Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ketika Kau Masih di Sini

31 Mei 2021   14:15 Diperbarui: 31 Mei 2021   14:23 52 3
#repost

Ketika Kau Masih di Sini

Sore itu kau duduk di bangku kayu belakang rumah. Mengamati cicitmu --anak kami-- berlarian. Bibirmu bergerak menggumamkan entah apa, sedang binar dari kedua matamu terlihat. Tak seperti biasanya, sore itu kau tak menanyakan perihal aku sudah mandi atau belum. Hanya fokus mengamati cucu dan cicitmu berlarian, tertawa dengan dunia mereka.

Detik terus bergerak, semangkuk bakso buatan anakmu kau habiskan sore itu. Enak, katamu memuji. Dan kami berbincang seperti biasanya, hingga rona biru di angkasa berubah menjadi jingga, kau pun pamit dari rumah kami.

Tak ada firasat apapun. Ahad pagi kami menyusun rencana untuk mengunjungi sanak saudara, karena idul fitri baru saja berlalu. Aku yang baru saja selesai membasahi seluruh tubuh hanya bisa bergeming, ketika salah satu cucumu membawa angin kesedihan. Ia menangis, hingga ucapannya tak begitu jelas kudengar.

Kami bernapas lega, ketika dokter membawa kabar baik. Mobil bersirine membawamu untuk perawatan yang lebih baik. Aku bersyukur, sedikit kekalutanku hilang.

Sore itu kami masih bisa menikmati rona jingga di tepi pantai. Bahkan aku bisa turut menikmati dari tepi aspal jalan meski sedikit susah payah selama di perjalanan. Ketika tiba di rumah, aku bahkan masih bisa menikmati lelaki lain yang menarik perhatianku di punggung motor bernomor 93.

Malam semakin menua, aku terlelap dengan penuh harap dan doa semoga esok bisa kembali melihat senyummu. Namun, mentari pagi tak lagi kutemui, kau pergi sebelum fajar sempat terlihat.

Di kursi lapuk itu, bayanganmu masih tak beranjak. Mungkin esok atau nanti, kita bertemu.

Kau, abadi.

#MY, 180521/6 Syawal 1442 H

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun