Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Aksara

4 Desember 2020   12:03 Diperbarui: 4 Desember 2020   12:06 29 1
Penulis : Shofiyya Izzaty / Sekolah Alam Solo Raya

Asal usul bahasa bisa ditelusuri dari zaman paleotikum sampai sejauh peradaban pertama, nabi adam. Well, orang-orang perlu komunikasi lhaa, gimana kirim-kirim mesej ke gadis manis di seberang sungai kalau ga ada sebentuk komunikasi diantara kita.

Awalnya tanpa bahasa, tanpa bentuk komunikasi dan masih menggunakan gerakan dan suara-suara, mereka memakai bahan-bahan dari alam, seperti batu, ranting, menyusunnya hingga berbentuk kode. Setumpuk batu berarti belok kanan, lima disusun memanjang dengan ranting mengingatkan tentang gajah mammoth gila yang dipelihara tetangga, satu batu disana dan satu batu disini adalah lirik lagu terhits di kalangan anak muda pada zaman itu, menyanyikannya dengan menyusun dua batu secara berjauhan (#jagajarakjagaperasaan). Bermacam-macam laa, hanya tidak seasyik zaman selanjutnya, zaman batu.

Tetap dengan tema material keras, manusia mulai menggurat "huruf" diatas batu. Mungkin masih berbentuk kode, satu garis keatas satu garis kesamping diakhiri dengan dua bulatan berarti awas dibelakangmu ada axelot (dijawab: maaf ya brow, baru bisa balas sekarang--cerita horor prasejarah). Dinamakan tablet, batu-batu itu dibentuk dan dipahat, memakainya untuk mencatat kebutuhan sehari-hari, dan berkeluh kesah soal istri yang galak. Kemudian manusia yang sudah afdol dengan teknologi baru ini, tak lagi hanya menggunakan batu untuk medium. Catatan belanjaan pernah ditemukan di atas tulang, juga tengkorak kucing bertuliskan kucingku (meme sebelum meme diciptakan).

Kode-kode sederhana semakin rumit, berkembang menjadi susunan aksara. Aksara tertua yang tercatat adalah aksara paku bangsa sumeria, sementara aksara kuno yang masih dipakai hingga sekarang adalah aksara romawi. Manusia sudah mempunyai bahasa, kebutuhan untuk bahan menulis bertambah. Mulai dari daun, kulit binatang, pohon, peliharaan paus birunya, makin inofatif laa. Saat rasulullah wafat, khawatir dengan banyak gugurnya penghafal quran dan hadists, sahabat mulai mengumpulkan catatan-catatan quran diatas daun, pelepah kurma, tulang belikat, lembaran lainnya dari perawi yang masih hidup. Adalah Zaid bin Tsabit yang berhasil mengumpulkan semua catatan lama itu, mengkodinya hingga kitab Al quran masih kita baca sekarang. Thank god.

Tak lama kemudian seseorang di cina berhasil membuat lembaran dari bubur kayu. Seorang lain di mesir menciptakan kertas papirus dari pohon papirus yang digunakan firaun untuk memesan batu lagi se-truk. Lembaran-lembaran dikodikan menjadi buku setebal pilar batu, kemudian didistribusi ke seantaro negeri, menumpang caravan jalur sutera, diperjual belikan hingga mencapai kontinen sebelah. Ilmu semakin meluas. Tidak lagi menulis tangan satu demi satu lembaran buku, mesin pencetak pertama diciptakan! Buku menjadi terjangkau! Zaman emas bagi ilmu pengetahuan.

So bahasa berkembang karena kebutuhan komunikasi dan informasi. Berawal dari zaman tanah, batu, besi, tulang, daun, kentang, bahkan aku khawatir ada zaman shinobi terbang yang ga ditahu sebelumnya. Tentu kita tidak perlu menyusun batu menjajar melintang demi say hey ke dunia, kirim-kirim pesan tulang rusuk lewat go-mammoth ke dia atau menulis tangan lembar demi lembar secara manual. Bagi kita informasi hanya gerakan kecil mengusap layar. So yeah habis itu ada pembicaraan mengenai hoax dan manipulasi informasi yang bukan spesialisasiq juga kayaknya aq kehabisan tinta dan tengkorak untuk menulis jadi mari kita akhiri dengan mengucapkan hamdalah atas kejeniusan manusia prasejarah dengan mewarisi api DAN komunikasi. #niatbanget. Sekian.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun