Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Warung Ramadan: Lebih Beruntung

24 Maret 2023   21:11 Diperbarui: 24 Maret 2023   21:16 92 2
Episode 3: Lebih Beruntung

Aku melaksanakan salat zuhur di musala tempat wawancara kerja, lalu melangkah ke luar menuju halte. Angkutan umum berwarna biru membawaku pulang.

Lagu-lagu milik Opick memenuhi ruang dengar aku dan seorang perempuan yang menggendong bayi. Setelah perempuan itu turun, aku satu-satunya penumpang tersisa.

Sepanjang perjalanan aku hanya menatap lalu-lalang kendaraan sambil sesekali menatap ke depan. Tak lama lagi aku akan sampai ke rumah tempat pulang selama dua puluh dua tahun. Namun, sopir tiba-tiba menepikan kendaraan yang dikemudikannya. Sesaat kemudian angkutan umum itu berhenti.

"Bang, maafin saya, bensinnya habis. Abang cari angkot lain aja, ya," kata lelaki yang rambutnya telah meninggalkan warna hitam itu.

"Oh, ya udah Pak, saya turun di sini aja," kataku lalu menyerahkan uang pecahan sepuluh ribu terlipat-lipat yang kuambil dari saku celana.

"Nggak usah, Bang. Nggak usah bayar, Abang belum sampe tujuan, saya nggak enak." Dia menyerahkan kembali uang kertas itu dalam genggamanku.

"Nggak apa-apa, Pak. Rumah saya udah deket, jalan kaki sebentar juga sampe. Ini hak Bapak. InsyaAllah saya ikhlas." Aku menyerahkan kembali uang itu dalam genggamannya dan melangkah turun.

"Makasih ya Bang, makasih banyak," katanya setengah berteriak.

Aku mengangguk. Ada haru yang kutangkap dari matanya. Aku meneruskan langkah menuju rumah. Sambil bersenandung kecil dan beberapa kali harus mengelus dada karena bunyi klakson memekakkan telinga ketika hendak menyebrang ke arah berlawanan.

Sekitar sepuluh menit, langkahku berhasil sampai ke tempat tujuan. Emak yang sedang memilah jagung kering dalam nampan mendongak ketika melihatku.

"Jul, Elu bawa kabar baik 'kan?" tanyanya tak sabar.

Aku melepas alas kaki di teras, lalu memeluknya. Rasanya tak tega untuk tidak berkata jujur.

"Mak, Jul diterima kerja. Tapi bukan di posisi yang Jul lamar. Jul diterima jadi ..." aku berusaha mengatur emosi agar tak meluap.

Emak melepaskan pelukan. "Jadi ape, Jul?"

"Jadi office boy, Mak." Akhirnya kalimat itu lolos dari mulutku.

"Ya Allah Jul ...." Emak menepuk-nepuk bahuku.

"Mak, jangan marah ya," aku berusaha memasang wajah semanis mungkin.

"Kagak, Emak bersyukur Elu diterima. Kagak penting kerja ape, yang penting halal, Jul. Emak bahagia. Bapak Lu juga mesti bahagia, Jul."

"Tapi, Mak ..."

"Ape lagi? Lu kagak punya duit buat ongkos?" Emak menerka dengan sangat tepat. Aku mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Emak ade simpenan, kagak banyak. Ya cukup lah buat ongkos Elu selama belum gajian. Pokoknya Emak doain Elu bisa dapat kerjaan yang lebih baik setelah ini, Jul. Elu usaha aja dulu, kerja yang bener, yang jujur."

"Iye, Mak. Makasih ye, Mak ..."

'Alhamdulillah, aku beruntung memiliki Emak sebagai ibuku. Terima kasih Ya Allah.'

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun