Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Ketika Ilmu Mulai Tanpa Arah

8 Juli 2014   16:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:01 57 0
Bagi saya, ilmu itu seperti pisau yaitu alat yang bisa digunakan untuk membunuh atau mengiris apel tergantung yang memakainya. Mau dibawa kemana ilmu itu tentunya tergantung bagaimana moral penerima ilmu itu. Banyak orang berilmu tapi juga menyengsarakan orang lain. Meskipun ilmu itu nikmat, namun salah-salah bisa jadi mudarat. Seorang ahli farmasi yang pandai membuat vaksin saking pandainya dia pun tahu bagaimana membuat virus. Begitu juga pada ikmu-ilmu lainnya.Oleh karenanya, alangkah baiknya ilmu itu didasari dengan iman. Percaya akan Tuhan, takut akan Tuhan sehingga kita punya kekuatan untuk memperjuangkan ilmu dalam taraf ideal.

Begitu banyaknya ilmu, begitu luasnya ilmu sehingga semakin kita tahu pun semakin kita tidak tahu apa-apa. Yang paling bahaya adalah saking fokusnya kita terhadap satu ilmu maka kita mengabaikan ilmu yang lain. Padahal, untuk membangun sistem yang baik di dalam masyarakat kita harus memperhatikan beberapa aspek agar tidak terjadi kericuhan. Saya mengamati beberapa temen saya dari fakultas lain dan apa yang dipelajari akhirnya berpengaruh pada pola pikirnya sendiri.

Ketika orang tehnik ngomong bagaimana ya membuat alat atau sesuatu yang mampu mempeermudah kehidupan manusia. Biar manusia nggak repot gitu..

Ketika orang politik ngomong bagaimana memperoleh kekuasaan untuk menerapkan konsep-konsep pembangunan masyarakat yang baik

Kettika orang ekonomi ngomong bagaimana bisa melakukan produksi sebanyak-banyaknya dengan biaya serendah-rendahnya dan bagaimana mendapatkan keuntungan yang lebih dari ini

Ketika orang budaya ngomong bagaimana menciptakan nilai-nilai berbudi untuk menentramkan hati

Ketika orang pendidikan ngomong bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas

Ketika orang militer ngomong bagaimana semua terjaga dengan baik dalam yurisdiksi yang jelas agar aman dalam pertahanan.

Ketika orang kesehatan ngomong bagaimana menciptakan manusia yang sehat.

Ketika orang psikologi ngomong bagaimana membentuk manusia yang berkarakter dan mampu mengontrol emosi.

Dan ketika orang tehnik bebas berkarya, ekonom bebas mencari keuntungan, politikus rakus kekuasaan, budaya hanya berupa dagelan, tak ada transfer ilmu dalam pendidikan, kemanana dan pertahanan mulai terancam. Masyarakat pun kebingungan, penyakit mulai berkembang orang kesehatan harus berfikir lebih keras, dan makin banyak orang yang stres orang psikologi pun tak bisa tinggal diam. Namun, karena semua butuh uang akhirnya pada gontok-gontokan. Siapa yang paling idealis? Dunia sudah menunjukkan bahwa kemakmuran adalah ketika banyak uang. Kita ditepis banyak sekali kebutuhan yang membuat kita mengabaikan moral-moral dalam keilmuan. Uang memang tak bisa terelakkan.

Disini, orang hukum bingung bagaimana mengatur semua biar seimbang antara hak dan kewajiban dalam masyarakat yang menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu menurut hukum dari tindakan yang sudah mereka lakukan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun