jakarta (Part 1)

21 Mei 2014   14:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 54 0
Perjalanan satu minggu yang melelahkan. Namun, banyak pelajaran yang bisa diambil dari sini. Tidak hanya belajar tentang karir, tapi juga belajar tentang hidup. Saya ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya atas satu minggu yang menakjubkan ini. Untuk Allah, alumni dan teman-teman seperjuangan.

2014, target saya adalah desain karir fiks. Langkah-langkah dari pra lulus sampai pasca lulus semua harus fiks. Tentunya, tak ingin nglambrang. Semua harus terang dan jelas. Karena ini menyangkut masa depan. Butuh riset untuk melakukan itu. Dan saya sangat bersyukur, diberi kesembatan menjadi satu bagian dari 11 orang delegasi alumni class yang diselenggarakan alumni melalui ALSA untuk belajar bersama alumni yang top di Jakarta.

Sedikit kisah, kenapa saya begitu bersyukur sekali dapat mengikuti acara sharing bareng alumni ini meskipun tempatnya jauh di Jakarta. Saya harus berkorban, waktu, tenaga, dan biaya. Tapi semua terbayar sudah. Kalian tahu, pertanyaan-pertanyaan yang selama 3 tahun ini saya tanyakan kepada orang-orang sekitar saya, akhirnya baru terjawab pada saat satu minggu ini di Jakarta.

Teringat 3 tahun lalu. 29 Juni 2011 pukul 20.00 tak pernah lupa detik itu, ketika membuka pengumuman SNMPTN bersama kedua orang tua saya. Saya diterima di Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang bukan pilihan utama saya. Tapi, kedua orang tua saya tersenyum bangga karena ini pilihan mereka.

Waktu SMA saya menyusun disain karir dengan visi mengembangkan perekonomian rakyat melalui pangan. Logika sederhana saya adalah, untuk mencajdi bangsa yang besar teknologi dan pangan harus maju. Dan saya memilih pangan. Oleh karenanya, IPB menjadi universitas impian saya. Sedangkan fakultas hukum adalah fakultas yang paling saya benci dan tidak memungkinkan untuk masuk dalam daftar list fakultas yang saya tuju.

Ketika melihat pengumuman, pertanyaan yang saya lontarkan adalah saya mau berkarir dimana? Saya mau mengambil peran apa? Saya pernah tahu pengadilan seperti apa, dan saya tidak ingin bekerja disana... Haruskah saya mengganti visi saya? Desain karir saya pun, mulai tidak realistis lagi. Satu semester pertama, semua berantakan. Semester kedua, tak pedulikan apa itu cita-cita. Semester 3 baru berani berbenah saya mahasiswa fakultas hukum dan saya harus punya peran di bidang hukum. Kalian tahu, saya sampai pernah bertanya pada dosen FEB yang pernah kuliah Fakultas Hukum untuk mengetahui korelasi karir antara hukum dan ekonomi. Dan jawabannya pun, tak bisa memuaskan hati saya.

Orang tua saya menginginkan saya jadi notaris. Bayangan saya, notaris itu cuma kasih tanda tangan tak banyak peran yang dilakukannya. Itu bayangan saya. Haruskah saya menjadi dosen? Lalu kalau tidak, saya harus jadi apa? Orang bilang lawyer itu terlalu keras untuk wanita. Ada yang bilang, lawyer juga sulit untuk menjadi idealis. Semua rumor tentang profesi hukum, membuat saya penasaran. Ada sesikit bakat jurnalis dalam diri saya. Haruskah saya jadi wartawan? Ada banyak perdebatan disini.

Saya terus mencari. Ada 4 bidang hukum yang difokuskan di fakultas saya. Bisnis, pemerintahan, International, dan Peradilan. Semua bilang, minat studi pembidangan seperti ini nggak ngaruh bagi karir tapi saya percaya, waktu itu singkat jika saya tahu nanti karir saya apa ya minat itu yang bakal saya pilih. Saya sangat percaya, apa yang saya lakukan sekarang selelu ada korelasi dengan hari esok. Oleh karenanya, saya selalu hati-hati dalam mengambil keputusan.

Alhamdulilah, saya diberi kesempatan menikuti berbagai kompetisi yang ada sangkut pautnya dengan pembidangan tersebut. Dan hati saya berkata, saya harus masuk hukum bisnis. Masih sama visinya berperan untuk kemajuan ekonomi kali ini juga pendidikan. Semester 5, akhirnya saya menemukan puncak semangat kuliah di fakultas hukum. Saya masih bertanya saya jadi apa. Saya minat hukum bisnis. Saya ingin bekerja ngutak-ngatik kontrak, aturan tentang investasi, pasar modal, pertambangan, ekspor-impor dan semua tentang hukum bisnis. Tapi saya tidak pernah tahu, saya akan berposisi dimana.

Orang tua saya memperingatkan saya untuk fokus pada tujuan karir, beberapa dosen yang cukup mengenal saya juga mengatakan seperti itu. Namun, saya tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaan karir yang saya ajukan. Google pun membuat saya pusing, atau saya yang salah memasukkan kata kunci.

Hingga akhirnya, poster alumni class ini terpampang di mading kampus. Saya foto, dan saya browsing satu per satu pembicaranya. Satu hal yang saya katakan. "KEREN' dan saya harus ikut. Saya harus lolos seleksi untuk bisa ke Jakarta bertemu alumni-alumni yang mengagumkan ini. Akhirnya saya lolos, saya harus menemukan jawaban dari segala pertanyaan yang saya lontarkan selama ini.

Saya menyimak dengan baik, hingga akhirnya saya bertemu mbak Maria H. Sagrado, SH, LLM. Salah satu partner di Makarim & Taira S. menyimak paparan Mbak Maria dengan menggabungkan paparan alumni yang lainnya, mencoba membandingkan, memilah, milah, saling melengkapi akhirnya muncul dalam bayangan saya, "kayaknya asik ya... bisa kasih advice sama perusahaan. Disamping bikin perusahaan itu maju, kan juga bisa kasih advice biar perusahaan itu ikut berperan membangun perekonomian rakyat."

Bayangan-bayangan tentang karir pun, mulai tergambar jelas. Apalagi, ada tugas mind mapping yang diberikan untuk mencoba mengimajinasikan tentang karir ke depan. Pertanyaan baru pun muncul dan mengganti pertanyaan-pertanyaan yang dulu pernah saya tanyakan. Dan saya hanya bisa berdoa, Ya Allah ini pandangan saya tentang karir. Ini padangan saya tentang kehidupan saya kelak. Jika saya bisa bermanfaat di posisi corporate lawyer, berilah saya kesabaran dan kesungguhan untuk melewati segala tantangan yang engkau berikan.

Dan pulang dari alumni class, saya harus menyusun disain karir yang mantap dengan metode SMART. Spesifik, Mensurment, Achiable, Relevant, Time Bound Bassic. Dan akhir kata, Terimaksih banyak para alumni sampai jumpa tahun depan di Jakarta.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun