Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Yatim Piatu Itu Namanya Khasan

26 April 2020   20:25 Diperbarui: 26 April 2020   20:46 519 1
Tiba-tiba hari ini saya mengingat Khasan tetangga samping rumah yang dua tahun yang lalu kembali kepada sang pencipta, Khasan yatim piatu yang hidup hanya berdua dengan kakak kandungnya itu meninggal lantaran penyakit menahun yang dideritanya.

Kakak kandung yang seharusnya menjadi tumpuan hidup Khasan tidak mendampingi ketika sang adik menghadapi maut, Khasan meninggal sendirian dirumah kosong yang berada persis di samping rumahnya.

Kakak kandungnya tidak tahu kalau sang adik sudah meninggal, justru tetangganya yang pertama kali mendapati tubuh Khasan sudah terbujur kaku bahkan tubuhnya sudah dikerumuni semut.

Awalnya tetangga curiga, biasanya jam tujuh pagi Khasan sudah bangun lalu meminta minum, sekitar jam tujuh lewat 10 menit sempat ditengok dari jendela nampak Khasan masih tertidur pulas, cerita si tetangga.

Kecurigaan semakin menjadi manakala sekitar jam 8.30 Khasan belum juga bangun, akhirnya si tetangga memberanikan diri masuk untuk membangunkan Khasan, setelah melihat tanda Khasan tidak bernapas dan ada kerumunan semut di tubuh Khasan maka dia berteriak histeris menangis.

Dia mendapati tubuh Khasan sudah tidak bernyawa tanpa diketahui oleh kakak kandungnya, justru tetangga sebelahnya yang pertama kali mengetahui jasad Khasan sudah terbujur kaku dan dikerumuni semut.

Diperkirakan Khasan meninggal menjelang subuh, karena sekitar jam tiga dinihari tetangga mendengar suara Khasan berjalan disamping rumahnya menuju sungai dimana ia biasanya membuang hajat.

Khasan meninggal dalam kondisi sendirian tanpa siapapun, yatim piatu ini punya kakak kandung, tetapi kakak kandungnya tidak hadir saat sang adek menghadapi sakratul maut meregang nyawa sebatang kara.

Ini adalah kisah nyata yang dialami tetangga saya, hingga kini kakak kandung Khasan masih hidup namanya Khusen, kini dia hidup sendirian hanya dengan anak lelakinya yang masih kecil, istrinya kabur meninggalkannya entah kemana.

Kisah ini saya pikir agak relevan dengan apa yang sedang dialami rakyat miskin di negeri ini yang terdampak wabah Corona, Khusen sang kakak kandung dianalogikan sebagai negara, dan Khasan sebagai warga negara.

Peran Khusen seharusnya melindungi Khasan sebagai adik kandungnya, peran Khusen dianalogikan sebagai negara seharusnya melindungi warga negaranya.

Tetapi Khusen tidak mampu menjalankan kewajibannya melindungi adik nya, sampai-sampai sang adik meninggal pun tidak ada yang menemani, meregang nyawa sebatang kara.

Saya khawatir dengan aturan PSBB negara seperti kisah Khusen, banyak warga negara tidak bisa kerja, bantuan sembako tidak diterima, akhirnya mati kelaparan, negara tidak hadir sehingga membuat warga menjadi yatim piatu sama seperti Khasan.

||| Penduduk negeri ini sudah lama yatim piatu. Harus hidup sendiri.

Akan ada jutaan pekerja di negeri ini yang di-PHK karena terdampak Corona, satu pekerja di-PHK maka akan ada minimal 4 jiwa yang ikut terdampak, istri dan anaknya serta orangtuanya.

Banyak seorang suami yang hari ini harga dirinya sudah runtuh, hatinya hancur, anak dan istri merengek meminta asupan makanan sementara uang cash sudah tak punya.

Atau seorang janda yang punya anak menyusui, pekerjaan hilang, pendapatan sudah tak ada, asupan makanan kosong, maka ASI pun kosong tak ada isi untuk buah hati.

"Keras. Pedih. Sakit."

Seorang manusia harus makan. Itu dorongan biologis paling mendasar. Puasa pun harus buka. Ada sahurnya. Tidak bisa puasa terus berhari-hari.

PSBB menjadikan mereka yatim piatu jika negara tidak hadir, jika bantuan tak kunjung diterima sampai mereka rakyat miskin mati kelaparan, mati dalam keadaan yatim piatu sebatang kara.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun